Chapter 10

2.2K 101 0
                                    

Typo bertebaran!!! Tolong lapor sm authornya ya, biar bisa diedit terima kasih.

Chapter 10

---------------------------------------

"Mati saja kau! Mati! Dasar kau jalang!" Grace terus mendorong Rae tapi Rae memegang pembatas sebagai penyangganya. Tapi tiba-tiba tubuhnya melemas dan ia terjatuh kebawah. Ia jatuh tepat diatas sebuah mobil.

Darah berceceran dimana-mana, orang-orang pada berteriak dan berlarian karena ketakutan. Pihak management apartemen memanggil ambulan.

Tak lama ambulan datang dan langsung membawa tubuh Rae yang berlumuran darah kedalam mobil. Ambulan pun pergi meninggalkan lokasi kejadian.

---------------------------------------

Dirumah Albizia dan Max sedang melihat berita di televisis, tapi sepertinya Albizia tak berminat. Ia berdiri, ketika ingin melangkah ia urungkab karena mendengar sebuah berita.

"Sebuah kasus percobaan pembunuhan telah terjadi disalah satu apartemen. Diketahui pelaku bernama Grace Aloysa Antonie tapi identitas korban belum diketahui pastinya. Korban dari kasus ini seorang waita cantik berambut pirang. Yang diketahui sejauh ini korban terjatuh dari lantai tiga gedung apartemen ini dan kini korban dilarikan ke Alexander Hospital."

"Rae?" tiba-tiba kaki Albizia melemas dan ia terduduk dilantai. Max yang melihat itu langsung mendekati Albizia.

"Kita pastikan dulu, Al. Siapa tahu orang lain?"

Albizia menggeleng, "Tidak! Aku yakin itu Rae, Max! Kita harus kesana! Dia tidak akan meninggalkanku!" Albizia berdiri dan berjalan keluar diikuti Max.

Max mengendarai mobik dengan jecepatan sedang, sedangkan Albizia duduk dengan keadaan gelisah.

Tak lama mereka sampai di rumah sakit tersebut, Albizia turun terlebih dulu. Ia berlari kearah resepsionis disusul Max.

"Korban yang terjatuh dari apartemen!" ucap Albizia.

Resepsionis itu tidak mengerti, ia hanya mengerutkan dahinya. "Maaf, dengan?"

"Kami keluarganya. Dia suaminya dan saya kakaknya." ucap Max.

"Oh, maafkan saya, pasien sedang berada diruang operasi. Dimohon salah satu dari Tuan-tuan untuk mengisikan identitas pasien."

Albizia tak punya banyak waktu, ia langsung berlari kearah ruang operasi.

"Nanti akan saya urus, saya permisi." ucap Max lalu ia mengikuti Albizia.

Lampu ruang operasi masih menyala tanda operasi masih berlangsung. Albizia menatap nanar kearah pintu ruang operasi.

"Bertahanlah, sayang. Jangan tinggalkan aku, lebih baik aku mati daripada harus kehilanganmu.." lirih Albizia. Operasi telah berjalan selama dua jam.

"Rae adalah orang yang kuat, Al. Jangan seperti ini bila tak ingin membuatnya sedih!"

Seorang perawat keluar dari ruang operasi, sontak Albizia dan Max langsung berdiri. "Bagaimana keadaannya?" ucap keduanya bersamaan.

"Maaf, kami masih belum bisa memastukan! Korban masih dalam masa kritisnya. Permisi.." perawat itu pergi meinggalkan Albizia dan Max.

***

"Buka matamu, sayang. Di telah meninggalkanku, apa kau juga akan meninggalkanku?" mata Albizia tak pernah berhenti mengeluarkan air mata.

Tadi, operasi berlangsung selama 4 jam. Ternyata gejala yang sering dialami oleh Rae adalah gejala ibu hamil. Albizia tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri selama empat bulan ini ia tak pernah menyadari kehadirannya, buah dari cinta mereka.

Rae & AlbiziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang