Setelah menerima pengobatan dari Tamaki yang bahkan juga ahli dalam bidang kesehatan, aku hanya terdiam. Tatapan tajam Tamaki sepertinya telah membuatku semakin kecil, rasanya aku jadi sedikit lebih formal tentang perasaanku juga.
"Seharusnya jika anda mengetahui bahwa itu jebakan seharusnya anda tak perlu membelinya!! Lagipula si pelayan baru itu bisa melindungi dirinya sendiri, kan?!" Tamaki langsung menoleh kearah si abu-abu yang langsung berkeringat dingin saat menerima tatapan tajam Tamaki.
"Tentu saja, toh... saya kan lelaki..." jawab si abu-abu berusaha tenang dengan senyumannya.
"Anda dengar sendiri bukan?!"
"Ini juga salah saya karena saya terlambat mengetahui keberadaan jebakan itu, maafkan saya nona..." gumam si abu-abu yang langsung membungkukkan badannya.
"Maafkan atas ketidaksopanan saya juga, nona... karena telah membentak anda."
"Lupakan saja itu... jadi, tamaki? Apa kamu telah menerima balasan darinya?" tanyaku.
"Sudah nona, mereka akan tiba pukul 16.00..." jawab tamaki mulai berdiri disebelah si abu-abu.
"Tamaki 2 jam adalah waktu yang cukup untukmu mempersiapkan segalanya,bukan?" tanyaku untuk terakhir kalinya.
"Tentu saja, oi kamu... tetaplah disini menjaga nona." ujar tamaki memunggungi kami berdua dan mulai keluar ruangan.
Dia tidak pernah berubah, selalu saja mencemaskanku. Bagaimanapun juga tamaki adalah tamaki, sebenarnya tanpa dijaga pun aku akan baik-baik saja. Jadi seperti ini yang namanya Overprotective...
"Walau anda sakit, anda tetap secantik biasanya.." mendengar suara si abu-abu yang menghancurkan lamunanku dengan godaan miliknya aku hanya bisa tersenyum licik.
"Begitukah? Terima kasih atas pujiannya. Tidak biasanya kamu mengatakan hal seperti itu, secara langsung pula."
"Maafkan saya sekali lagi, nona... tetapi, bolehkah saya mengajukan suatu pertanyaan?" tanyanya yang membuatku mengangkat sebelah alisku pertanda bingung.
"Apakah orang itu sebegitu dekatnya dengan anda? Sampai-sampai anda memperbolehkannya tinggal selama sehari disini?" tanya si abu-abu yang mungkin sedikit cemburu, sepertinya dia tidak tahu bahwa orang itu adalah seorang wanita.
"Bisa dibilang begitu.. apa kamu mengetahui pemilik toko kue 'Euclinter' yang legendaris itu?"
Ekspresi si abu-abu langsung berubah menjadi bingung dan selama dia memasang tampang itu. Keheningan terjadi. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya karena dia begitu serius dengan kue-kue miliknya.
Entah kenapa, sedari tadi aku hanya terus melamun tepatnya, mengingat masa-masa kecilku bersama tamu yang sebentar lagi akan tiba itu.
"Jangan-jangan... Amalia Euclitray akan datang..." jawab si abu-abu yang akhirnya menyadari siapa orang itu, aku hanya dapat membalasnya dengan anggukan pelan.
"Nona, apa anda baik-baik saja?" tanya si abu-abu dengan wajah cemas.
"Tentu saja, apalagi kamu kan ada di sampingku.. jadi pastikan kamu akan menangkapku, jika tiba-tiba aku pingsan." gumamku dengan nada menantang.
'Jika aku sudah sehat, aku akan mengajakmu dan Tamaki memakan kue milik Amalia bersama...' batinku.
"Sudah hampir waktunya.. 10 menit lagi tamu anda akan sampai.. lebih baik anda menunggu disini sementara aku mempersilahkan mereka.." ucap si abu-abu yang langsung menundukkan badan dan berjalan keluar dari ruangan.
Setelah 5 menit menunggu di kamar, aku mulai merasa bosan. Jadi akupun diam-diam menunggu di belakang pintu mansion. Tentu saja, aku tidak mungkin hanya duduk diam di kamar hanya karena Anemia-ku kambuh.
Perlahan aku dapat mendengar langkah-langkah kaki mendekat dengan elegan. Akupun membuka pintu dengan cepat dan melompat kehadapan seorang wanita berambut pirang dengan iris mata berwarna pale blue. Wanita itu sepertinya terkagum dan senang melihatku yang tiba-tiba muncul atau tepatnya menyambutnya dengan cara yang tidak normal.
"Amalia! Lama tidak jumpa!" ucapku sambil tersenyum licik, menjulurkan telapak tanganku.
"Lama tidak jumpa juga... sepertinya senyum licikmu itu belum pernah di hapus dari wajahmu..." balas Amalia sambil tersenyum palsu dan membalas jabatanku.
"Tentu saja, siapa yang berani menghapusnya akan kuhapus juga wajahnya.." ucapku mulai tersenyum dengan bangga.
"Nona anda benar-benar nakal.." dapat kulihat si abu-abu yang hanya bisa menghela nafas panjang atas ketidaksabaranku.
"Hehe... maafkan aku! Ayo Amalia, Scarlet... silahkan masuk." ucapku mempersilahkan mereka masuk ke mansionku dengan ramah.
"Bagaimana jika kita berbincang sambil menikmati secangkir teh dan menggigit manisan? Pasti kamu sangat lapar setelah berjumpa dengan klien-mu di kota ini..." sambungku berjalan di belakang si abu-abu agar dia yang memimpin jalan.
"Tentu saja! Scarlet bantu si abu-abu itu..." ucap Amalia mulai memerintah pelayannya yang langsung memberi hormat kepada si majikan.
Setelah mendengar perintah dari majikannya, scarlet dan si abu-abu pun menghilang ke dapur untuk menyajikan manisan.
"Rumah ini sepi seperti dulu ya... walau sudah bertambah satu pelayan." ucap Amalia tersenyum tipis padaku.
"Begitulah, aku masih merencanakan bahwa aku akan menambah 3 orang pelayan lagi." jawabku lalu mempersilahkan Amalia duduk di kursi ruang tamu.
"Biar kutebak... seorang tukang kebun, koki dan pelayan tamu?" tanya amalia sambil menatap dekorasi di sekelilingnya dengan iris pale blue miliknya.
"Yup, kau tahu aku tidak ingin menyusahkan mereka berdua... rumah ini terlalu besar untuk mereka berdua kerjakan," gumamku menutup mataku dan menghela nafas berat.
"Ternyata kamu memiliki sisi lembut juga ya? Apa karena lelaki itu?" ujarnya tersenyum licik.
Baru saja aku ingin menolaknya, tiba-tiba scarlet dan si abu-abu datang membuat pandangan kami beralih kearah kedua pelayan tersebut. Komentar pertamaku saat mereka meletakkan cake serta teh di hadapanku adalah...
"Kalian terlihat lebih akrab sekarang atau aku salah melihat?" tanyaku melihat kearah lain, aku tidak ingin menatap mata seseorang dahulu untuk hari ini.
"Sepertinya kita satu pemikiran..." ujar amalia yang mulai terkekeh pelan.
"Anda tidak salah melihat, nona..." jawab si abu-abu sambil tersenyum kearahku.
"Kami sedikit berbagi pengalaman antarpelayan..." scarlet tersenyum kearah nonanya dan menepuk-nepuk punggung si abu-abu seakan mereka sudah kenal sangat lama.
"Baiklah, biar saya perkenalkan hidangan hari ini... hari ini kami menghidangkan Date and Ginger Malt Loaf dengan Keemun Black Tea dari cina," jelas si abu-abu.
"Terima kasih, jadi nona euclitray... sepertinya kamu mempunyai alasan lain selain menginap?" tanyaku mulai memakan cake-ku.
Amalia yang baru saja ingin menyeruput tehnya terhenti. Ujung bibirnya perlahan naik dan ia tersenyum licik. Ukhh... aku sudah menduganya bahwa dia mempunyai alasan lain untuk datang kesini.
"Ahh!~ Kamu setajam biasanya, crow?" godanya mulai menyeruput tehnya.
"Bisakah kamu tidak menyingkat nama keluargaku amalia? Serta barang apa yang hari ini kamu inginkan?" tanyaku mulai meletakkan garpuku diatas piring.
"Hnn, bagaimana ya? Pelelangan sudah menjadi duniamu hingga sekarang dan kamu dapat memperoleh banyak barang antik disana, aku sangat terkagum padamu karena kamu dapat mendapatkan barang yang kamu mau disana..." ujarnya menatap teh miliknya.
"Aku sangat berharap dapat bebas mengikuti pelelangan sepertimu... tetapi mari kita masuk ke intinya," amalia menghela nafas berat.
"Silahkan,"
"Bolehkah aku membeli lukisan itu?"
"Hah?"
YOU ARE READING
Her Butler & His Lady
Fiksi Umum"Selamat datang pelayan baru..." "Tempat ini dan seluruh isinya adalah milikku... jangan pernah menyentuh yang adalah milikku" "Aku benci mata ini..." "Kenapa tidak pergi dari sini?" "Bahkan aku tidak pernah menanyakan namanya..." "Apakah salah jika...