MBA.....Katakan ini Mimpi!!

170K 7.7K 77
                                    

Happy Reading..








1 hari sebelum hari H...

"Mas Gibran belum ngabarin aku sampai hari ini Bun"

"Mungkin dia sibuk sayang, lagian besok juga ketemu"

"Tapi bun, Mas Gibran bukan cuma ga ngasih kabar, nomernya ga aktif"

"Sabar sayang, positif thinking dong. Dia pasti sibuk ngurus hal-hal untuk besok. Kalo hape-nya aktif pasti kamu bawelin dia terus. Udah ah, kamu tidur sana, biar besok segar. Ga usah repot deh"

Caca berjalan lunglai menuju kamarnya yang sudah dihias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin. Caca sebenarnya bukan tipe perempuan yang suka merepotkan dirinya untuk menanyakan orang tentang ini dan itu. Caca tidak terlalu suka mencampuri urusan orang lain, baginya urusan sendiri masih banyak yang perlu diurus. Hanya saja, kali ini pikirannya benar-benar merepotkan. Jelas saja repot, besok adalah hari pernikahannya dengan lelaki yang selama 6 tahun ini bersama hatinya. Caca yang tenang bak genangan air, cuek, dan sedikit susah bersosialisasi tapi sangatlah jujur dalam setiap perkataannya luluh pada seorang Gibran, lelaki yang dulunya kakak kelas paling menyebalkan seantero sekolah. Namun, mati kutu jika dihadapan Caca. Oleh karena besok hari pernikahannya dengan lelaki bernama Gibran yang sampai detik ini belum memberi sedikit kabar keberadaan padanya inilah pikirannya menjadi repot.

Dua hari sebelumnya Gibran masih memberi kabar bahwa dia sedang di bandara menunggu keberangkatannya. Ya, Gibran berada di luar kota karena pekerjaannya. Bahkan setelah menikah Gibran sudah merencanakan untuk membawa Caca bersamanya kemanapun saat tugas diluar kota. Setelah mendapat kabar keberangkatannya itu, Caca tidak lagi menerima kabar apapun dari Gibran. Coba kalian menggantikan posisi Caca, apa kalian akan bisa untuk tidak repot?

Caca terlihat sangat gelisah namun, kantuknya tak bisa ia pertahankan. Akhirnya ia terlelap hingga adzan shubuh berkumandang membagunkan Caca dari alam mimpinya.

***

Hari H...

Setelah melaksanakan shalat shubuh, Caca kembali meraih ponselnya. Berharap ada satu pesan dari Gibran dan taraaa..

Hampir saja Caca berteriak saat melihat 3 pesan belum terbaca dikotak masuknya. Namun, setelah membuka pesan tersebut Caca tertegun, entahlah apa yang sedang melintas di lalu lalang jalan pikirannya saat membaca..

Mas Gibran:
Maaf..

Mas Gibran:
Terimakasih..

Mas Gibran:
Maaf..

Tiga pesan yang Caca sendiri tidak mengerti, saat ia mengirim balasan pesannya sudah tak terkirim lalu nomor Gibran? Sudah pasti tidak aktif kembali.

Hatinya mulai kalut tapi Caca mencoba untuk tetap tenang. Setelah selesai mandi, berganti pakaian, ia keluar kamar berniat sarapan. Sebenarnya Caca mulai khawatir tapi lagi-lagi ia mencoba berfikir positif seperti perkataan ibunya semalam. Kalau ada yang tidak beres tidak mungkin orang tuanya santai saja, tidak mungkin adiknya yang paling rempong itu masih santai memakan roti selai kacang merah di sofa, tidak mungkin rumahnya masih berhias pernak pernik pernikahan, tidak mungkin keluarga dari pihak Ayah maupun Bundanya masih berdatangan satu persatu. Namun, ya. Caca menyadari sesuatu yang ganjil.

Raut wajah, aura, air muka atau apalah kata kalian yang pasti setiap Caca melewati atau berpas-pasan dengan saudaranya, mereka semua menampakan raut wajah yang sama. Khawatir, iba, sedih atau kalau menurut Caca raut wajah mereka seolah memberi tahunya untuk tegar.

Caca sedikit merasa tak enak hati, pikirannya kembali pada pesan yang dikirim Gibran shubuh tadi. Tak berselang lama setelah sarapan Tante Aira, adik Ayahnya memanggil untuk segera bersiap-siap karena sebentar lagi rombongan mempelai pria akan datang.

Sedikit tenang hati Risha saat tantenya berkata "Ca, kamu cantik banget. Pasti suami kamu terpesona liat istrinya cantik begini, ga nyesel deh dia nikahin kamu" Caca hanya tersenyum menanggapi guyonan tantenya.

"Ra, udah slesai belum? Ijab qabulnya mau dimulai" tanya Bunda.

Setelah menjawab "udah kak" tante Aira keluar dari kamar menyisakan Caca dan Bunda. Bunda terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya dan songket berwarna senada dengan tema hari ini, magenta. Ditambah balutan hijab membuat Bunda semakin cantik. Caca sedikit terkejut saat Bunda menepuk bahunya pelan lalu menangkup kedua pipinya.

"Kamu cantik sekali sayang" Bunda mengusap pipinya pelan "akhirnya si jutek Bunda menikah" candaan Bunda yang dibalas dengan raut wajah protes Caca.

"Bunda harap kamu bahagia, maafkan Bunda dan Ayah kalau kami membuat kamu kecewa, tetap jadi perempuan yang tegar, jujur, sabar dan penyayang. Jadi istri yang berbakti pada suami, suami itu pemimpin keluarga, jaga amarah dan suara..--" belum selesai Bunda mengeluarkan ribuan nasehat yang menurut Caca sudah di persiapkan sejak semalam, ia menyentuh tangan bundanya melihat wajah yang sudah dibanjiri air mata.

"Bunda, aku ga pernah merasa dikecewakan oleh Ayah dan Bunda. Aku yang seharusnya minta maaf kalau aku sering buat Ayah dan Bunda kecewa, aku akan selalu ingat nasehat-nasehat Bunda. Terimakasih ya Bunda" Caca tersenyum lalu mencium tangan Bundanya yang lembut dan selalu menawarkan kehangatan.

Caca berdiri lalu mengusap air mata Bunda, padahal hari ini adalah hari pernikahannya tapi malah Bunda yang menangis dipundaknya. Dengan sedikit terkekeh Caca mengusap bahu Bundanya "Udah bun, kok jadi Bunda yang cengeng sih. Kan Caca yang mau nikah" Bunda tersenyum malu padanya.

Setelah berharu ria dikamar, Bunda mengajak Caca keluar kamar. Caca duduk di balik tirai tipis yang membatasi antara ia dan calon suami yang sebentar lagi resmi menjadi suaminya.

Caca masih duduk tenang sampai akhirnya acara ijab qabul dimulai, pikirannya tiba-tiba kacau balau. Seolah para petugas di dalam otaknya sedang berhamburan tak tahu arah.

.

.

"Saya terima nikah dan kawinnya Clarisha Astari binti......"

Caca mencoba untuk mencerna setiap kata yang ia dengarkan, dari balik tirai tipis yang membatasi Caca dengan dia, si lelaki yang saat ini tengah menjabat tangan Ayah sambil mengucapkan ijab qabul tapi fokus Caca bukan pada apa yang dia ucapkan melainkan pada suaranya.

Caca sangat yakin, ia tidak salah minum vitamin pagi ini. Caca juga baru dua minggu yang lalu memeriksa kesehatannya, termasuk kesehatan telinganya. Caca mengenal betul suara Gibran Farhansa, orang yang selama 6 tahun menjadi pacarnya tapi itu bukanlah suaranya.

Caca semakin yakin bahwa orang yang mengucap ijab qabul tadi bukanlah Gibran Farhansa karena yang sedang memasangkan cincin, Caca cium punggung tangannya dan mencium keningnya sekarang bukanlah Gibran tetapi suaminya yang sah. Bayu Farhansa. Orang yang seharusnya menjadi adik iparnya. sekali lagi Caca tegaskan. ADIK IPAR!

"Siapapun tolong katakan ini hanya bunga tidurku lalu cepat bangunkan aku!!!!" Sayangnya itu hanya teriakan Caca dalam hati, karena yang terjadi sekarang ini bukanlah mimpi melainkan kenyataan.

.

.

.

Tbc

Haiii....ochaa buka lapak baru nih, semoga suka. Btw, ini ceritanya masih sama kayak ceritaku yang lain. Konflik ringan, tapi doakan cerita ini ga ngaret kayak cerita yang lain ya. Muehehe >_<

Sentuh bintang-bintang kecil dipojokan bisa kalii ya..

Salam manis dari ochaa #dilemparsendal

(MBA) - Marriage By Accident [Tersedia Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang