8; Rafaro (aneh)

34 7 0
                                        

"Kamu aneh, aku bingung. Bukan peduli, tapi sedikit penasaran."

***

MALAM ini langit tampak cerah, beda dari malam sebelumnya yang selalu mendung. Rembulan begitu mencolok dilangit sana, seperti memberi tahu bahwa dialah sang raja malam yang selalu dinanti. Pun disekililingnya terdapat beribu bintang yang saling berkelipan, berlomba-lomba untuk menjadi yang paling terang.

Di sebelah Nilam terdapat Rafaro yang tengah menatap langit dengan pandangan kosong. Cowok itu menghisap rokoknya dalam-dalam, membuat Nilam bergidik. Baru beberapa hari berurusan dengan seniornya sedikit demi sedikit Nilam mengetahui sisi lain dari Rafaro yang sering di bicarakan orang-orang. Rafaro si badung.

"Lo, okey?" dengan ragu Nilam menyentuh pundak Rafaro, membuat siempunya menoleh dengan pandangan datar dan mengangguk kecil.

Nilam menahan napas beberapa detik, sedikit sesak ketika melihat respon yang diberikan Rafaro. Rafaro tidak seperti biasanya, cowok itu tampak terasa dingin.

Sejujurnya Nilam tak mempermasalahkan perubahan sikap cowok itu. Namun, Nilam tipe cewek kepo akut, dia bertanya-tanya ada hubungan apa Rafaro dengan atasannya dikafetaria. Sampai membuat cowok itu aneh.

Ah, iya tadi ketika mereka nongkrong dikafetaria, jam menunjukan pukul tujuh. Nilam mengusir cowok itu dari kafetaria dengan embel-embel dia akan bekerja dulu. Jadi, ceritanya begini;

"Lo pulang duluan aja deh, gue males bolak-balik. Jadi langsung kerja aja." ujar Nilam seraya menyedot minumannya.

"Berangkat bareng, pulang juga barenglah." balas Rafaro yang membuat Nilam mendengus keras.

"Tapi gue mau kerja dulu."

"Yaudah gue tungguin, ampe jam sembilan doang, kan?" Rafaro tetep teguh pada pendiriannya.

"Gak usah, makasih. Lo pulang aja." sekali lagi Nilam mengusir cowok itu dengan halus.

"Gue tungguin." percuma berdebat dengan Rafaro, ujung-ujungnya pasti Nilam yang kalah.

"Terserah."

Setelah mengucapkan kalimat ketusnya. Nilam beranjak, meninggalkan Rafaro. Nilam ke ruangan khusus untuk para kariyawan. Dia meminta izin pada ketua kariyawan disitu, kemudian menaik ke atas panggung. Menghibur pengunjung, seperti malam-malam biasanya.

Dua jam berlalu Nilam kembali ke meja Rafaro dengan dirinya tadi. Cowok itu tersenyum kecil kearahnya, Nilam pikir Rafaro sudah pulang. Secara waktu dua jam itu bukan waktu yang singkat bagi cowok-cowok. Biasanya, 'kan cowok selalu ingin di tunggu bukan menunggu. Berengsek memang.

"Suara lo bagus," pujinya dan Nilam balas dengan senyum kecil plus sedikit memaksa.

"Balik aja ayo, udah malem." ajak Nilam dan Rafaro langsung berdiri mengiyakan ajakan cewek itu.

Namun, ketika di parkiran Nilam berpapasan dengan Bu Rida, yang omong-omong atasannya yang cantik meskipun sudah berkepala tiga. "Malam, Bu."

Bu Rida tersenyum, "Malam Nilam, sudah mau pulang ya?" tanyanya ramah. Beliau selain cantik memang begitu ramah, buktinya pada saat Nilam telat beberapa waktu lalu Bu Rida tidak mempermasalahkannya.

"Iya, Bu." jawab Nilam, "saya duluan, ya." pamitnya yang di balas anggukan dari Bu Rida.

"Raf," Nilam menghentikkan langkahnya, Rafaro tidak ada di sampingnya. Cewek itu memutar tubuhnya dan seketika kernyitan tampak di dahinya.

Di sana Bu Rida tengah menatap Rafaro dengan mata berkaca-kaca, berbeda dengan Rafaro, cowok itu mematung dengan wajah dingin. Wajah yang omong-omong baru Nilam lihat dari Rafaro.

"Raf," Bu Rida kembali menyerukkan nama Rafaro. Nilam melihat tangan cowok itu terkepal kuat.

Nilam bingung, sebenarnya mereka berdua ada hubungan apa? Lagi sibuk memikir tiba-tiba lengannya di tarik seseorang. Nilam memekik, tetapi hanya beberapa detik. Nilam membeku ketika tatapan Rafaro terasa dingin, cowok itu memberi isyarat untuk pergi dari sini dan Nilam mengangguk patuh.

"Lo ada hubungan apa sama Bu Rida?" tanya Nilam takut-takut, cewek itu memakai helm yang di sodorkan Rafaro dan segera menaiki motor cowok itu.

"Gak usah kepo." ucapnya datar.

Hati Nilam sedikit mencelos. Kenapa tiba-tiba cowok  itu aneh, sih.

"Au-ah gak ngurusin!"

Sejurusnya Rafaro membawa Nilam ke taman dan itu alasan kenapa meraka berdua kini berada di taman.

"Kenapa lo suka bikin penyakit, sih?" Nilam kembali membuka mulut, membuat Rafaro menatapnya. Cowok itu menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan apa yang Nilam katakkan.

"Sering minum, eh pemake rokok juga." katanya, ada nada kesal disana. Rafaro bergeming, membuat Nilam ingin melanjutkan ceramahan. "Rokok gak baik buat kesehatan."

"Gue tau." Nilam melotot, matanya nyaris keluar mendengar jawaban santai dari Rafaro.

"Kalau tau kenapa tetep di konsumsi gitu, kasian paru-paru lo."

"Biarin, gue pengin mati." Nilam mendelik tajam, menyubit kecil lengan Rafaro.

"Orang mati aja pengin idup lagi dan dosa lo masih banyak. Percuma nanti lo di panggang dineraka!"

Rafaro mengusap bekas cubitan kecil Nilam yang memerah, "kek mama Dedeh lo, ceramah mulu."

Nilam berdesis, "Kok lo nyebelin sih, gue 'kan ngasih tau, Kak." ketus Nilam, jengkel juga terhadap Rafaro. Seenaknya saja mengatai dirinya Mama Dedeh, Nilam 'kan tidak mirip beliau!

Rafaro terkekeh. Nilam melongo.

"Cepat banget berubahnya, udah mulai cair lagi, aneh."

"Balik ayo, besok upacara nanti lo telat."

Nilam mencibir, atas sikap soknya Rafaro. "Peduli apa lo sama upacara, tiap hari juga madol."

"Jangan salah,"

"Jangan salah?"

"Jangan salah, gue suka sama lo."

Untuk kesekian kalinya di malam ini Nilam melotot. "Demi apa lo jangan ngaco, Kak." Nilam sedikit terkejut dengan kalimat Rafaro barusan. Masa, sih mereka baru kenal, hei!

"Bercanda, elah."

Dan Nilam bisa bernapas lega. Senang dengan jawaban Rafaro.

"Kalau boleh gue tau, lo ada hubungan apa sama Bu Rida?" sekali lagi Nilam bertanya, cewek itu benar-benar penasaran, serius.

Lima menit pertanyaan Nilam menggantung. Rafaro diam, wajahnya kembali datar. Apa Nilam salah bicara?

"Gak ada," jawaban Rafaro membuat Nilam semakin kepo. Apalagi melihat ekspresi cowok itu yang aneh. "Yuk, pulang." Nilam kesal karena tak mendapat jawaban yang di harapkannya.

"Yaudahlah, ya, gak ada urusannya juga sama gue." gumam Nilam acuh tak acuh.

Bukan Rafaro tak mau memberi tahu hubungannya dengan Bu Rida a.k.a Ibu kandungnya yang sudah beberapa tahun tak bertemu. Hanya saja, ini belum waktunya. Nanti ada saatnya Rafaro membagi cerita pada Nilam. Iya, ketika cewek itu sudah membuka hati untuk dirinya. Suatu hari nanti.

***

Krtitik&saran cerita ini dong? Biar ceritanya gak makin ancur:"
Disini gak ada Dimas dan Nilam rindu *lah?
Udahlah ya, jangan lupa vomments!

Forgive My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang