Di dalam mimpiku semua kejadian pembunuhan itu terulang lagi. Disana ibuku menyuruhku bersembunyi di bawah ranjang rumah sakit dan berjanji bahwa ini semua akan baik-baik saja, walau aku tahu bahwa saat itu dia dalam kondisi yang sangat-sangat buruk.Coba saja saat itu aku juga mati, tapi sayangnya para polisi sudah mengepung penjahat yang hampir membunuhku itu.
Jika aku mati, aku tidak perlu hidup di dunia yang gelap ini lagi.
Itulah yang kupikirkan saat itu, bodoh bukan? Tapi mungkin saja akan lebih menyenangkan jika aku tidak dilahirkan sebagai bangsawan berdarah Lycrow. Jika dipikir-pikir ibuku memang sangat lembut dan manis, tetapi dia meninggal saat aku berumur genap 8 tahun karena dia telah dibunuh di hadapanku dengan ganasnya.
Entah sampai kapan mimpi itu akan terus terulang, mimpi yang membuatku terdiam selama aku mengingatnya. Karena ketakutanku terhadap kematian Ibu, Ayah mulai menggunakanku seenaknya dengan senyum licik yang selalu terpampang di wajahnya itu.
Setelah ayah meninggalkanku kukira rencana yang dibuatnya sudah tidak akan menghantuiku lagi.
Ternyata aku salah.. salah besar..
Menyerahkan tanggung jawab sebesar ini pada gadis yang baru menginjak umur 15 tahun, memang lelaki yang tidak mengetahui tata krama.
Padahal aku hanya ingin tinggal sendiri di dalam mansion yang menggunakan gaya artistik kuno tahun 50-an kesukaan ayahku itu. Padahal jika aku tinggal sendirian aku bisa menggantinya dengan senang tanpa malu, tapi semenjak keduanya tidak menjagaku yang selalu melindungiku sekarang adalah Ketua Pelayan di mansion ini.
Tanpa kusadari banyak sekali orang yang ingin melamar kerja, tepatnya melamar menjadi Pelayan Pribadiku. Kemudian baru kusadari sebuah poster yang melekat diatas meja kerjanya, saat aku membacanya rasanya mataku langsung menatap tajam pada kertas itu. Karena yang tertulis di poster itu adalah 'Dicari seorang Pelayan Pribadi untuk Keluarga Lycrow.'
Tentang Pelayan Pribadi? Soal itu rata-rata mereka semua keluar setelah seminggu bekerja padaku. Untuk sementara waktu lagi aku dijaga oleh ketua pelayan dirumah ini namanya Tamaki Kaiserin, dia wanita yang ceria tetapi juga ganas pada waktu tertentu.
Bagiku Tamaki adalah paduan wanita yang mengerikan, tetapi dia adalah wanita yang lembut sama seperti ibu.
Hari ini adalah Hari pemilihan Pelayan Pribadi-ku yang ke-24. Selama Tamaki memberikan tantangan untuk mengurangi jumlah calon, aku hanya bisa membaca dan membalas surat-surat tentang pelelangan barang antik yang sedikit menyebalkan di Ruang kerja yang sekarang adalah milikku.
Tiga ketukan pelan yang langsung menggema membuatku mendongak sekejap kearah pintu yang berada di hadapanku. Tanganku masih bergerak liar diatas kertas, tatapan mataku berpindah ke kertas yang satu ke kertas yang lain.
"Masuk,'' instruksiku kepada seseorang yang ada didepan pintu.
Dengan instruksi itu masuklah seorang wanita dengan tinggi sekitar 154cm dan sebuah pin logam bergambar burung gagak di sisi kerah bajunya. Di sisi sebelah kanan serta kirinya terdapat dua orang lelaki dengan senyum yang melekat di wajahnya.
"Siapa mereka?" tanyaku, aku sempat menatap mereka sekilas dan kembali ke pekerjaanku.
"Mereka calon ...," jawab Tamaki dengan singkat, seperti yang kubilang sebelumnya gadis yang tingginya 154 cm ini adalah Tamaki si Ketua Pelayan.
"Tchh~ menyebalkan, apa yang harus kulakukan?" desahku, karena terlalu tertarik aku baru menyadari bahwa aku sudah berdiri dihadapan mereka berdua.
YOU ARE READING
Her Butler & His Lady
General Fiction"Selamat datang pelayan baru..." "Tempat ini dan seluruh isinya adalah milikku... jangan pernah menyentuh yang adalah milikku" "Aku benci mata ini..." "Kenapa tidak pergi dari sini?" "Bahkan aku tidak pernah menanyakan namanya..." "Apakah salah jika...