Thank you so much for reading guys!! Tinggalkan jejak ya!
Happy Reading..
"Jadi kamu tidak mau mengunjungi adikmu? Sungguh, kakak macam apa dirimu?!"
Nathan memutar bola matanya dengan jengah.
Tania menepuk sofa yang ia duduki, meyuruh Rae untuk duduk di sampingnya. "Tidak mungkin dia seperti itu, sayang. Apa kamu tahu? Dia yang lebih bersemangat dari pada Mama ketika mengetahui kamu sedang mengandung. Jadi, usul untuk segera kesini adalah usulnya!" jelas Tania setelah Rae duduk disampingnya.
Rae menatap kakaknya dengan jengkel. "Menyebalkan!"
Ting... Tong..
"Siapa itu?"
***
"Siapa itu?"
"Tuan!" terdengar suara sapaan dari Alena kepada seseorang yang datang.
Tuan? Bisa Pa bisa juga kakek! Pikir Albizia.
Baru saja Albizia mau bangkit untuk menyambut si pendatang itu, tapi Abraham, Albert, Glory, Alex dan William masuk ke dalam dengan tergesa-gesa.
"Uncle!!!" William berlari dan memeluk Nathan dengan erat.
Albizia mendengus kesal. Bagaimana tidak? Ia sudah merenggangkan lengannya, tadinya ia mengira bahwa William merindukannya tapi bocah itu malah memeluk iparnya. Sial.
"Hei jagoan!" Nathan memangku William.
"Kamu tidak merindukan Uncle, Liam?" tanya Albizia dengan nada merajuk.
Dengan polosnya William menggeleng, hal tersebut mengundang tawa seisi ruangan itu.
Albizia mencebikkan bibirnya, ia memeluk Rae dan berkata, "Baiklah, tapi kau tidak boleh bermain dengan anak-anak Uncle!"
Bukannya merajuk atau apapun yang biasanya anak kecil lakukan ketika diancam, William malah menatap Albizia dengan pandangan menantang. "Aku yakin, aunty Rae akan lebih memilih aku dibanding Uncle!"
Albizia menatap Rae dengan pandangan bertanya sekaligus memohon. Sedangkan Rae memiliki ide jahil kala melihat ekspresi suaminya itu.
"Tentu saja aku akan berpihak pada William."
Albizia melototi Rae kala mendengar ucapan wanita itu. Albizia melipat kedua tangannya didepan dada, "Baiklah," rajuknya.
Selanjutnya ruangan itu di penuhi dengan canda tawa. William yang berceloteh tentang kegiatannya disekolah, Alex yang dapat berkumpul, dan semua keluarga. Dengan Dominick, Ayah Rae, Nick yang akan selalu berada di hati keluarganya.
***
Empat bulan kemudian...
Rae terkikik melihat betapa sibuknya Max. Tahu?
Sepertinya Albizia sedang mencoba mengerjai PA nya tersebut. Sedari tadi, Albizia meminta Max mengambil, membeli atau melakukan apapun sesuai dengan yang Albizia ingin. Dengan alasan bahwa ia seperti sedang mengalami ngidam. (Author geleng pala)
"Kamu tega sekali, Al!" ucap Rae sambil terkikik geli.
Albizia menatap Rae dengan sebelah alis terangkat, bingung. "Apa yang aneh dari meminta untuk meminta dia mengambilkan berkas dikantor?"
"Bukan itu. Ya setidaknya itu masuk salah satunya," Rae mengangkat tangannya ketika Albizia mau memotong ucapannya. "Kau memintanya memasak tadi, dan itu buka hanya satu menu tapi tiga!" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rae & Albizia
RomanceHighest Rank #147 (02032017) Ada satu part yang di Private. Kalau mau baca ya follow kalau nggk juga gpp. Dalam kasus mem private ini aku bukan nyari followers, toh gn ada untungnya punya banyak followers. Cara baca part di private; Follow-->Hapus d...