#BUKAN SITI NURBAYA# Part 3
'oh ini yg namanya Sartika' ucap seorang perempuan tua dari arah ruang makan.
Sartika nyengir sekenanya.
'loh kok mereka biasa aja sih lihat tampilan gue yg urakan ini' pikir Sartika.
'iya tante. Saya Sartika.' jawab Sartika. Dia mamanya Satria.
'ternyata lebih cantik dari yg difoto.' ujarnya.
'pasti kerjaan papa tuh' batinnya kesel.
'mama gak bisa lihat apa, masak ak nikah sama bentuk cowok begini' keluh Satria.
Sartika memang sedikit tersinggung.
'ssssstttt, pokoknya menurut mama kalian cocok. dari nama aja cocok. Satria dan Sartika. mama akan buat wedding kalian semegah mungkin' ungkapnya dengan penuh bahagia.
Mama Satria memepetkan tubuh Satria dan Sartika menjadi satu.
'duuh, serasi banget.' komentarnya.
'ma, ini pasangan terburuk dalam hidup aku. parahnya kami itu kayak anak lelaki kembar ' gerutu Satria dalam hati.
Sartika menggeleng pasrah lalu tertunduk.
Setelah kepergian keluarga Satria, Sartika bermaksud berbicara serius pada papanya.
'pa, plis aku gak mau pa. aku gak siap dgn sebuah pernikahan aturan papa ini. biarin aku bebas dulu. aku akan putusin setelah 5 tahun nanti.' kata Sartika sambil tertunduk.
'5 tahun. ya 5 tahun' yakinnya.
'tidak bisa. dan dalam waktu 5 tahun itu apakah kamu bisa menjamin ada lelaki yg akan melamarmu. PAPA GAK YAKIN. siapa sih yg mau sama kamu. anak perempuan urakan yg hobbynya main skateboard. kesempatan ini cocok untuk kamu. papa takut kamu gak dapet jodoh. papa gak mau kamu bernasib seperti adik papa. ' terangnya lurus.
'jodoh itu di tangan Tuhan pa. papa ngertiin aku dong' paksa Sartika.
'kamu pilih mana, menikah dgn Satria atau kamu berhenti main skateboard seumur hidupmu dan jangan bertemu dengan genk2 nakalmu itu' kata Papanya.
Suara Sartika seakan habis. Ia menelan ludah berkali-kali. Bagaimana bisa ia meninggalkan permainan favorit dan sahabat2 terbaiknya.
'Sartika keputusan papa sudah bulat. kurang lebih 21 hari lagi tepat hari pernikahanmu. ingat hanya ini kemauan papa yg terakhir. ini papa lakuin karna papa sayang sama kamu. lagi pula kamu belum mengenal Satria dgn baik. papa sudah mengenalnya lebih dulu.' jelas papanya bersikeras.
'persiapkan dirimu!' kata papa terakhir.
Sartika berhambur ke kamar.
'papa jahat! papa jahat!' hujat memukul-mukul kasurnya.
'NIKAH. berarti TERIKAT. dan gue akan melakukan -itu- ' pikirnya dgn seksama.
Sartika menggeleng-geleng membayangkannya.
Sejuta khayalan menghantuinya.
---
'sayang, ' Sartika merasa Satria sedang memeluknya dari belakang.
Satria membalikkan tubuh Sartika. Mereka saling bertatapan. Tidak lepas sama sekali.
Ia menarik Sartika mendekat padanya.
Sartika terpaku kaku.
Satria meraih dagu Sartika perlahan. Semakin dalam semakin dekat. dekat, dan ................
...........
........
......
.....
---
'TIDAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!!!!' Sartika mengelap kasar bibirnya.
'gak mau.. JIJIK!!!' pikirnya terbayang lagi.
Segera ia usir pemikiran itu.
@ Mall Asia Arena.
Mereka berada di parkiran dan sudah akan pulang. Satria sudah menceritakan semua rencana perjodohan itu.
'kenapa sih mama kamu itu selalu nentang hubungan kita. padahal dia tau kita ini saling mencintai' keluh wanita cantik itu pada Satria.
'Gissel tenang. aku yakin mama gak kayak gitu. ini pasti kemauan dari orang tua wanita yg akan dijodohin sama gue' hibur Satria.
Rambutnya yang terurai panjang, menambah raut cantik diwajahnya.
'yauda Sat. kita kabur aja. toh ini gak adil untuk kamu' ungkap Gissel menghadap Satria.
Satria memegang kedua pipi Gissel dengan tangannya.
'percayalah. semuanya akan baik2 saja. ' kata Satria meyakinkan Gissel.
10 hari kemudian.... berarti H-11.
Sartika sedang dipingit. Pergi ke simpang jalan perumahan juga tidak boleh.
'mending papa ikat aja sekalian. biar kayak hewan penjaga (anjing)' komentarnya.
'tok tok' Sartika membuka pintu rumah.
Tampangnya langsung kecut.
'ngapain lo disini!!!' hujatnya tepat pada Satria.
'gak usah ge-er. gue disuruh nyokap gue ajak lo buat milih cincin di mall' jelasnya sewot.
'hah?? ke mall ??' pikirnya diam2.
Sartika berkali-kali mengangkat alisnya.
"nak Satria masuk..' sapa papa Sartika.
Satria menyalami tangan papa Sartika dan tersenyum.
'gak usah pa. bentar lagi juga pergi' celetuk Sartika.
'hussshh, Sartika kamu buatkan dulu segelas minuman hangat. ' suruh papanya.
'gak usah om. ' kata Satria sungkan.
Namun, ia telah ditarik masuk ke rumah.
'kamu ajak ke dapur gih ' sahut papanya.
'tapi pa..' sangkal Sartika.
'SARTIKA' erang papanya.
Mau tidak mau Sartika berjalan ke dapur dan diikuti Satria.
'emang gue babu. kan ada Bi Ranti.' ucapnya keras.
Satria cekikikan.
'girang banget lo gue lihat' kata Sartika tersindir.
Menyeduh secangkir teh berukuran kecil. Namun bukan dengan pemanis.
'bakal enak banget' batinnya.
Satria duduk di kursi di dekat dapur minimalis rumah ini.
Sartika akhirnya meletakkan secangkir teh itu di depan Satria.
'silahkan-tuan-Satria' kata Sartika dgn penekanan.
Satria pun tersenyum kemenangan.
Ia raih cangkir itu untuk segera ia minum.
Satuuuuuu
.
.
Duaaaa
.
.
Tigaaaa
MUNCRATTTTTTTTT!!!!
Namun Sartika tidak bisa merayakan keberhasilannya.
Karena wajahnya sekarang sudah basah. berkat teh hangat yang disemburkan ke arah wajah Sartika.
'gilak asiiin bener' ungkapnya meludah-ludah kecil ke sekitarnya.
'Sorry' ujarnya singkat melihat ke arah Sartika. Tampangnya sangat innocent.
Sartika mengepalkan tangannya.
'arghh!!!' umpatnya sebel.
Bersambung --)