9. Persiapan

28 11 8
                                    

"Kau yakin gaya ini cocok denganku?" tanya Sally sambil terus memperhatikan pantulan dirinya di cermin.

Nina mengangguk. "Sangat cocok."

"Kau yakin rambut ini tidak terlalu pendek untuk wajahku?"

"Tidak."

"Apa aku terlihat cocok mengenakan kacamata ini?"

"Iya."

"Aku tidak terlihat cupu kan?"

"Hmm. Tidak."

"Aku ti-"

Nina memegang kedua tangan Sally. "Berhentilah mengkhawatirkan banyak hal, Sally," ujar Nina sambil menatap Sally.

Sally menunduk lesu. "Tapi aku tidak percaya diri."

Nina mengehela napasnya. Ia memutar kembali tubuh Sally menghadap cermin. "Lihatlah dirimu. Kau bahkan terlihat jauh lebih baik." Nina kemudian menarik Sally ke dalam pelukannya. "Bertahanlah, Sally. Semua ini hanya sementara."

Sally hanya terdiam. Ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan untuk memberontak rasanya sia-sia saja baginya. Ia tak punya pilihan lain selain menjalani sampai permainan ini berakhir. Meskipun semua ini rasanya terus saja melukai hatinya.

"Aku mengerti."

***

Kini Sally dan Nina sampai di sebuah kafe. Bagunannya memiliki desain yang begitu unik. Sekilas terlihat seperti buah kenari. Entah konsep macam apa yang diterapkan oleh kafe ini, tapi Sally cukup tertarik melihatnya.

"Ayo masuk."

Sally mengangguk dan mengekori langkah Nina yang berjalan cepat.

Tatapan Sally menyapu seluruh isi kafe tersebut. Ia begitu takjub melihat keindahan desain kafe tersebut. Semua benar-benar sempurna.

"Selamat siang. Ada yang bisa kami bantu?" Seorang pelayan berjalan mendekati Nina.

"Kami ingin bertemu Pak Rudy, apa ia ada di kantor?"

"Maaf Nona, tapi Pak Rudy sedang berada di luar saat ini. Kira-kira sekitar 20 menit lagi kembali." Pelayan wanita itu menjelaskan dengan ramah.

Nina mengangguk mengerti. "Baiklah, kalau begitu kami menunggu di sini saja."

Pelayan itu mengangguk, ia langsung menghantarkan kami pada sebuh meja di dekat jendela. "Apa Nona ingin memesan kopi atau menu lainnya?" tanya pelayan itu begitu ramah.

Nina menoleh pada Sally yang sejak tadi diam. "Kau mau pesan apa?"

"Latte, dan satu potong brownies."

"Kalau begitu kami pesan, Americano, latte, dan dua potong brownies," jelas Nina.

Pelayan itu mencatat dengan cepat pesanan Nina dan Sally. "Mohon ditunggu sebentar, kalau begitu saya permisi dulu," pamit pelayan tersebut sambil memunduk hormat.

Sally kembali melihat sekelilingnya. "Apa yang kita lakukan di sini?" Ia kemudian menoleh pada Nina. "Dan siapa itu Pak Ru ... Ry ... Agh!"

"Pak Rudy."

"Hmm iya. Pak Rudy. Kenapa kita mencarinya?" tanya Sally penasaran.

Nina tersenyum menatap Sally. "Kau akan tau nanti."

Sally hanya menatap curiga pada Nina.

Apa lagi yang direncanakan gadis ini?

Pelayan pun datang mengantarkan pesanan mereka. Sally langsung menyeruput kopinya perlahan.

Not Famous?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang