Malam ini, Nadia benar-benar badmood. Bagaimana tidak, kejadian semalam terus menghantui pikirannya. Andai saja Nadia bisa merekam semuanya, pasti ia tak segelisah ini. Kadang Nadia sampai berpikir, apa aku harus ke peramal biar masa lalu aku--terutama kejadian semalam--bisa terbaca? Ah, gak halal itu namanya.
Sungguh, meski Nadia sudah berusaha untuk lupa, nyatanya tidak bisa. Nadia sudah menonton film di rumah, lalu menghabiskan waktu di bioskop untuk Me time, tapi tetap saja gagal.
Kehilangan mahkota yang sudah dijaga dua empat tahun, benar-benar bukan sesuatu yang semua orang inginkan. Nadia panik dan kelabakan.
Pertama, Nadia malu pada Tuhan dan diri sendiri.
Kedua, Nadia malu pada keluarga dan sanak saudara serta teman-temannya.
Ketiga, tentu malu pada suaminya kelak. Karena istrinya 'sudah bekasan'.
Nadia menghela nafas, mengetik pesan singkat untuk Ayahnya, di Surabaya. Hanya Ayahnya yang ia punya. Ibunya sudah meninggal beberapa tahun silam. Oleh karena itu, Nadia sangat menyayangi Ayah. Dan Nadia tidak ingin, Ayahnya kecewa karena kejadian ini.
Ayah, aku pengen pulang.. :(
Ayah gaul. Baru beberapa detik, balasan sudah muncul di WhatsApp Nadia.
Ayah:
Pulang o Nak. Jangan lama-lama di Jkt. Ayah kangen.Nadia:
Hmm kapan, ya? Jumat deh pulang kerja aku langsung flight ke Sby.Ayah:
Ok Nak. Ayah free jemput kok. Hbs ayah badminton ayah langsung jemput di bandara y.Nadia:
Ok ayah, tunggu kabar aku yaaa.Ayah:
Sip.Dan kembali, Nadia merasakan kesunyian terdalam. Lagi-lagi, Nadia sedih. Ingin rasanya cepat pulang ke Surabaya dan merasakan nikmatnya kota kelahirannya itu.
Nadia menyesal, pernah satu sekolah dengan Adam. Dari jutaan sekolah di Jakarta, kenapa ia harus terjebak di sekolah yang sama dengan Adam?
Dulu, Nadia pindah ke Jakarta karena Ayahnya--yang adalah tentara berpangkat Letnan--dipindah tugas ke Jakarta. Jadi, Nadia terpaksa melanjutkan SMA di Jakarta dan meninggalkan semua kecintaannya terhadap Surabaya. Hingga saat Nadia kuliah di Jakarta, pada saat itu Ayahnya dipindah tugaskan lagi kembali ke Surabaya. Dan Nadia sangat bahagia. Meski ia kuliah di Jakarta, setidaknya ia memiliki Surabaya sebagai tempat pulangnya.
Ponsel Nadia bergetar lagi. WhatsApp dari client kesayanganknya, alias Bu Nina, menghampiri. Sedaritadi memang beliau sudah mengingatkan Nadia untuk datang makan malam di rumahnya besok.
Bu Nina:
Pakai baju formal sj. Gak usah bagus2. Mau gembel kayak apa jg km tetap cantik.Ah, bisa aja. Coba kalau yang ngomong Song Joong Ki.
Nina:
Oke bu.. Besok ada siapa aja bu? Duh saya sebenarnya agak malu. Hehe.Bu Nina:
Malu knp? Kalau gak dtg malah saya tarik semua tabungan sy. Bsk cuma keluarga sy kok. Tenang saja.Me:
Wadauw jangan bu. Oke oke siap :)Sejujurnya, Nadia malas. Tapi bagimanapun, Bu Nina adalah nasabah kesayangan dan sudah Nadia anggap sebagai ibu sendiri. Jadi, Nadia tidak punya pilihan lain, kan? Menolak pun tak enak.
Ah, ya sudahlah. Lumayan, makan gratis, batin Nadia.
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadia's Journey (Diantara Dua Cinta)
Roman d'amourDisini terdapat sebuah cerita, dimana ada cinta yang tidak bisa didefinisikan. Dimana ada sesuatu yang tidak bisa digambarkan. Dan semua itu berujung pada suatu kisah yang tak diduga. Seperti.... Takdir yang mempermainkan segalanya. Awalnya, hat...