#BUKAN SITI NURBAYA# Part 12
Setelah Satria tidak di rumah, Sartika memilih kembali ke rumah papanya.
'ma, Sartika mau ambil baju2 sartika dulu di rumah papa' izin Sartika pada mama Satria.
'loh, kenapa gak minta anterin Satria tadi. yauda kamu hati2 yah' kata mama Satria ramah.
Dalam perjalanannya menuju rumah, Sartika semapt merasa bersalah teleah mengutuki pernikahan dengan Satria.
Dan ke rumah papanya juga bukan ide yang bagus, Sartika juga akan dicerca habis2an oleh papanya.
'kenapa sih nasib gue malang banget' kata Sartika mengarah ke luar jendela. Taxi terus melaju menuju kediaman papanya.
'gue harus cari kegiatan biar gue gak sama2 Satria. kalo perlu gak lihat Satria seharian.' kata Sartika memikirkannya dengan matang.
'kamu mau kuliah ??' selidik pak Adi pada anaknya.
'iya pa. daripada aku diam di rumah aja. mending aku lanjutin pendidikan aku' kata Sartika menguatkan opininya.
'tapi gak biasanya. lagi pula kamu itu kan orang pemalas, mana peduli dengan pendidikan. nilai UN mu yang kemarin itu aja jeblok sekali' sindir papanya.
Sartika mendengus kesal.
'papa." Sartika berusaha mencair.
'papa tau sendiri kan Satria aja kuliah, dan sebentar lagi wisuda. masak aku kalah. aku kan mau jadi istri yang bisa dibanggakan sama suami aku' kata Sartika menekankan setiap kata2nya.
Pak Adi semakin bingung dengan jalan pikiran anaknya.
Namun apa yang diutarakannya itu benar.
'boleh yah pa' kata Sartika memohon.
'papa gak punya hak lagi. lebih baik kamu diskusikan dengan suami mu.' kata papanya.
'ayo lah pa.' bujuk lagi.
'Sartika belajarlah menghargai suami mu. tanyakan kesetujuannya. papa gak mau kamu jadi istri pembangkang.' ucapnya.
Sartika hanya berhela nafas.
Keteguhan hati papanya itu bagaikan sebuah gunung es.
Malam hari ...
Sartika calling ...
'halo' jawabnya.
'gue lagi di rumah bokap. mungkin besok gue pulang' kata Sartika.
Otaknya harus cepat berpikir.
'oh, yauda.' jawabnya algi.
Sambungan pun terputus.
Satria sedang memandangi sebuah rumah yang cukup asri. Ya. Ini kediamaan Gissel.
Masih ada rasa seganbila ia harus masuk ke rumah itu .
'gue akan cepat bersama lo. secepatnya. ' ucap Satria yakin.
Kakinya langsung menginjak gas mobil. Kecepatan di atas rata2.
Sartika dan Wira bertemu di Alun2 Kota. Bukan untuk bermain skateboard. Tapi Wira akan mengatakan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan melalui ponsel.
'udah lama ??' tanya Sartika yang mendapati Wira di pinggiran Alun2 Kota. Tepatnya ia bersandar di bawah pohon.
'belum Tik' jawabnya.
Beberapa saat keduanya terdiam.
'lo ma...' ucap mereka secara bersamaan.
'lo duluan' kata Sartika.
'ladies first' ucap Wira.
'lo mau ngomong apa " kata Sartika hati2.
Wira pun masih menimbang-nimbang.
Kali ini ia menoleh pada Sartika. Pastinya Sartika sudah siap mendengar apa saja yang akan dibicarakan oleh Wira.
'apa??' tanya Sartika sekali lagi.
Rasanya sulit untuk keluar dari sikap pecundangnya itu.
'lo cinta sama Satria??' tanyanya.
Sartika menggeleng.
Akhirnya Wira bisa tersenyum lega.
'tidak ada cinta di antara kami. ini adalah pernikahan rancangan orang tua. gue dan Satria hanya korban' jelasnya.
'benarkah hanya korban ?? ' tanay Wira.
'iya. itu benar' jawabnya lagi.
Namun entah mengapa, raut wajah Wira masih belum percaya 100% terhadapnya.
'satu hal yang harus lo tau. cinta itu muncul bukan karena kita inginkan. tapi cinta itu ada karena kebersamaan. seperti kita dulu' kata Wira mengingatkan.
Sartika memegang pipi Wira.
'Wira percaya sama gue. lo cinta pertama gue. lo orang yang pertama mencuri hati gue. meski lo tau gue ini bukan cewek feminim yang diinginkan cowok2 normal lainnya.' ungkap Sartika.
Wira kini meraih tangan Sartika yang berada di pipinya.
Wita tidak pernah menyangka kini sahabat karibnya telah menjadi suami dari orang yang sangat ia cintai. Berulang kali ia menganggap dirinya masih saja menjadi seorang pecundang.
'Satria cobalah lebih sensitif. Sartika pergi mungkin ada hal yang buat dia gak betah disini' urai mama Satria saat mengetahui Satria tidak pulang bersama Sartika.
"ma, tapi Sartikanya sendiri yang bilang kalo dia mau nginap di rumah papanya. mungkin dia rindu sama papanya' jelas satria keukeh.
'pokoknya mama gak mau tau. malam ini kamu juga harus tidur di rumah mertuamu. kalian itu pengantin baru.. TIDAK BOLEH TERPISAH. apalagi PISAH RANJANG' jelas mamanya.
Tidak ada gunanya bicara panjang lebar dengan mamanya.
Mau tidak mau ia berlalu menuju rumah Sartika.
Bersambung --)