"Awas!"
~Her Butler and His Lady 10~
Mendengar teriakan itu aku menolehkan kepalaku dan melihat seorang wanita berlari kearahku, saat aku ingin menghindar. Aku membeku ditempat, seakan-akan ada yang menahanku. Tetapi tiada satupun hal yang menahanku dan jika tiada satupun yang menahanku, hanya ada satu kemungkinan.
Aku tidak sengaja menatap matanya!
Tanpa kusadari, aku melakukannya lagi saat berusaha mengalihkan perhatianku. Hal itu yang membuat kami berdua pada akhirnya tertabrak. Sampai-sampai bunga yang ia pegang berserak kemana-mana.
"Ma... Maaf--"
"Pencuri! Dia mengambil cincin tunanganku di dalam bunga itu!" Teriak seorang lelaki yang berlari keluar dari sebuah rumah merah.Tunggu dulu? Anak ini pencuri? Tapi...
Baru saja aku ingin bertanya sesuatu. Wanita yang menyembunyikan wajahnya dibalik topinya itu mendecak kesal dan berlari pergi.Rambut pirangnya seakan-akan emas diantara para warga desa,
Wanita itu terlihat seperti bunga matahari yang hidup sendiri di kerumunan bunga lainnya.
"Tidak... Bukan bunga matahari, itu D--,"
"Kakak, tidak apa-apa?""Gawat, tangan kakak terluka! Bagaimana ini!"
Seketika anak-anak kecil itu mulai menatap cemas terhadap satu sama lain tentang keadaanku. Dapat kulihat airmata yang sudah tak terbendung lagi di mata mereka dan refleks aku pun menggeleng dengan cepat.
"Aku baik-baik saja! Tenanglah... Lagipula, bisakah kalian memberitahuku siapa wanita itu?" Tanyaku.
Akupun berdiri sambil menepuk-nepuk bajuku, menatap anak-anak itu satu-persatu. Untungnya, salah satu gadis kecil menjawab pertanyaan itu untukku.
"Dia Carla si Pencuri! Dia selalu mencuri semua barang yang ada disini, semua orang tiada yang berani ketempatnya..."
"Ada apa? Kenapa? Bisakah kalian ceritakan?"
Dan darisana aku menerima banyak sekali informasi. Dimana, Carla adalah seorang pencuri dan hal itu telah ia lakukan semenjak beberapa tahun yang lalu. Mereka berkata bahwa karena Carla bosan dengan hidupnya yang bahagia sebagai bunga matahari di desa Eoki, ia pun mulai mencuri dan membangun rumah di pinggir desa.
Di bawah renungan pohon Eoki pembawa keberuntungan.
"Tidak! Kak Carla bukan pencuri! Dia bukan pencuri!" Teriak seorang anak kecil berusaha mendekatiku.
Saking ramainya, tubuh kecil lelaki itu terhimpit oleh orang-orang disekitarnya dan ia pun terdorong kembali ke belakang. Ia berusaha meraihku dengan menjulurkan tangannya, namun anak-anak kecil lainnya menepis tangan itu.
"Eo! Sadarlah, kakakmu itu seorang pencuri bukankah kamu sudah melihat bahwa dia mencuri barang-barang itu?!"
"Tidak! Kakakku bukan pencuri! Kalian tidak mengetahuinya! Dia dipaksa!"
Mendengar lelaki kecil yang dipanggil Eo itu berusaha keras membela dirinya sendiri, semua anak kecil disekelilingku mulai bubar dengan berdecak kesal. Orang tua mereka mulai menjemput mereka dan menatap tajam pada Eo.
Disana aku dapat melihat lelaki kecil itu masih terduduk ditanah, matanya tertuju ke bawah. Dia... Jangan...
"Kakak tidak ingin kembali seperti yang lainnya? Matahari sudah terbenam, jika seseorang berbicara kasar kepadaku... Dia akan datang, aku yakin..."
Apapun yang terjadi, jangan pernah melihat kebawah.
Lihatlah keatas... Walaupun kamu sudah tidak kuat.
"Eo, jangan menatap kebawah!" Ucapku menggenggam pundak lelaki kecil itu.
"Aku percaya padamu! Tataplah aku,"
Saat aku mengeluarkan kata-kata itu dari bibir mungilku, jelas saja dengan bingungnya Eo mengangkat kepalanya keatas. Pundak kecilnya yang berada di genggamanku seketika membeku, dia menatap mataku dengan tangannya yang mulai gemetar. Dan saat itulah pertama kalinya aku menggunakan Royal Eyes atas kemauanku sendiri.
Setelah beberapa saat, aku berhenti menatapnya dan mulai menggenggam kepalaku. Merasakan banyak sekali memori yang berputar masuk kedalam kepalaku. Mataku sangat lelah... Mungkin karena aku tidak makan banyak, bermain dengan anak-anak, dan menggunakan mata ini pada Carla dan Eo.
"Kak? Apa kakak baik-baik saja?" Tanya Eo mulai cemas.
Perlahan aku menjatuhkan kedua tanganku yang awalnya bersentuhan dengan pundaknya ke sebelah tubuhku. Ukhh... Sial, aku merasa tidak seperti diriku. Bertahanlah, sedikit saja...
"..." Aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
"Kakak semakin mengerikan saja, aku saja yang pergi!"
Baru saja Eo ingin berlari pergi, namun aku menahan lengannya. Menutup mataku dan membuka mulutku. Anak ini... Apa dia tidak melihat aku sangat lemas?
"Aku bisa... Aku bisa menolong kakakmu, tapi bukti ini terlalu banyak. Darimana... Aku akan memulainya,"
Hal terakhir yang kudengar hanya Eo yang terus memanggilku, sementara tubuhku sudah mencium tanah. Saat itu juga kesadaranku hilang untuk seminggu dan terbangun...
Di bawah renungan pohon Eoki.
~Her Butler and His Lady 10~
Wow! It's already chapter 10! I'm really excited. Thank tou for all the readers who enjoyed my story until now!
I didn't have many things to said, but... Thank you for supporting me and enjoying ny story! Please keep supporting me, if you like my stories!
Wait for the next chapter too!
-ANN
YOU ARE READING
Her Butler & His Lady
General Fiction"Selamat datang pelayan baru..." "Tempat ini dan seluruh isinya adalah milikku... jangan pernah menyentuh yang adalah milikku" "Aku benci mata ini..." "Kenapa tidak pergi dari sini?" "Bahkan aku tidak pernah menanyakan namanya..." "Apakah salah jika...