Heart to Heart #5

1.1K 38 5
                                    

"Seengaknya kamu telpon mama Za, kalau kamu bakal telat pulang kayak gini. Ini mama udah mau nyuruh papa telpon polisi kalau sejam lagi kamu gak nongol-nongol! " Eliza terhenyak mendengar bentakan ibunya. Sudah sepastasnyalah ia menerima amukan kemarahan ibunya yang sedari sore menjadikan pak Rahman dan papanya sebagai objek pelampiasan kemarahannya . Sama sekali tak terpikir oleh Eliza tindakannya ini akan membuat ibunya sebegitu cemas terhadapnya, keasinyakan bermain dan bercengkrama bersama Ola, membuatnya lupa waktu. Seperti sebuah kebutuhan layaknya air bagi manusia untuk menghilangkann rasa dahaganya. Begitupun Eliza yang seharipun tanpa bertemu Ola dan papanya terasa ada yang kurang. Lagi - lagi pikiran serta perasaan telah menjadi bagian dari keluarga tersebut muncul dan menghangatkan hati Eliza. 'Apaan sih kamu Za mikir yang nggak-nggak aja!!' Rutuknya dalam hati. 

"Za...Eliza...hei kamu denger mama ngomong gak sih"kembali suara keras ibunya membuatnya kaget. Tapi kali ini ia bersyukur, karena itu membuatnya sadar dan kembali ke alam nyata. 

"Ia Ma...maaf. Liza janji gak akan ulangin lagi". hanya kata maaf yang bisa Eliza ucapkan. Kemudian ia mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Menatap wajah Ibunya. Tampak jelas masih ada sisa-sisa kecemasan disana. "Suerrr deh. Liza gak bakal ulangin lagi...maafin Liza ya Ma". Seraut wajah penuh permohonan plus senyuman khas Eliza yang selalu bisa menangkan Ibunya disertai jari tangannya yang membetuk tanda 'V' membuat Ibunya akhirnya tersenyum. 

"Mama gak larang kamu loh Za...mama tuh cuma khawatir aja,ngerti kamu?. Ibu Rinna berkata dengan suaranya yang kini lebih lembut dan terdengar pelan, namun walaupun begitu nada cemas didalam tarikan nafasnya masih terdengar jelas. tapi bertindak keras kepada putri satu-satunya tersebut bukanlah hal yang tepat karena ia tahu tentu saja anaknya sangatlah butuh teman.

"Kamu tuh baru sembuh sayang, mama gak mau kamu sakit lagi. Lagian siapa sih teman kamu itu. Mama penasaran deh. Segitu asiknya sama dia sampe kamu lupa waktu pulang dan hubungin pak Rahman, itu yang bikin mama kesel sama kelakuan kamu, sayang". Lanjut Ibu Rinna lagi dengan membelai sayang rambut Eliza. 

"Ntar deh ya, kapan-kapan Liza ajak dia kerumah. Liza 100% yakin mama tuh bakal sukaaaa banget sama dia, mungkin jatuh cinta malah". Eliza kemudian beranjak menuju kamarnya setelah sebelumnya mencium gemas pipi ibunya.

***

Senyum-senyum sendiri adalah satu hal yang Eliza lakukan setengah jam terakhir setelah masuk ke dalam kamarnya. Alih-alih istirahat seperti yang ia katakan pada ibunya saat akan berpamitan masuk kekamar. Eliza malah menghabiskann waktunya mengingat apa yang ia lakukan bersama Ola dan Afkar sepanjang siang tadi.

Flashback

Perjalanan ke rumah Afkar mereka lalui dengan suasana hening, senyap, hanya deru mobil dan beberapa kendaraan disekitar mereka yang terdengar. Yang Eliza lakukan hanya terus memandangi apa yang bisa ia nikmati dibalik kaca mobil sepanjang perjalanannya bersama Afkar. Detik kemudian ia melirik kesamping, hanya hembusan nafasnya saja yang keluar dari mulutnya melihat keseriusan lelaki disampingnnya yang tanpa berusaha mencoba melebur kekakuan diantara mereka.

"Ngomong kek, masa gue yang harus duluan ngomong sih. Ngatuk nih lama-lama" bathin Eliza menggerutu. Dengan kondisi seperti ini, ia seperti dipaksa untuk berfikir kalau ayah dari bocah kecil yang belakangan dekat dengannya tidak suka-bahkan mungkin membenci dirinya.

"kenapa?" Afkar bertanya, seolah seperti mendengar kata hati Eliza. Disisi lain kekhawatirannya akan kondisi anaknya memaksanya untuk harus mendekatkan diri pada gadis disampingnya sekarang. Afkar bingung bagaimana seharusnya ia bersikap. Eliza adalah gadis yang baik sejauh pengamatannya beberapa minggu kedekatannya dengan Ola. Salahnya juga sebenarnya kenapa bersikap berlebihan saat itu. Sikap yang ia sesali beberapa hari belakangan ini. Dan efek aneh atas kedekatan mereka membuat ia menjadi lelaki yang kaku. diluar kebiasaannya yang mudah akrab dengan orang baru. dan ia meyakinkan dirinya ia harus lebih bersahabat dengan gadis manis disampingnya ini. Hanya satu ...demi anaknya Ola.

Heart to HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang