Adam memerintahkan Nadia tuk membuka hati demi pria lain, yang mungkin bisa menghargainya. Dengan kata lain, Adam telah menolak Nadia.
Nadia tau, seharusnya ia mundur dan menyerah. Tapi, ada satu hal lagi yang harus dilakukan, sebelum ia benar-benar mundur.
Nadia akan mundur, seperti perintahnya.
Nadia akan lebih menghargai waktu, dengan melakukan hal lain ketimbang menunggu kepastian seorang Adam.
Dan Nadia, akan lebih peka jika nantinya ada seseorang yang tulus menyayanginya.
Tak mudah untuk lupa dengan sosok Adam. Tapi 'tak mudah' bukan berarti 'tak bisa', kan?
Nadia bisa. Meski lama, ia yakin sang waktu dan sosok pria lain, akan menyembuhkan luka.
*
"Lo nggak gila, kan? Maksud gue... Ya lo kan udah ditolak, Nad. Udah dibuang! Apalagi yang lo harapin?"
Siapa pemilik suara pedas itu? Dia adalah Jessita. Sepulang kerja, Nadia dan Jessita memang bertemu tuk makan malam bersama.
Niatnya, mereka semua akan berkumpul. Tapi tiba-tiba Kenzo diare dan Renatta harus menggiringnya ke dokter, Viva ada kencan dadakan dengan pacar barunya, ban mobil Vivi bocor dan menyebabkan Vivi tak bisa kemana-mana hingga esok pagi.
Jadiah, hanya Nadia dan Jessita di sini, menikmati Sirloin Steak kesukaan mereka di Kedai Steak favorit geng mereka.
"Je, tapi kalau nggak gini, gue nggak bakal tenang. Gue pasti masih penasaran."
"Nad, gu--"
"Terus kalau besok gue mati dan gue belum ngelakuin hal itu, gue bisa gentayangan! Dan gue bisa jadi arwah penasaran," potong Nadia. "Dan lo adalah korban pertama gue, Je!"
Jessita melotot. "Kok gue?"
"Kan lo yang ngelarang gue."
"Gue nggak ngelarang," ucapnya cepat. "Cuma bagi gue, itu hal useless yang nggak penting buat lo lakuin. Adam udah nolak lo, dan gimanapun usaha lo, Adam nggak akan balik ke lo. Kenapa? Karena dia udah menemukan perempuan yang lebih baik dari lo."
Perempuan yang lebih baik dari lo.
Deg.
"Maksud gue, menurut versinya Adam, Nad. Kalau menurut versi Bima, ya jelas bagus lo kemana-mana ketimbang Tiara," ujar Jessita, seolah tau apa yang Nadia pikirkan.
Bima.
Entah mengapa, tiap mendengar namanya, selalu saja ada rasa bersalah dan sedih yang menyelimuti Nadia.
"Tapi kalau lo mau coba beneran, ya udah nggak apa-apa. Asal lo harus siap, kalau hasil akhirnya nggak sesuai sama yang lo harapin."
Nadia mengangguk. "Seenggaknya gue udah nyoba, dan gue udah nggak penasaran lagi."
"Oke. Just go and try," katanya. "I am here if you need shoulder to cry."
Nadia tersenyum, dan segera menyusun rencana.
Ia tau, dirinya bagai wanita-murah, yang meski sudah ditolak, tetap saja gigih maju.
Biar saja. Toh usai ini, Nadia bisa memastikan langkah apa yang harus ia ambil.
Karena terkadang, meski telah mencoba dan berjuang, jika cinta bukan milikmu, maka ia tak pernah kembali ke padamu.
Seperti itulah kalimat yang tepat. Jika memang dia bukan untukku, aku harus ikhlas, kata Nadia dalam hatinya.
Karena nantinya, akan ada lelaki baik untuk dirinya. Karena nantinya, akan ada lelaki lain yang bisa sembuhkan lukanya.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadia's Journey (Diantara Dua Cinta)
RomanceDisini terdapat sebuah cerita, dimana ada cinta yang tidak bisa didefinisikan. Dimana ada sesuatu yang tidak bisa digambarkan. Dan semua itu berujung pada suatu kisah yang tak diduga. Seperti.... Takdir yang mempermainkan segalanya. Awalnya, hat...