"Oi Masaki, kenapa kau pingsan lagi ?"
"Sen-chan...?"
"Bukankah aku menyuruhmu untuk jangan bergerak dan tetap berada di kamar ? Demammu belum sembuh tahu ...!!"
"Maafkan aku, Sen-chan. Aku hanya ingin mencari suster..."
"Haah... aku memang tidak bisa meninggalkanmu sebentar. Dengarkan aku, Masaki. Aku akan di sampingmu. Aku akan membantumu. Jika kau membutuhkan sesuatu, katakanlah padaku !"
"Sen-chan..."
Pelukan hangat ku berikan pada Sen-chan. Pelukan yang sangat erat sehingga membuat Sen-chan hampir sulit bernapas. Aku tidak melepaskan pelukan ini selama beberapa menit. Aku sungguh berharap aku dapat menghentikan waktu. Aku sungguh tidak ingin melepaskan pelukanku.
Sen-chan, aku....
• • •
"Masaki, aku suka padamu."*DEG!*
Eh..?
Sen-chan....?
Suka....?"A-apa..."
Sesaat pikiranku kosong. Otakku macet, seakan tidak berjalan dan tidak menangkap apa yang baru aku dengar. Aku terdiam seribu bahasa. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku katakan. Aku tidak mungkin terdiam saja, sambil melihat wajah Sen-chan.
Sen-chan menggenggam tanganku, dan menarik badanku dekat dengannya. Wajahku tepat berada di depan wajahnya. Tanganku digenggam seerat-eratnya. Tubuhku sangat bergantung pada pegangannya.
"S-Sen...chan..."
"Masaki... Aku jujur lho..." *smirk*
"Se-Sen-chan... Aku..."
Wajahku sungguh memerah. Bagaimana ini ...? Aku tidak ingin Sen-chan melihat sisiku yang seperti ini...
"S-Sen-chan... ja-jangan melihatku..."
Kepalaku menunduk ke bawah, menyembunyikan wajahku yang merah padam ini.
"A-Ah... Kau tidak perlu menjawabnya sekarang, Masaki. Aku tahu ini aneh. Ayo pulang.."
Sen-chan menggenggam tanganku kembali dan kami berjalan pulang. Seperti biasa, aku mampir ke rumah Sen-chan. Setiap pulang sekolah aku selalu mengunjungi rumahnya untuk mengerjakan PR. Lagipula aku sendiri di rumahku.
Sampai di rumah Sen-chan, aku membuka sepatuku dan masuk ke dalam rumah. Kebetulan sekali tidak ada orang di rumah. Mungkin orang tuanya masih bekerja di rumah sakit.
"Masaki, naiklah ke kamar. Aku akan memanaskan makanan ibuku."
"Baiklah.."
Aku pun berjalan ke kamar Sen-chan. Meski aku sudah sering ke sini, namun kali ini aku merasa sangat gugup. Wajahku masih merah. Pernyataan yang tadi Sen-chan sampaikan padaku, masih terngiang-ngiang di kepalaku.
"Masaki, bisakah kau bukakan pintunya ?"
"O-oh ! B-baiklah..."
Aku membukakan pintu kamar dan melihat makanan yang Sen-chan bawa.
"Maaf aku hanya ada sup miso dan ayam katsu."
"T-tidak masalah..."
Oh astaga. Aku sangat gugup. Aku tidak bisa tenang. Aku segera mengambil semangkuk nasi dan mulai makan.
"Masaki ?"
"I-iya ?"
"Kenapa kau terlihat gugup ?"
"A-ah... itu...."
Aku sungguh tidak tahu apa yang aku harus katakan padanya. Seharusnya aku menjawab pernyataan cintanya, ta-tapi.... aku masih tidak menyangka...
Sementara aku sedang berpikir keras, Sen-chan mendekat ke depan wajahku. Dekat sekali !
"Masaki ...? Apakah karena aku ?"
S-Sen-chan... B-bukan itu...
"Uuhh... S-Sen-chan, m-makanannya..."
"Masaki, apa kau berpikir tentang yang tadi ? Apa kau sudah menemukan jawabanmu ?"
Sen-chan sangat bersemangat. Dia sangat dekat di depan wajahku ! Dia tidak bisa bersabar dan memaksaku menjawab sekarang. A-Aku... Aku tidak tahu lagi !!!
"S-Sen-chan !! S-Sebenarnya....."
KAMU SEDANG MEMBACA
Until The End (R-18 boyxboy) - INDONESIAN
RomanceSenzo adalah anak dari kedua orang tuanya yang bekerja sebagai dokter. Ia tinggal di rumah yang besar, dan Senzo adalah anak yang kaya. Sikapnya yang ramah dan tidak sombong membuat dia selalu dikelilingi teman-temannya. Senzo memiliki teman bernama...