Happy Reading..
Aku mencoba mencerna setiap detail peristiwa kemarin, mulai dari sms aneh Gibran, nomor ponselnya tidak aktif, raut wajah keluargaku yang khawatir, sampai pesan Bunda yang sedikit aneh setelah kupikir-pikir. Kalian ingat? Bunda mengatakan maaf kalau Ayah dan Bunda mengecewakanmu.
Dasar Caca lamban! Kenapa aku tidak merasa aneh sebelumnya, padahal jelas untuk apa bunda mengatakan kalau mereka mengecewakanku. Pernikahan ini atas dasar kemauanku bukan paksaan mereka! Dan ya, ternyata kecewa yang mereka maksud adalah kecewa atas keputusan sepihak mereka tanpa persetujuanku.
Sekarang aku sedang duduk di meja makan menunggu anggota keluargaku yang masih sibuk dikamarnya masing-masing, termasuk suamiku. Ya, semalam dia menginap dirumahku. Bunda yang memintanya karena kalau tidak salah pahamku, mulai hari ini suamiku itu akan membawaku untuk tinggal dirumahnya. Namun, sejak setelah acara akad nikah yang sederhana kemarin dia belum meluncurkan sepatah katapun untukku, begitu juga sebaliknya. Sudah tahukan, aku bukanlah tipe orang yang mau repot bertanya ini itu.
Jam baru menunjukkan pukul 06.00, aku sudah merapikan meja makan serta menata menu sarapan. Bukan, aku bukannya kerajinan hanya saja setelah shalat shubuh tadi mataku sudah tak bisa diajak terpejam lagi. Aku memutuskan untuk kedapur menyiapkan sarapan dari pada harus berdiam diri di kamar yang kurasa suhunya bertambah sedikit dingin.
Kulihat Bunda yang pertama kali muncul disusul Lala adikku satu-satunya.
"Pengantin baru cepet banget bangunnya, masak pula" celetuk Lala yang kubalas dengan kerlingan serta dengusan malas dariku.
"Bayu mana Ca?" Tanya bunda.
"Masih tidur kayaknya, habis shubuh tadi" jawabku sekenanya.
Sebenarnya aku tidak tahu, apakah suamiku itu masih tidur atau sudah bangun karena saat aku shalat tadi dia belum memnunjukkan tanda-tanda akan bangun.
"Kamu sudah kemas barang-barang kamu Ca?" Tanya bunda lagi seraya menarik kursi dan duduk.
"Emangnya harus hari ini ya Bun? Aku belum ngurus surat-surat di tempat kerjaku loh" alibiku, sebenarnya aku hanya malas untuk cepat-cepat pergi dari sini ditambah lagi aku sudah nyaman ditempat kerjaku saat ini.
"Biar Ayah yang mengurus semua Ca, Ayah sudah mengajukan surat pindah dari kepala sekolah. Sekitar dua minggu lagi kamu sudah bisa mulai ngajar disana" ujar Ayah yang baru saja bergabung di meja makan lalu duduk di samping Bunda.
Meja makan dirumahku bulat bentuknya, kalau kalian mau tahu.
Ohya, lihat. Ayah bahkan sudah mempersiapkan semuanya. Apakah aku terlalu bodoh? Sampai-sampai cuma aku yang tidak tahu bahwa Gibran, calon suamiku sebelumnya itu kabur, lari, pergi, menghilang-atau apalah itu namanya-dari tanggung jawabnya. Sehingga seseorang yang kurasa tak bersalah sekarang harus rela menggantikkan posisinya, rela mengorbankan masa depannya atau lebih tepatnya masa mudanya demi abangnya yang tak tahu malu.
Sebagian diriku memang menolak kenyataan yang terjadi kemarin, saat dimana aku melihat secara langsung pria atau lebih tepatnya bocah yang telah resmi menjabat sebagai suamiku. Ingin rasanya aku lari dari hadapannya apalagi saat tatapan tajam dan dinginnya menusuk tepat ke mataku yang menatapnya tak percaya.
Tapi aku harus apa? Saat aku juga tak bisa berbuat apa-apa selain mencoba lapang dada menerima setiap skenario tuhan yang diberikan padaku.
"Ca, yakin kamu mau makan selai sebanyak itu? Katanya ga suka manis" Suara Bunda membuyarkan pikiran-pikiranku, wajahnya sedikit tak percaya melihat roti ditanganku.
Benar saja, roti ditanganku sekarang sudah aku lumuri dengan selai coklat yang berlebihan. Aku sendiri menatap rotiku ngeri, namun tiba-tiba roti ditanganku melayang dan berpindah ke tangan seseorang. Aku mengikuti kemana arah rotiku dan ternyata..
"Buat aku aja ya" ujarnya seraya memasukkan rotiku tadi ke dalam mulutnya.
Kurasa tampangku saat ini sangat tidak indah, karena aku terkejut lalu ternganga melihat Bayu melahap rotiku hanya dengan 3 gigitan.
"Kalo makan begitu kakak pasti langsung bilang.." dengan bodohnya lagi aku menyambung ucapan Lala "Makan manis terlalu banyak bisa menyebabkan diabetes" ujarku tanpa sadar.
"Nah kan!" Seru Lala menyadarkanku.
Aku meringis malu saat menyadari Ayah, Bunda, dan Lala terkekeh. Bayu? Dia hanya mendengus geli.
"Caca ini ga suka sama makanan yang terlalu manis, tapi paling ga tahan sama es krim" Bunda memberi sehelai roti pada Ayah.
"Suami kak Caca.. eh, aku harus panggil apa? Mas? Abang? Atau kakak juga?" Tanya Lala lebih pada dirinya sendiri.
"Panggil Abang aja," jawabnya singkat, menyunggingkan senyum ke arah Lala.
Ramah juga. Pikirku.
"Ooo, Abang. Hati-hati ya sama kak Caca," ujar Lala seolah aku adalah penjahat yang patut dicurigai.
"Kenapa?" Tanyaku yang tak sengaja kompak dengan Bayu.
"Ciee.. sehati banget!" sindir Lala.
"Apasih kamu dek!" sewotku.
"Tuh kan. Bang, kak Caca itu kurang kadar humor. Maklum bawaan guru killer," nyinyir lala yang mendapat delikan tajam dariku.
"Ayaahh...." keluhku pada Ayah yang ditanggapi dengan gelengan serta kekehan.
Sarapan pagi dirumahku jadi sedikit berbeda hari ini, ada Bayu yang notabenenya suamiku yang sesekali tertawa menanggapi lelucon Lala. Adikku yang masih duduk di bangku kelas 6 SD itu memang memiliki kadar humor lebih banyak dariku.
Aku sudah menyiapkan semua barang-barang yang akan aku bawa bersamaku. Tidak banyak hanya beberapa pasang pakaian, sepatu dan tas. Aku bukan perempuan yang terlalu gila dengan fashion.
Setelah berpamitan dengan Ayah, Bunda serta si kecil Lala. Aku dan Bayu berangkat menuju rumah Bayu mungkin sekarang akan menjadi rumah kami.
Sepanjang perjalanan hanya suara deru mesin mobil yang terdengar serta suara alunan lagu yang diputar di radio mobil. Tidak ada yang memulai permbicaraan, aku sendiri tidak berminat menyakan apapun.
Lama kelamaan, kantuk menyerangku. Perlahan mataku mulai terpejam, namun samar-samar aku mendengar suara Bayu berbicara padaku atau mungkin lebih pada dirinya sendiri.
"pantesan ditinggal lari, kulkas"
.
.
.
To be continued..
Nah loh, Bayu sekalinya ngomong pedes ya. Pasti kalian udah bisa nebak jalan cerita ini tapi silahkan di nikmati saja. Semoga tidak membosankan. Sentuh bintang-bintang kecil dipojokan ya kesayanganku semua #puppyeyes
KAMU SEDANG MEMBACA
(MBA) - Marriage By Accident [Tersedia Versi Cetak]
General Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [Open PO] Setelah 6 tahun pacaran, besok adalah hari yang paling bahagia untuk gadis berparas cantik Clarisha Astari. Gibran Farhansa, pria tampan yang sejak lama menjadi pacarnya besok akan...