#BUKAN SITI NURBAYA# Part 1
'mau tidak mau kamu harus SETUJU! TITIK!' kata Papa Sartika dengan tegas.
Sampai2 ia membanting koran di atas meja tepat di depan Sartika. Beruntung ia Papanya sendiri. Papanya itu memang orang yang tempramental.
Baru saja Sartika mendapat ceramah rohani dari Papanya. Tidak. ceramah paksaan.
Lulus dari SMA ternyata tidak membuatnya bebas.
Berkali-kali ia menggaruk-garuk kepalanya. Ketombenya bisa turun semua ke baju.
'masih bau kencur masak gue disuruh NIKAH. apa kata dunia ?? bisa2 dunia menginjak-injak harga diri gue' kata Sartika panik.
Ia berdiri dan berjalan ke kanan dan kiri. Secara berulang kali.
Mencari-cari ide.
'papa pake bilang gue gak akan laku lah. sok2 jodoh2in gue. plis pa. ini bukan jamannya siti nurbaya lagi. ini jaman Sartika pa. ' gerutunya terus-menerus.
Sartika memilih ke markas gaulnya.
'guys, gue punya kabar buruk!!!' kata Sartika sebagai pembawa berita handal.
'uda macem merpati gue lihat' sahut Hafis yang sedang mengisap rokoknya.
Sartika yakin ini juga akan mengejutkan mereka.
'gue disuruh NIKAH sama bonyok gue' kata Sartika dengan tampang down.
HENING. Semuanya melihat ke arah Sartika dengan seksama. Kira2 didalam markas itu ada 6 orang. Hafis, Sartika, Iman, Rayen, Kevan, dan Irvan.
Satu.. Dua... Tiga ....
'haaaaaaaaa' kelima orang itu tertawa lepas.
Dan terus saja tertawa. Bagi Sartika itu sebuah hinaan.
'DIAMMMM!!!!' teriak Sartika.
'duh duh. Pak Adi (Papa Sartika) kayaknya mengerti sama lo.' sahut Irvan masih cekikikan.
'panjangin dulu tuh rambut, baru lo bisa nikah. mana mungkin lo pake kebaya dengan rambut pendek. bisa ketawa abis2an gue' ledek Iman.
Selain itu, yang lain tertawa jamaah lagi.
Sartika memang tergabung dengan mereka sudah setahun. Dan kebetulan sekali mereka semua sebaya. Namun berbeda sekolah. Yang satu sekolah hanya Hafis dan Sartika. Kini mereka sudah lulus. Inilah perkumpulan pemain skateboard, permainan favorit Sartika.
Sartika mengacak rambut pendeknya.
'jadi lo semua rela gue dinikahin??' tanya Sartika tak bersemangat.
'selama itu untuk kebaikan lo. setuju2 aja' kaat Rayen yang memang lebih bijaksana dari semuanya.
'emang lo mau dinikahin sama siapa ??' tanya Hafis penasaran.
Sartika mengangkat bahu.
'wah Sar. sedih banget sih hidup lo. baru juga lulus. masak uda nikah. nikmati dulu dong masa muda lo.' saran Iman asal.
'tumben ngomong lo bener' sahut Sartika.
Iman malah nyengir.
Sartika memegang kepalanya.
'bilang aja lo uda pacar. dan lo serius sama pacar lo' usul Irvan.
Sartika melempar sebuah botol air mineral ke arah Irvan. Untung gak ada airnya lagi.
'lo nyindir gue. siapa emang yg mau sama gue!!' kata Sartika pitam.
'kan sandiwara. bohong dikit gpp kali' sahut Irvan lagi.
Sepertinya otak Sartika buntu total.
'arggghh!!' Sartika bergegas pergi dari markas. Toh, ia tidak bisa menemukan jalan keluarnya.
Sartika lalu-lalang sendirian di Alun2 Kota. Tidak lupa skateboard ini selalu ia bawa. Biasanya Sartika selalu bermain di tempat ini bersama genk-nya. Ia berdiri di atas skateboardnya yang sedang berjalan.
Pikirannya kacau. Sejak tadi tidak ada ide untuk menggagalkan niat papanya. Sartika malas untuk pulang ke rumah. bisa2 ia mendapat ceramah tambahan.
'aaaaaaaaaa' teriak seseorang.
Sartika tersadar dari lamunannya.
BUUUKKKK!!!
Sartika sukses menimpa tubuh orang yg tidak dikenal ini.
'mampus gue. gara2 papa nih' pikirnya panik.
Sartika menindih orang ini. Ternyata ia menubruk seorang lelaki. Lelaki itu menutup wajahnya dengan lengan bawahnya.
'sorry gue gak sengaja' kata Sartika belum berdiri.
'cewek sialan. cepat pergi dari badan gue' katanya keras.
Sartika baru sadar. ia pun segera berdiri. Ia menarik tangan lelaki itu.
'aaaaa'
Sepertinya ia kesakitan saat Sartika menarik tangannya.
'sorry lagi' kata Sartika panik dan bingung.
Lelaki itu tidak berdiri. Sartika ingin tau bagaimana keadaannya.
'kayaknya punggungnya sakit tuh. bisa2 dia minta ganti rugi' pikir Sartika.
Sartika menggelng membayangkannya.
Pria itu masih menutup mukanya dengan lengan.
Sartika berjalan mundur dengan sangat pelan.
'sorry gue gak sengajaaaaaa' kata Sartika berlari cepat. Ia berlari terbirit-birit.
'woiiii, woiiii, jangan kabur lo' kata lelaki itu. Namun Sartika tetap berlari.
Mau tidak mau Sartika harus pulang. Ia tidak tau harus kemana. Lebih tepatnya tempat untuk mengadu. (lebay)
Sartika langsung melongos ke kamar.
'papa pasti uda tidur.'
Sartika menyalakan lampu kamar karena sejak tadi ia sibuk mengatur napasnya yang tersengal.
'Sartikaaaaaaaaaa!!!' kata Papanya tepat duduk di sisi ranjangnya.
'mampus' Sartika menepuk jidatnya keras.
'sudah berapa kali papa bilang .. hari ini jangan pulang malam. kamu sudah buat papa maluu' kata Papa Sartika keras.
Sartika jadi ciut. Ntah apa yang harus ia lakukan.
'sial banget gue' pikirnya.
Bersambung --)