"Bangun sebentar sayang papa suapin buburnya. trus Ola bisa minum obatnya". Ujar Afkar pada putrinya yang terbaring sakit, masih dengan piyama pink bergambar micky mause dengan sweater berkancing depan sebagai tambahan dikarenakan Ola saat ini mengalami demam tinggi sejak subuh tadi.
"Iya pa" jawab Ola dengan wajah pucat, mata sayup terlihat begitu lemah. Badannya yang begitu ringkih berada dalam setengah pelukan Afkar untuk membantunya memakan bubur buatannya.
Sejak pagi Afkar hanya menemani Ola. Izin untuk tidak mengajar hari ini sudah didapatkannya. Demam yang menyerang putrinya adalah sakit untuk kali pertama diderita Ola sejak kematian istrinya Nungky, dan menjadi hal sangat berat bagi Afkar sebagai single parent untuk merawat putrinya yang sedang sakit. Kalau biasanya saat sakit anak-anak akan semakin manja dan rewel, lain halnya dengan Ola. Ola sangatlah sabar, lebih pendiam apalagi manja tidak pernah ditunjukkannya. Tidak ada keluhan apalagi tangisan merengek khas anak-anak keluar dari bibir mungil putrinya. Ketidakrewelan Ola inilah yang membuat Afkar semakin sedih dan gelisah melihat putrinya yang tergolek lemah diranjang. Apalagi setelah disuapi bubur olehnya tidak lama kemudian Ola memuntahkan semua isi perutnya. Afkar ingin menunggu sekitar dua jam lagi apabila obat yang diminum Ola tidak berekasi, maka ia akan segera membawa Ola ke Rumah Sakit.
"Ola pengen sesuatu sayang, bubur gak enak kan? Ola pengen makan apa? ayo ngomong ke Papa, biar papa beliin"
Hanya gelengan kepala yang didapati Afkar sebagai jawaban, membuatnya semakin sedih.
"papa sedih ya Ola, sakit?" ujar Ola melihat kekhawtiran di mata Ayahnya
"iya, papa sedih banget Ola sakit kayak sekarang, cepat sembuh ya sayang"
"Ola janji bakal rajin minum obatnya biar cepat sembuh, biar papa gak sedih"
Afkar bersiap membaringkan putrinya, setelah membersihkan sisa muntahan pada dan meminum obat penurun demam, sesuai resep dokter keluarganya yang pada pagi buta telah datang memeriksa keadaan Ola.
"pa.." panggil Ola pada Ayahnya. Afkar yang sudah berada dipinggiran ranjang menunggui Ola sampai tertidur. Afkar melihat Ola tampak ragu untuk mengungkapkan sesuatu kepadanya.
"Ola, kenapa sayang?" tanya Afkar khawatir.
"Pa, Ola...Ola...inget mama, Ola kangen sama Mama, Pa" Afkar semakin sedih melihat anaknya tersedu-sedu mengingat istrinya. Hatinya seperti teriris-iris. Ola yang jarang menampak kesedihannya di hadapan orang disekitarnya, kini tak mampu membendung apa yang ia rasakan. Direngkuhnya putrinya dalam pelukannya dan dibuai dengan sayang. Sungguh cobaan yang paling berat baginya saat melihat anaknya dalam kondisi seperti saat ini. Jelas sakitnya Ola karena rasa rindu pada Ibunya yang sudah memuncak tak tersalurkan.
"oh anak papa yang cantik, cup...cup...cup sakit karena kangen mama ya sayang.. sekarang mamanya Ola pasti juga lagi kangen sama Ola"
"hiksss...hiksss... mama......." Lama kelamaan tangisan Ola mulai reda, seiring deru nafasnya yang kian teratur dalam dekapan Afkar.
~~~
"kamu ya, emang gak becus jadi laki-laki, dulu anak saya Nungky sekarang cucu saya Ola, kalau emang kamu gak mampu merawat Ola, kamu ngomong ke mama Afkar". Sekarang ini Afkar berhadapan dengan Dessy, Ibunda Nungky. Stelan ala ibu-ibu pejabat mulai dari tas branded ditangan, riasan tebal yang sangat menonjol pada bibir dan mata ditambah tatapan sinisnya membuat Afkar sedikit bergidik ngeri. walaupun sebenarnya ia sudah menikah dengan Nungky hampir 7 tahun, namun tetap saja, penampilan mencolok Ibu Dessy belum membuatnya terbiasa.
"Tolong ma pelanin suara mama, Ola baru aja tidur. Lagian apa maksud mama ngomong kayak gitu. Nungky itu istri saya dan Ola itu anaknya saya ma, dan saya menyayangi mereka melebihi nyawa sendiri, terserah kalau mama bilang mengada-ada, saya gak butuh pendapat mama. Dan apa yang terjadi sama Nungky, jelas itu diluar kuasa saya. Saya rasa mama mengerti apa namanya takdir".
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Heart
RomanceDonor hati yang diterimanya, membuatnya mengalami pengalaman berbeda dari gadis seusianya. It was cold, but when you smile I feel the warmth inside of me