Happy Reading..
Aku membuka mataku yang terganggu karena cahaya terang dari celah jendela mengenai wajahku. Aku meregangkan otot-otot badanku yang terasa kebas. Masih dengan sisa-sisa kantukku, aku melihat sekeliling kamar yang aku tempati untuk saat ini dan mungkin sampai nanti. Aku memutar kembali beberapa kejadian beberapa waktu sebelum aku tidur semalam.
Setelah sampai dirumah minimalis yang didominasi warna putih hitam ini aku turun dengan sedikit tampang kagum, halaman rumah ini tidak terlalu luas tapi tampak asri, ternyata asisten rumah tangga yang sering merapikannya.
Bayu masih seperti sebelumnya tak banyak bicara, saat aku baru memasuki rumah sambil menggeret koperku, Bayu berdiri tak jauh dariku "kamar kita di atas, kamar gue yang kanan dan lo yang kiri. Dapur disana. Kalo lo perlu sesuatu, lo bisa minta tolong sama bik Oni. Selamat istirahat," jelasnya seraya menunjukkan ruangan-ruangan yang diucapkan lalu menutup pembicaraan sebelum akhirnya ia berbalik dan meninggalkanku dengan kerutan dikening.
Aku sedikit tenang karena ternyata Bayu tidak terlalu mempermasalahkan keberadaanku. Bahkan ada baiknya juga ia memisahkan kamar kami. Aku tak perlu khawatir akan mati beku berdekatan dengan bocah dingin seperti dirinya. Apalagi aku tidak begitu mengenalnya, ini lebih baik ketimbang aku harus satu kamar dengannya lalu akan tercipta kecanggungan.
Aku bangun dari posisi tidurku, setelah ototku nyaman. Aku mulai merapikan tempat tidurku yang kalau kata bunda seperti kapal pecah. Maklum saja, di usiaku yang sudah berkepala 2, aku masih tidur tak beraturan arah.
Setelah mencuci muka dan menyikat gigi aku keluar dari kamar, sebelumnya aku sudah mengecek jam dinding. Jam 06.00. Perutku sudah minta diisi.
Aku berjalan menuju dapur yang terlihat sangat sepi. Belum ada makanan bahkan sehelai roti pun tak ada diatas meja. Perutku semakin berdemo, akhirnya aku melihat setiap sudut dapur dan menemukan roti tawar serta selai coklat kacang, susu kotak, dan sebotol jus jeruk.
Saat sedang asik menyiapkan sarapanku seseorang masuk ke dapur. Bik Oni.
"Duh, maaf non. Ga maksud ngagetin," ujarnya saat melihatku yang sedikit terkejut dengan kedatangnya.
"Gapapa bik, baru dateng bik?" Tanyaku berbasa basi.
"Iya non, non mau sarapan? Sarapan apa? Biar bibik buatkan"
"Oh, ga usah bik. Ini aku udah makan roti. Bayu..biasa sarapan apa bik?" Sekali lagi aku bertanya sebagai basa basi karena sejak tiba bik Oni malah asik dengan barang belanjaannya.
"Mm..anu non. Den Bayu ga pernah sarapan dirumah. Bik Oni cuma ditugasin untuk ngurus rumah, nyapu, ngepel, belanja barang dapur, sama beres-beres aja" jawab bik Oni yang terlihat sedikit tak enak menjawab pertanyaanku.
"Oh, jadi siapa yang biasanya masak bik?"
"Den Bayu sering makan diluar, pesan antar atau bikin mie aja dirumah" jelas bik Oni yang kutanggapi dengan ber'oh' ria.
"Kalo gitu, bibik permisi dulu ya non mau beres-beres,"
"I-iya bik" aku tersenyum canggung.
Aku melanjutkan sarapanku. Meneguk habis susu digelasku. Bukankah Mami dan Papi sangat perhatian pada anak-anaknya? Mas Gibran sering mengatakan padaku bahwa Mami dan Papi sangat harmonis tapi kenapa anaknya yang satu ini hidup bebas sendirian?
Aku melihat ke arah pintu kamar Bayu yang masih tertutup rapat. Namun aku mendengar pergerakan yang artinya ia masih ada didalam sana. Aku menyiapkan roti dan segelas susu, mungkin kali ini dia mau memakan sarapan dirumah.
"Kamu mau berangkat? Aku udah siapin sarapan," ujarku saat melihat Bayu keluar dari kamarnya.
"gue berangkat dulu." ucapnya, lalu pergi begitu saja meninggalkanku yang masih betah bergelut dengan pikiranku yang semakin kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
(MBA) - Marriage By Accident [Tersedia Versi Cetak]
General Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [Open PO] Setelah 6 tahun pacaran, besok adalah hari yang paling bahagia untuk gadis berparas cantik Clarisha Astari. Gibran Farhansa, pria tampan yang sejak lama menjadi pacarnya besok akan...