3: Si Usil

384 198 128
                                    

Kaki jenjang Sally berjalan dengan langkah yang teratur, seolah jarak antar satu langkah dengan langkah lainnya telah diatur sedemikian rupa agar menghasilkan suatu ketukan yang indah dan teratur.

Setelah lelah mengelilingi kolam Sally akhirnya memutuskan duduk di sebuah kursi santai di pinggir kolam renang, ia berusaha agar dapat menikmati hembusan angin malam meski beberapa pengawal masih mengawasinya dari jauh.

"Apa mereka tidak akan tidur?" gerutu Sally. "Apa mata mereka tidak akan lelah karena terus-terusan mengawasi rumah ini sepanjang hari? Walaupun mereka di gaji besar, tapi namanya manusia bukankah masih memiliki rasa letih?"

Sally membaringkan tubuhnya di atas kursi santai sambil memejamkan matanya, meski semakin lama angin malam juga terasa menusuk hingga ke tulang.

Tak berapa lama sebuah lagu mengalun dari handphone milik Sally menandakan bahwa ia menerima sebuah panggilan masuk.

Setelah memastikan siapa si penelpon, Sally lalu mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Sally! Syukurlah kau masih terbangun." Seseorang terdengar histeris di seberang telpon, siapa lagi jika bukan Nina.

"Kenapa kau menelponku dijam tidurku?" kata Sally pura-pura kesal.

"Ah, apa aku membangunkanmu? Baiklah kalu begitu aku akan menutup panggilannya, selamat malam, Sally," ujar Nina dengan nada bersalah.

Sally langsung tertawa mendengar perubahan intonasi dari Nina. "Sejujurnya aku bahkan tidak bisa memejamkan mataku," jelas Sally.

"Apa yang terjadi? Apa karena artikel itu?"

"Apa maksudmu dengan artikel itu? Tentu saja bukan, aku bukan tipe pemikir hal sepele seperti itu." Sally kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Lalu? Apa karena kau putus dengan Cris?" tebak Nina yang ntah bagaimana ia tau perihal hubungan nya dengan Cris, padahal dia belum menceritakan dengannya sama sekali mengenai kejadian tadi.

Sally terdiam sejenak. "Bagaimana kau bisa tau tentang itu?" tanya Sally penasaran.

"Ah, mengenai itu aku mendapat cerita dari Kak Drian tadi, dia memintaku untuk memastikanmu tidak bersedih dan baik-baik saja," jelas Nina.

Sally langsung menghembuskan panjang napasnya, tepat saat ia akan membuka pintu kamarnya ia memandang ke arah kamar Drian yang berada di seberang kamarnya.

"Sudah kuduga jika dia akan menceritakanya padamu, sejujurnya aku ingin menceritakan langsung padamu, tapi ternyata Drian lebih dulu mengatakanya padamu, pasti dia sangat mengkhawatirkanku," jelas Sally yang langsung memasuki kamarnya.

"Apa maksudmu? Aku juga mengkhatirkanmu!"

Sally tersenyum kecil mendengarnya. "Baiklah, aku ralat, kalian berdua pasti mengkawatirkanku, apa benar begitu?"

"Kau yang terbaik, Sally. Baiklah aku tutup telponnya, selamat malam dan selamat tidur, Sally," kata Nina mengakhiri panggilan.

"Selamat malam dan selamat tidur kembali, Nina," jawab Sally. Setelah itu terdengar bunyi panggilan berakhir.

Sally langsung membaringkan tubuhnya lalu menyelimuti setengah tubuhnya. Tak berapa lama berbaring akhirnya kedua matanya dapat terpejam dan terbang ke dunia mimpi.

*=*=*

Matahari telah terbit sejak dua jam yang lalu, sinarnya bahkan sudah mulai menyelinap melalui ventilasi jendela, mencoba menerobos setiap celah yang ada.

Not Famous?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang