Dear Mr. Matcha

50 5 15
                                    

Hai Mr.matcha.
Begitulah aku memanggilmu.
Aku tak tau apa yang sedang terjadi diantara kita sekarang.
Semakin hari kita semakin menjauh entah kenapa.

Apa kau tau?
Disini aku benar benar merindukanmu.
Walaupun aku berkata jika aku tak rindu padamu.
Aku terlalu gengsi untuk mengatakan itu.

Kau tau?
Aku rindu dengan suaramu.
Aku rindu dengan chat random kita hingga malam.
Sampai salah satu dari kita tertidur.

Tapi sepertinya kau masih rindu pada perempuan lain yang masih setia berada di hatimu.

Kau tau?
Disini, aku selalu berharap jika selamanya kita akan seperti ini.
Tapi kurasa tak mungkin, kelak kau akan mempunyai kehidupan baru yang jauh lebih berharga daripada aku.

Apa kau tau jika aku setiap hari menunggu mu disini?
Apakah kau tidak pernah merasa sindiran demi sindiran aku lontarkan secara tidak langsung?

Aku lelah jika terus seperti ini.
Aku ingin melupakan segalanya tentangmu, tapi sepertinya tak bisa.
Aku ingin sekali memulai semuanya dari awal.
Aku ingin semua ini tak terjadi, aku ingin kehidupanku seperti anak anak lainnya yang tak mengerti urusan ini.

Menyukaimu adalah hal yang sangat menyakitkan untukku.
Walaupun aku terbiasa untuk disakiti, namun menyukaimu adalah hal yang paling sakit.
Aku harus berdebat dengan orang orang yang tidak kukenal secara utuh.
Bahkan mereka dengan mudah menilaiku begitu saja.
Padahal yang mereka bicarakan bukan aku yang sebenarnya.

Masalah demi masalah aku tanggapi hingga aku sakit sekarang.
Aku ingin menyelesaikan semua masalahku sendiri, tetapi tak bisa.
Aku butuh seseorang untuk membantuku.

Apa kau tau?
Aku rindu untuk berbagi ceritaku padamu.
Bahkan aku tidak pernah lega jika kalaupun aku berbagi cerita dengan orang lain.

Mungkin temanku sudah bosan jika aku menceritakan tentang dirimu.
Tapi aku tetap bercerita kepada temanku.
Bersyukur temanku menjadi pendengar yang baik.

Apa kau ingat waktu aku pernah meneleponmu ketika aku masih di kelas?
Apa kau mendengar berbagai macam teriakan mengejek dari teman temanku?
Bahkan mereka bertanya siapa yang aku telpon.

Aku berharap jika saat ini aku bisa menelpon mu lagi.
Tapi apa mungkin?

Aku benar benar takut jika akan menelponmu lagi, karena sepertinya kau sudah ada hati yang dijaga.

Mungkin cuma itu ungkapan yang bisa aku katakan, semoga suatu saat kau bisa membaca tulisanku ini.

-A-

Untold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang