Chapter 11

2.3K 97 0
                                    

Typo bertebaran!!! Tolong lapor sm authornya ya, biar bisa diedit terima kasih.

Chapter 11

---------------------------------------

Dokter dan beberapa perawat sedang disibukkan oleh Rae, tadi tiba-tiba detak jantung Rae tidak terdeteksi.

"Maaf, Mr. Anda tidak diperbolehkan berada disini, biarkan kami bekerja dulu. Mohon pengertiannya." perawat itu terus berusaha menggiring tubuh Albizia keluar.

"Tolong selamatka dia! Tolong!"

Perawat itu hanya mengangguk lalu Albizia keluar. Diluar sudah ada orangtua Albizia, Tania, Nathan, dan Max.

Tania memeluk menantunya dengan tangis yang membasahi pipinya.

Semua orang sedang berharap yang terbaik untuk Rae.

Kurang lebih lima belas menit kemudian dokter keluar dari ruang rawat.

"Bagaimana?" ucap mereka semua bersamaan.

---------------------------------------

Dokter tampan itu tampak menghela nafas beratnya, "Pasien telah melewati masa komanya. Tadi ia sempat membuka matanya dan memanggil nama Albizia dan Theo, apa dari anda semua ada yag bernama Theo?"

Semua keluarga saling melempar pandang antara satu sama lain, "Theo?" tanya mereka bersamaan.

Dokter mengangguk, "Baiklah, pasien sedang dalam pengaruh obat jadi ia akan tertidur selama beberaa jam kedepan. Saya permisi dulu."

"Apa saya boleh melihatnya?" tanya Albizia yang dibalas anggukkan oleh sang dokter.

"Silahka saja.. Tapi hanya satu orang yang boleh menemani pasien untuk saat ini. Permisi." dokter itu pun melenggang pergi meninggalkan keluarga Wijaya dan keluarga Falcataria.

Albizia memasuki ruangan dimana Rae sedang terbaring dengan mata tertutup, kali ini bukan untuk tidur yang panjang tapi untuk beberapa jam saja. Alat-alat yang tadinya terpasang ditubuh Rae pun sudah tidak ada.

Albizia mendekati tubuh Rae lalu mencium kening wanita itu dengan lembut dan lama. Setelah itu ia duduk dikursi samping ranjang dan menggenggam tangan Rae dengan erat, ia meremasnya dengan pelan. "Akhirnya penantianku berakhir!" Albizia mencium punggung tangan Rae.

"Siapa Theo yang kau sebut? Setelah bangun nanti kau harus cerita padaku, ya?" pria itu mencium punggung tangan Rae lagi kali ini lebih lembut dan lama.

Kelopak mata yang tertutup itu perlahan mulai bergerak menandakan sang empu akan membukanya. Rae mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam indera penglihatannya.

"Theo..." lirih Rae.

Albizia pindah menjadi duduk dipinggir ranjang sambil mengelus rambut Rae dengan lembut.

"Ada apa, hmm?" tanya Albizia lembut laly ia mengecup kening Rae.

"Dimana Theo dan Papa, Al?" tanya Rae dengan lirih.

"Ssstt.. Siapa Theo, hmm?"

"Dia.. Dia.. Anak kita."

Alis Albizia terangkat sebelah, "Anak kita?" tanya Albizia dengan wajah bingungnya lalu dibalas anggukan oleh wanita itu.

"Theodore Razia Falcataria.. Dia anak kita, Al. Dimana dia?"

"Rae, tenangkan dirimu! Kau baru saja bangun tapi sudah menanyakan Theo bukan diriku. Kau tahu? Aku hampir gila karena kau tak membuka matamu selama dua bulan! Tolong jangan tinggalkan aku! Ingat janjimu padaku waktu itu!"

Rae & AlbiziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang