6; Masih patah hati.

62 28 9
                                        

"Tak mudah merelakan seseorang yang bahkan bukan siapa-siapa kamu, tak semudah merelakan yang bahkan sudah menjadi milikmu."

***


SUDAH dua hari Nilam murung. Sudah dua hari juga dia duduk terpisah dengan Aulia. Nilam tak mengerti, kenapa Aulia tiba-tiba pindah bangku ke barisan depan dan duduk bersebelahan dengan Dimas, pula. Ifya, cewek itu masih duduk di belakangnya namun enggan untuk sekedar pindah duduk bersebelahan dengan Nilam.

Ifya pun jadi cuek terhadap Nilam, bahkan mereka berdua berbicara hanya ketika ke pepet saja. Ifya seperti membuat tembok penghalang untuk Nilam, begitupun sebaliknya. Dan itu semua pun terjadi pada Nilam dan Aulia, Ifya dan Aulia. Mereka bertiga menjauh dan itu membuat Nilam rindu kebersamaan mereka.

Sebenarnya, Nilam marah, benci, kecewa pada Aulia namun, tetap saja sesekali dia rindu pada cewek rempong itu.

"Dimas!" Mendengar nama Dimas di sebut Nilam menoleh penasaran pada sumber suara.

Disana Aulia tengah mencebikkan bibirnya, sepertinya cewek itu sedang kesal pada kekasihnya. Bicara Dimas kekasih Aulia, kenapa dada cewek itu terasa sesak, ya.

"Kamu mah gak hargain aku banget. Udah tau di bawain bekal, malahan beli! Itu Mama sendiri yang buatin khusus buat calon menantu, katanya! Kalau dia tau kamu bisa dipecat jadi calon mantu," cerocos Aulia, seisi kelas sudah tak heran dengan drama pasangan baru itu.

Nilam mendengus jengkel. Nilam tahu Aulia rempong bukan main. Tapi, gak usah lebay gitu bisa kali. Orang-orang jadi jijik lihatnya.

Sama seperti Nilam, Dimas pun mendengus lalu cowok itu perlahan menghela nafas. "Yaudah, aku gak tau. Sini biar aku makan lagi."

Kini, Nilam mengalihkan pandangannya. Mendengar suara Dimas selalu membuatnya mengingat kenangan singkat ketika beberapa waktu lalu mereka dekat.

Kalau dulu kata aku-kamu di pakai ketika berbicara dengan Nilam saja, sekarang bukan lagi dengan dirinya melainkan kekasihnya. Nilam sakit, setiap hari hatinya selalu menangis. Tak mudah merelakan seseorang yang belum menjadi milik kita, tak semudah menahan pipis di saat takut ke kamar mandi dimalam hari.

***

Petaka bagi Nilam itu ketika tahu bahwa Rafaro, senior yang meminjamkan bahunya waktu itu ternyata sudah saling mengenal dengan Ibu.

Jadi cerita singkatnya begini; ketika Ibu pulang belanja ada seseorang yang mencoba untuk mengambil dompet yang Ibu selipkan di area ketiaknya. Saat dompet itu berhasil di genggam si pencuri dengan lantang Ibu berteriak dan dengan saat yang tepat Rafaro datang seperti pahlawan ke siangan, menghajar si pencuri tanpa ampun. Setelah dompet Ibu sudah ada di tangan Rafaro, cowok itu membiarkan pencuri itu pergi dan memberikan sedikit amanat yang membuat sang pencuri bergidik.

Rafaro membalikkan dompet pada Ibu yang di balas dengan uluran dan basa-basi, sampai akhirnya Ibu membawa cowok itu ke rumah dan bertemu dengan Nilam.

Nilam mendengus, sudah seperti sinetron hidupnya ini!

"Betewe, makasih kak Udah bantuin Ibu." sebenarnya Nilam malas berurusan lagi dengan Rafaro. Bukan apa-apa dia masih malu karena kejadian itu.

"Santai, kebetulan gue ada di situ kok." Nilam mengangguk, bingung ingin merespon apalagi.

Memang Nilam susah mencari obrolan dengan cowok-cowok. Rasanya malas aja, gak nyambung, gitu. Tetapi beda dengan Cowok satu itu, cowok yang sudah memiliki kekasih. Entah kenapa Kalau berbicara dengan Dimas, Nilam selalu mempunyai beribu topik. Dimas, kenapa Cowok itu selalu mampir di pikirannya, sih! Kapan Nilam bisa move-on coba?!

"Gimana?"

Nilam mengerutkan dahinya. Berpikir keras, dengan pertanyaan yang dilontarkan seniornya. "Gimana, apanya?" tanyanya.

"Udah bisa lupain cowok itu, kan. Udah gak pernah nagis dilorong sambil mukul-mukul dada, kan?" Rafaro terkikik dengan wajah jahil, membuat Nilam malu!

Wajah cewek itu mendadak panas. Namun, dengan sebisa mungkin dia menyamarkan kemerahan itu dengan bersikap judes. "Gak usah dibahas, gue gak suka." Ketus Nilam. Berusaha menghindari tatapan matanya dengan Rafaro.

"Gak suka kok ditangisin?"

Kenapa rasanya Nilam pengin memutilasi senior yang mendadak menyebalkan ini, ya. Rafaro tak melihat apa sudah semerah apa wajah juniornya.

"Au ah, betein." rengeknya terdengar manja ditelingan Rafaro, membuat Rafaro semakin gemas pada cewek itu.

"Yaudah maap, bercanda."

Nilam mendesah seraya memajukan bibirnya beberapa senti. "Udah gue bilang, jangan maap mulu, belom lebaran."

Dan Rafaro menanggapinya dengan kekehan. Nilam benar-benar lucu juga imut dan untuk kesekian kalinya, Rafaro menyukai cewek itu.

***

Jangan lupa Vomment dan kalo suka kuy ajak sodara, temen, pacar, sahabat, gebetan, mantan, temen rasa pacar, dll. Ajak buat baca dan masukin library kalian:"
Kalau ada kata-kata yang typo atau gak sesuai EYD kasih tau juga, ya!
Terimakasih:)

Forgive My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang