satu

3.1K 171 37
                                    

Anyang Art High School

Seorang yeoja dan namja tengah saling menatap tajam. Dibelakang keduanya masing-masing membawa segerombolan pengikut.

Keduanya saling menyerang lewat tatapan sisnis.

"Huh, sudah ku duga kau lagi. "Desis Yeoja itu pada namja yang menjadi lawannya.

"Waeyo? Kau takut? "Sahut Namja itu meremehkan.

Yeoja itu berdecak seraya melipat tangannya angkuh. Sedangkan bibir mungilnya sibuk bergerak mengunyah permen karet, sudah menjadi ciri khasnya. Dia tidak pernah takut pada siapapun kecuali pada sang appa dan Eomma.

"Baekhy, apa aku salah dengar tadi. Apa, aku takut padanya yang benar saja. "Ejeknya.

"Hhh sudahlah Jiyi, ayo kita serang mereka. "Sahut namja bernama Baekhy itu.

"Iya, aku tidak sabar memberi mereka pukulan dahsyat ku ini. "Kata Kai.

"Sehun, mereka bicara apa. Aku takut mereka akan merencanakan sesuatu. "Bisik Chanyeol terdengar bergetar, pengikut dari Oh Sehun.

"Diam saja. Kita tunggu apa yang mereka lakukan. "Balas Sehun tak lepas mentap yeoja yang berjarak Lima meter darinya itu.

Sedetik kemudian terdengar seruan dari lawannya.

"Serang!!!!! "

"Ayo Serang!!!!! "

"BERHENTI!!!!!!! "Teriak namja botak, berperut buncit, dikenal sebagai kepala sekolah saat itu juga. Namja paruh baya itu menatap dua manusia dalang dari keributan ini dengan kesal.

"Kalian mau jadi apa huh. Bukannya belajar malah berkelahi. "Katanya menggeram kesal. "Dan kalian pasangan pirang, bawa pengikut kalian masuk ke dalam kelas. CEPAT!!!! "

Jiyeon maupun Sehun mendengus. Mengganggu saja pikirnya.

"Kita lanjutkan nanti. "Kata Sehun. Jiyeon menyeringai seraya mendekat pada Sehun sementara pengikut namja itu sudah siap siaga jika Jiyeon melakukan sesuatu pada ketua mereka.

"Siapa takut. "Sahut Jiyeon menepuk-nepuk bahu lawannya. "Kau pikir aku takut karena tidak bisa melawan namja huh. Kau salah. "Lanjutnya memberikan seringaian iblisnya pada Sehun sontak membuat namja itu berdecih kesal. Setelah itu mereka membawa segerombolannya masing-masing ke ke kelas.
.
.
.

"Kau berulah lagi anak nakal. Tadi kepala sekolahmu lapor, kalau kau memecahkan tiga kaca jendela di kelas Sehun sebelum kau pulang, astaga Jiyeon! " tn. Park menjewer telinga putrinya seraya membawanya masuk ke rumah mereka. Jiyeon terus merintih merasakan telinganya yang berdenyut nyeri.

"Appa, sakit auw appa. "Rengek Jiyeon menahan tangan sang appa. Sedangkan ny. Park hanya menggelengkan kepala. Pemandangan seperti itu, sudah menjadi makanan sehari-hari mereka.

"Dia yang duluan appa, dia menolak chinguku. Hhh dia pikir siapa tahunya hanya bisa menyakiti hati para yeoja."omel Jiyeon. Good, bahkan kalimatmu yang baru saja terlontar menambah kesakitan ditelinganya.

"Appa sakit.. Ommo telinga Jiyi memerah. "

"Sekalian saja appa robek. Percuma kau punya telinga tapi tidak pernah mendengarkan Kata appa. "Sahut Tn. Park kemudian melepas jewerannya dan mendesah prustasi. "Hanya itu, kau ingin melakukan keributan. Berhenti ikut campur dalam masalah orang lain. Lagian bukan kamu yang ditolak Sehun. " Tn. Park memijit pelipisnya, pening.

"Mwo, tidak bisa appa, dia itu sahabat Jiyi. Siapapun yang menyakitinya Jiyi akan memberinya pelajaran. "Sahut Jiyeon terdengar mengebu-ngebu. Jika suasana hatinya sedang seperti itu pasti orang pertama dipikirkannya adalah Oh Sehun, musuh sekaligus saingannya.

Smile For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang