Kusentuh tuts piano satu persatu.
Dulu di ruangan ini tempat ku melepas segala penat.
Tetapi ada satu hal yang membuatku tak berani kesini lagi setelah sekian lama.
Kenangan demi kenangan yang kuingat semakin lama semakin banyak.Aku teringat di mana kau memintaku untuk memainkan lagu dari piano ini.
Kau memintaku untuk memainkan lagu kiss the rain.
Dan saat aku mainkan lagu tersebut kau langsung menyanjungku yang membuat aku terbang.Ingat kah kau,
Dulu sebelum tidur kau selalu memintaku untuk menyanyikan lagu untukmu apa pun lagu itu.
Dan kau selalu berkata kau 'jatuh cinta' pada suaraku.
Sebelumnya tak ada orang yang beranggapan seperti itu.Tapi sekarang,
Kita mulai menjauh.
Kau semakin sibuk dengan urusanmu.
Dan aku juga sibuk dengan urusanku.
Tapi diluar itu,
Aku sangat rindu padamu.Aku mencoba mencoba memainkan kembali lagu itu.
Lagu yang membuat banyak kenangan muncul kembali.
Kuharap aku masih mengingat notnya sedikit.Aku mulai memainkan piano tersebut.
Saat ditengah aku memainkan lagu tersebut tanganku mulai bergetar.
Tetes tetes air mulai jatuh dari pelupuk mataku, membasahi tuts piano itu.Aku berusaha tak menangis, tetapi tak bisa.
Air mata ini terus menetes dari mataku.Tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk pundak ku dari belakang.
Aku tak menoleh sama sekali.
"Kau disini rupanya." Kata seseorang itu.
Aku tau persis suara siapa itu.
Walaupun sudah lebih dari 3 tahun aku tak pernah kesini lagi.Sebenarnya aku takut untuk menengok ke belakang, tapi aku memberanikan diri untuk menengok kebelakang.
Kulihat laki-laki berpakaian formal dan membawa caramel macchiato dingin kesukaanku.
Laki-laki ini yang membuatku jatuh cinta padanya. Umurnya lebih tua dibandingkan denganku."K-kkak" suaraku bergetar saat memanggilnya.
Dia menatapku lembut.
Air mataku semakin deras.
Kemudian laki-laki itu mendekapku dari belakang.
Tubuhku belum berbalik, tuts tuts piano itu semakin basah."Tak ku sangka kau akan kembali kesini lagi setelah lebih dari 3 tahun." Ujarnya.
Aku hanya bisa mengangguk.Dia duduk disebelahku.
Mengubah arah posisi dudukku dan berhadapan dengan dia.
Aku masih menutup wajahku dengan kedua tanganku.
Dia membuka penutup wajahku.
Menatapku dalam dan menghapus jejak-jejak air mataku."Nih aku bawa caramel macchiato dingin kesukaan kamu." katanya.
Aku menerima minuman itu dan langsung meminumnya.
Dia tersenyum."Kamu kenapa nangis?" Tanyanya.
Aku menggeleng.
"Gak mungkin kamu nangis tanpa sebab." Katanya.
Aku hanya diam.
"Yasudah kalau kamu ga mau jawab juga gapapa."Keheningan tercipta diantara kami.
"Habis dari mana kak? Kok bajunya formal gitu?" Tanyaku memecah keheningan.
Dia hanya menoleh padaku.
Aku semakin tak mengerti. Apa dia sudah menikah? Lalu untuk apa dia kemari lagi?
"Jangan berpikiran macam-macam, aku habis menghadiri wisuda adikku." Jawabnya seakan bisa tau apa yang aku pikirkan.
Aku hanya mengangguk.Hening...
Tak ada suara sampai dia memainkan piano di depan kita.Lagu itu.
Lagu yang membuatku sangat tersentuh dari dulu hingga sekarang.Yang ku punya apakah selamanya
Biar biar waktu yang menjawabnya
Jika bisa aku untuk memilih
Ku ingin apa yang ada
Begini tuk selamanyaDisetiap cerita pasti ada akhirnya
Disetiap suka ada dukaApapun yang kan terjadi
Ingat kita pernah berada disini
Jangan pernah lupakan kita
Semua suka duka cerita bersama
Simpanlah dihati

KAMU SEDANG MEMBACA
Untold
PoezieBeberapa one shoot atau poetry yang aku buat karena keterbatasan waktu yang aku punya untuk membuat cerita dan karena aku hanya bisa mengungkapkan lewat kata-kata. Hope you like it :) #357 in poetry (140217) #119 in poetry (150319) #57 in sajak (15...