Chapter 9

77 8 0
                                    

Jika bunga memiliki kelopak, apakah artinya kelopak itu baginya?

Mahkota? Itu juga bisa menjadi jawabannya.

Tetapi kelopak yang sebenarnya adalah Memori.

Memori-mu,

----

"Jadi bagaimana?" Tanyaku.

"Kita sedang berada di Desa Eoki, sepertinya kita perlu menelpon--,"

"Kalian tidak akan mendapatkan sinyal disini, pohon disini cukup rindang,"

Setelah mengatakan hal tersebut aku memalingkan wajah kearah jendela. Menatap pohon, pohon, dan pohon yang sepertinya tidak akan berbaik hati memberi petunjuk. Si abu-abu pun keluar dan memeriksa keadaan mobil yang ternyata benar-benar sudah haus akan bensin.

"Mungkin kita dapat meminta tolong warga di daerah ini?" Ujar si abu-abu menyarankan.

"Kalian berdua pergilah, aku akan tetap disini..."

"Tapi... Nona akan sendi--"

"Tidak apa, hanya saja cepat kembali... Aku akan menjaga lukisan ini," potongku.

Tidak akan berhasil jika kami tetap diam disini, lebih baik mencari pertolongan. Itu yang seharusnya kami lakukan! Ya sangat harus!

"(Suara perut lapar),"

Untuk beberapa saat mereka saling bertatapan dan tatapan itu pun jatuh kepadaku. Sial, aku baru ingat aku belum mengisi muatan dalam perutku, apakah itu alasan terbesar mengapa aku cukup kesal saat ini?

"Tenang saja nona, kami akan kembali sesegera mungkin dengan makanan untuk anda," tamaki mulai terkekeh pelan.

Setelah bungkukkan yang mereka berikan padaku, keduanya pun pergi meninggalkanku yang berada di dalam mobil. Tanpa sadar, ternyata aku tertidur hingga langit yang sebelumnya gelap bertukar menjadi gradiasi warna cerah karena pagi telah tiba.

--- Her Butler and His Lady 09 ---


"..."

Total dari keseluruhan waktu menunggu mereka adalah 12 jam dan sampai saat ini mereka juga "Tidak Datang"?!!

Dan sejujurnya beberapa jam yang lalu, saat aku terbangun. Aku menemukan satu buket bunga lavender dengan roti isi kacang dan sekotak susu di sebelahku.

Awalnya kupikir bahwa itu adalah ulah tamaki atau si abu-abu yang belum kembali juga. Tetapi kepastian akan jawaban tersebut hilang begitu saja karena jika salah satu dari mereka kembali. Aku yakin 125% bahwa salah satu dari mereka akan menungguku bangun.

Tetapi itu bukan. Salah. Satu. Dari. Mereka.

Dan karena keegoisanku, aku memilih masuk ke dalam desa Eoki dan meghitung berapa jam yang telah mereka lewatkan... Berdua.

"Tunggu dulu... Huh? Berdua?!!" Teriakku membuat burung-burung yang sedang bertengger di dahan pohon terbang bebas kearah yang berlawanan.

Oke, seharusnya aku lebih tenang. Ini pastinya tidak seperti yang kupikirkan. Itu pasti hanya ulah pikiranku yang kesal sendiri.

Setelah beberapa menit aku berjalan menuju ujung dari hutan hijau lebat tersebut, kakiku melangkah ke sebuah desa kecil dengan nuansa unik. Kenapa? Karena setiap rumah yang memiliki toko di cat berwarna merah dan rumah biasa di cat berwarna hijau.

"Ini menarik," gumamku mulai berbinar-binar.

"Woahh... Ini benar-benar gaun yang indah! Kakak! Kakak!"

Mendengar panggilan tersebut, aku pun memutar balikkan tubuhku dan menemukan seorang anak kecil yang terlihat lebih muda dariku. Ia berdiri dengan mata yang berbinar-binar dan memegang pergelangan tanganku. Baru saja ingin kubuka mulutku untuk bertanya tentang kedua pelayanku itu, sayangnya aku kalah cepat.

"Ayo bermain dengan kami!" Ucapnya.

"Kami?"

Saat nada pertanyaanku keluar, keluarlah beberapa anak-anak dari balik semak dan mengerumuniku. Mau-tidak mau tentu saja aku akan berkata iya dan tanpa kuketahui aku menikmati semua permainan yang mereka katakan.

Aku tidak pernah merasa setenang ini. Ternyata bermain benar-benar menyenangkan, aku tidak pernah bermain diluar rumah kecuali untuk catur dan lempar bola.

"9...10..." Setelah selesai menghitung aku menoleh ke belakangku dan melihat bahwa anak-anak itu sepertinya bersembunyi.

Oh, dan permainan yang kami mainkan sekarang bernama... Cari dan sembunyi? Sembunyi dan kemudian cari? Seperti itu intinya!

Saat aku mulai berjalan kearah jalanan untuk mencari anak-anak tersebut, aku baru merasakan sesuatu yang cukup mengganjal di sebuah rumah berwarna merah dan saat itu juga seseorang berteriak kearahku.

"Awas!"

~ Her Butler and His Lady 09~

Hey, guys! I'm sorry for the late update, i know it really was super-duper late... I felt a lot of pressure these days! But i'll try my best to continue this story!

And thank you for all of you that's always supporting me on this story! I really appreciated it! I will do my best on everything else too... 😆😆

Please wait for the others chapter and thank you so much for waiting, enjoying and keep supporting me! \[>∆<]/

-ANN

Her Butler & His LadyWhere stories live. Discover now