[5] Manis

2.2K 232 29
                                        

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Taeyeon keras.

"Apa masalah jika aku mengecup bibir manis tunanganku?"

"Tentu saja tidak boleh!"

"Ohh begitu. Geure, maafkan aku. Tapi aku ingin bertanya, apa yang membuat bibirmu menjadi manis seperti itu?"

Wajah Taeyeon memanas, ia yakin bahwa kini pipinya sudah menjadi merah karena merona. Jiyong terkekeh melihat ekspresi calon istrinya.

"Kau!!" Taeyeon berlari mencoba menggapai Jiyong untuk memukulnya.

Tapi,

Bruk

Kini tubuhnya berada di atas tubuh Jiyong. Kakinya sungguh tidak bisa di ajak kerja sama. Kurasa kaki ini menyukaimu, Jiyong. Jantung Taeyeon berdegup kencang. Ia tidak tahu apa yang di rasakannya saat ini.

"Kau sengaja?" tanya Jiyong.

"Jadi kau ingin seperti ini," lanjutnya.

"Mwo? A-a-aniyaaa! Aku tidak sengaja" jawab Taeyeon dan mencoba untuk berdiri, namun Jiyong menahannya.

"Apa yang akan kau lakukan?!"

"Tentu saja mencium orang di atasku sekarang,"

"Mwo?"

Ceklek

Pintu ruangan Jiyong terbuka, menampilkan Dara -asistant Jiyong- yang tengah berdiri di depan pintu dengan berkas di tangannya.

"Oh, maafkan aku tuan. Aku tidak sengaja," ucap Dara gugup dan menutup pintunya lagi.

Melihat Jiyong yang masih melihat ke arah pintu, Taeyeon segera memanfaatkannya dengan bangkit dari atas Jiyong.

Jiyong yang menyadari itu mendengus kesal. Ia benar-benar tidak bisa memanfaatkan keadaan. Ia lalu bangkit dari posisinya mengikuti Taeyeon.

Suasana diantara dua insan itu sungguh sangat awkward.

"Aku pulang," ucap Taeyeon memecahkan keheningan yang ada.

"Baiklah," Jiyong segera mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Taeyeon saat Jiyong berjalan ke arahnya.

"Tentu saja mengantarmu,"

"Aku bisa pulang sendiri."

"Aku ingin mengantarmu,"

"Tapi aku tidak ingin di antar olehmu."

"Jika tidak mengantarmu, aku akan di marahi oleh orang tuamu."

"Akan ku pastikan kau tidak akan dimarahi,"

"Kau tidak bisa dipercaya. Cepat, aku akan mengantarmu."

Jiyong menarik tangan Taeyeon dan segera membawanya keluar dari ruangannya. Dengan sangat terpaksa, Taeyeon mengikuti langkah Jiyong sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

***

"YA! Kantorku belok kiri, kenapa kau terus lurus?" tanya Taeyeon kesal.

Diam.

"YA! Aku sedang berbicara," teriak Taeyeon kesal sambil memukuli lengan Jiyong.

"Taeyeon-ah berhenti, aku sedang menyetir. Kau mau kita mati?"

Taeyeon berhenti memukuli Jiyong.

***

"Kenapa kita kesini?" tanya Taeyeon bingung.

"Aigoo, uri Taeyeon sangat banyak bicara hari ini."

"YA!"

***

"Mwoya? Kenapa kau mengajakku ke rumahmu?" Tanya Taeyeon sambil melihat keselilingnya.

Sangat indah —ucap Taeyeon dalam hati

"Eomma sangat ingin bertemu denganmu, kajja!" Jawab Jiyong yang kemudian langsung menarik tangan Taeyeon untuk segera berjalan.

"Bisakah kau tidak menarikku?!"

"Jika aku tidak menarikmu, mungkin kau sudah tertinggal jauh di sana"

***

"Omona, kau datang Taeyeon-ah." Nyonya Kwon segera menghampiri sepasang kekasih yang baru saja memasuki kediamannya.

"Nde eommonim, annyeonghaseo." Sapa Taeyeon saat menyadari bahwa eomma Jiyong sudah berada di hadapannya.

"Baiklah, ayo kita duduk di sana. Jangan berlama-lama berdiri di sini kkk" Nyonya Kwon langsung menarik tangan Taeyeon untuk segera duduk di sofa ruang keluarga di rumah utama milik keluarga Kwon tersebut.

Kenapa takdirku selalu ditarik, huh?

***

Jiyong lagi-lagi mendengus kesal. Sedari tadi ia hanya seperti pengganggu saja di antara dua wanita yang sangat disayanginya. Ia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

"Uh Taeyeon-ah, kapan kau ingin pernikahan kalian dilaksanakan?" Tanya eomma Jiyong.

"Ak—"

"Lebih cepat lebih baik eomma," jawab Jiyong menyela Taeyeon yang tadinya akan menjawab.

Taeyeon menatap tajam ke arah Jiyong yang berada di sampingnya.

"Baiklah jika itu maumu, lusa kita akan mengadakan acara pernikahannya."

[GTAE] GREAT MARRIAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang