Sebenarnya selain bertemu di kampusnya, Eliza tidak biasa berkunjung ke rumah Afkar apabila ia ingin bertemu Ola. Dan seingatnya hanya sekali ia pernah melangkahkan kakinya kerumah Duda keren tersebut, yakni saat Ola tidak muncul- muncul di jam yang mereka sepakati untuk bertemu seperti biasanya, malahan beberapa menit kemudian justru Afkar yang hadir namun membawa kabar kurang menyenangkan tentang Ola yang ternyata sedang sakit hari itu.
Sore ini, saat Ola menelponnya dan bersikeras mengajaknya makan malam untuk merayakan terpilihnya Ola sebagai ketua kelas TK Nol kecil disekolahnya. Sekolah yang sama saat ia tergabung pula dalam grup bermain saat Ola berusia 3 tahun sampai kini ia telah menginjak 5 tahun dan Ola sudah dinilai cukup pantas mengenyam pendidikan satu tingkat lebih tinggi lagi, karena kecerdasannya yang diatas rata-rata anak seusianya.
Eliza sama sekali tak mampu untuk menolak. Bukannya ia dengan sengaja enggan untuk ikut bersama Bapak Anak tersebut, hanya saja menurut Eliza suasana makan malam seperti ini terkesan terlalu privasi untuk dihadiri oleh orang luar yang tak punya hubungan sama sekali dengan mereka. Dan Eliza bahkan meyakini bahwa Afkar pun terpaksa menuruti permintaan putri semata wayangnya itu untuk mengundangnya.
Sepanjang perjalanan menuju tempat mereka makan malam, Eliza mati-matian menghindari dan menjaga agar pandangan matanya tidak bertemu dengan tatapan Afkar yang justru bertindak sebaliknya seperti sengaja mencari-cari cara agar terjadi kontak mata antara mereka berdua. Suasana di mobil malam itu terasa menegangkan sekaligus cukup menggelikan bagi Eliza. Dan baik Afkar maupun Eliza tanpa bicara namun seolah kompak untuk tidak memperlihatkan hal tersebut kepada Ola, yang biasanya cukup tanggap dengan situasi aneh di sekitarnya. Alhasil Afkar-pun memanfaatkan Ola menjadi perantara untuk berbicara pada Eliza dan Eliza-pun menanggapinya dengan melakukan hal yang sama.
"Jadi, Ola pengen makan apa nih?, pilih deh apa aja, yang penting bukan fast food aja, oke?!"
Tanya Afkar, sesaat setelah kendaraannya keluar dari carport rumahnya, sambil melirik wajah Ola yang mulai tampak berfikir.
"Yahh Papa.." Jawab Ola malas. Namun beberapa detik kemudian wajah merengut khas Ola seketika itu juga berubah riang.
"Ya udah, kalau gitu Ola pengen makan seafood aja deh, Pa, itu loh bubur seafood tempat biasa kita dateng bareng mama juga, inget kan, Pa?. Ola pengennya makan bubur udang, sama bubur kepitingnya Ola juga mau banget, boleh ya?!”.
Ola begitu kegirangan. Sajian Resto yang buka 24 jam dengan menu utama bubur di daerah Pecenongan, Jakarta Pusat telah menjadi langganan bagi Afkar dan keluarga untuk menikmati cita rasa seafood ala Hongkong dengan sajian menu tambahan lainnya bagi yang tidak begitu menyukai bubur. Dan perasaan bahagia yang Ola rasakan justru membuat Afkar menjadi terharu dan sejenak teringat saat dimana ia, Nungki dan Ola, selalu merayakan pencapaian dan prestasi yang mereka raih sekecil apapun itu walaupun hanya sebuah perayaan kecil dan makan malam sederhana.
Sepeninggal Nungki, Afkar tak lantas meninggalkan kebiasaan tersebut. Sekalipun nantinya akan teringat lagi akan kehadiran Nungki di tengah-tengan mereka, ia akan tetap melakukannya sampai kapanpun itu.
"Iya boleh banget anak manis. Tapi ditanyain juga dong Kak Liza-nya, pengen makan apa!, dari tadi diem aja soalnya, ada masalah kali ya?" Seru Afkar pada Ola namun ekor matanya melirik cepat pada Eliza yang sejak tadi berdiam diri. Eliza yang namanya di sebut oleh Afkar sedikit terlonjak, namun cukup bisa terkontrol sehingga tidak nampak oleh Ola dan Afkar.
"Kak Liza pengennya makan apa?. Kak Liza suka gak makan bubur udang atau bubur kepiting? Kalau Ola mah jangan ditanya lagi, Kak Liza liat ya ntar! Ola bakal nambah 2 kali makannya...ahh iya disana juga ada cumi crispy mayonaise, enak deh Kak Liza... iya kan Pa. Ola mau makan itu juga ya Pa?!” Di belakang kursi kemudi Ola nampak tidak tenang, berdiri diantara celah kursi kemudi untuk lebih jelas melihat wajah Eliza. Bagi gadis kecil itu menjadi kebahagian tersendiri apabila makanan yang ia sukai disukai pula oleh Eliza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Heart
RomanceDonor hati yang diterimanya, membuatnya mengalami pengalaman berbeda dari gadis seusianya. It was cold, but when you smile I feel the warmth inside of me