Chapter 12

2.3K 96 2
                                    

Typo bertebaran!!! Tolong lapor sm authornya ya, biar bisa diedit terima kasih.

Chapter 12

-------------------------------------

"Sudah? Bila sudah selesai kau bisa pulang!" ucap Albizia dengan dingin.

Rae dan Nathan saling melempar tatapan dan didetik berikunya mereka tertawa bersama. "Dia mengusir kakak iparnya! Dasar tidak sopan! Hahaha.."

"Benar, kak. Dia bagai remaja yang sedang cemburu sama pacarnya! Hahaha.."

"Tidak ingat umur, eh? Tiga puluh dua tahun tapu kelakuan kayak anak umur tujuh belas tahun!" cibir Nathan.

"Kau pikir hanya aku? Kau lihat adikmu, umur sudah sembilan belas tahun tapi masih menonton kartun untuk anak usia lima tahun!" sindir Albizia pada Rae.

"Sudah, sudah! Kasihan buburnya didiemin terus! Kak, suapin.." pinta Rae.

Albizia mengambil tempat makan itu dari tangan Rae lalu menyendokan bubur tersebut.

"Bukan kua, Al! Aku ingin disuapin oleh kak Nathan saja!"

Dengan kesal Albizia memberikan tempat makan itu lalu meinggalkan ruang rawat Rae dengan kekesalan yang membuncah.

Nathan dan Rae tidak memperdulikan itu. Nathan menyuapi adiknya dengan bubur hingga tandas lalu meminumkan obat yang berada dimeja samping ranjang.

-------------------------------------

Sedangkan Albizia, setelah tadi keluar dari ruangan rawat Rae ia memutuskan untuk pergi ke cafetaria di lobby rumah sakit. Ia kesal kepada istri juga iparnya.

Ia memesan kopi tanpa gula dan diam termenung memikirkan sesuatu, Theo, Anaknya itu pernah datang dalam mimpinya.

***

"Daddy! Theo cape' jangan lari-lari terus! Nanti kalau Theo cape' Mommy marah.." ucap bocah kecil bernama Theodore Razia Falcataria.

Sedangkan pria dewasa yang tadi sedang bermain lari-larian dengan Theo berhenti. "Mommy dimana ya? Kok tidak kelihatan?"

"Daddy, Mommy kan sedang sakit, Dad!"

Albizia tertawa mendengar perkataan dari anaknya. "Hahaha.. Iya ya, Daddy lupa, sayang! Baiklah, ayo pulang putera Daddy yang tampan tapi masih tampanan Daddynya!" ucap Albizia dengan gaya sok Percaya Diri nya.

"Tidak, Daddy! Aku lebih tampan! Daddy itu jelek! Lihatlah pasti nanti Mommy akan bilang Daddy jelek!"

"Tidak, Theo. Aku lebih tampan dari mu! Kau ini duplikat ku, berarti jelas, bahwa yang asli lebih bagus!"

"Bagus dalam hal apa?" tantang Theo.

Albizia tampak berpikir, "Eum... Apa ya? Hey! Kau tahu? IQ ku saja sudah mencapai 189! Sedangkan kau? Dasar anak!"

Theo menatap sang ayah dengan tatapan anehnya, "Benarkah? Tapi maafkan aku tuan, aku tidak mempercayai mu! Hihihi.." ucap Theo dengan gaya mengejek Albizia lalu terkikik.

"Ya sudah kalau tak percaya! Kalau Daddy tidak pintar, bagaimana Mommy mu itu me--"

"Membencimu, eh? Hahaha"

"Dasar anak nakal kau! Kemari, biar Daddy beri pelajaran!" Albizia yang geram dengan tingkah anaknya berjalan kearah anaknya, tapi langkahnya terhenti karena kakinya tiba-tiba seperti tak bertulang bagai jelly.

"Memberi pelajaran apa?" tanya Theo dengan wajah dibuat polos.

"Theo, kaki Daddy kenapa seperti tidak ada tulang, ya? Lemas sekali?"

Rae & AlbiziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang