Acara perkenalan kelas berlangsung dengan penuh cerita-cerita yang menarik. Format perkenalan yang diberikan oleh Otong juga cukup unik, dimana terdiri dari: Nama lengkap, nama panggilan, tipe pacar idaman, dan pengalaman unik dalam kisah cinta.
Sebentar lagi akan tiba giliranku untuk memperkenalkan diri.
"Pengalaman cinta yang unik? umm..." Yang memperkenalkan diri di depan kelas sekarang adalah Ahmad Al-Farizi. Nama panggilannya adalah Gote. Aku juga tidak tau kenapa ia dipanggil seperti itu oleh teman-temannya. Yah, tapi itu bukan urusanku. "Kurasa aku punya satu. Itu waktu aku kelas 3 SMP." Lanjutnya. Untuk seseorang yang hampir tidak ada pengalaman soal cinta sepertiku, kurasa aku bisa mengambil beberapa pelajaran berharga dari kisah cinta orang lain—meskipun pengalaman yang diceritakan di depan kelas sangat jauh dari harapan.
"Waktu itu aku salah kasih kertas untuk surat cinta yang ingin kuberikan kepada teman sekelasku." Jelas Gote.
"Memangnya apa yang lu masukin?"
"Err.... Aku malu bilangnya, sih... Tapi, aku masukin kertas ulangan matematikaku ke dalam amplop surat cinta, tapi surat cintanya malah kubakar."
"""Ahahahaha!!""" Semuanya tertawa mendengar cerita yang disampaikan Gote barusan. Lagi pula, memangnya sekarang masih zaman nembak pakai surat cinta?
"...Dan yang lebih parah. Besoknya, cewek yang kutembak kemarin datang ke kelasku sambil bawa kertas ulangan matematika itu. Terus dia bilang—Maaf, gue nggak bisa jadian sama cowok yang nembak pake kertas ujian matematika. Mana dapet dua tujuh, pula!"
"""PFFFFTTT!!!!"""
"Aiihh! Sakit!"
"Malunya nggak ketolongan, tuh!"
"Kata-katanya nusuk banget, bro!"
Suasana semakin pecah akibat gelak tawa seisi kelas. Itu benar–benar pengalaman cinta yang tak terlupakan serta sangat memalukan. Kalau aku jadi dia, mungkin aku tidak akan pernah lagi menyatakan perasaanku dengan menggunakan metode surat cinta. Serius! Nembak pakai surat cinta itu terlalu kuno di era digital begini. Walau nembak pake chat cuma di read doang sih....
"Sudah! Sudah! Sekarang giliran selanjutnya." Sembari meredakan gelak tawa dari seisi kelas—Ahmad Antonio, atau yang mulai sekarang dipanggil Otong—segera melanjutkan acara perkenalan. "Yang duduk sendirian di pojok kelas, yuk maju ke depan!" Perintahnya.
Sekarang giliranku untuk memperkenalkan diri. Aku melangkahkan kaki ke depan kelas perlahan. Jujur saja, ini sungguh membuat deg-degan. "S-selamat pagi..." Sapaku.
"""Pagiiii~!"""
Paduan suara berat dari ketiga puluh enam laki-laki di kelas ini membuatku sedikit bergidik. Sejauh mata memandang, kau hanya bisa melihat sosok 'batang'. Sekarang, aku tahu apa yang dimaksudkan oleh Sulast–eh?! Jojo, barusan.
"Kenalin, nama gue Aldo Bachtiar. Panggil saja Aldo." Ujarku.
Percaya atau tidak, berbeda dengan sebuah kelas dimana para perempuan lebih memilih untuk duduk di bangku paling depan—di kelas ini, dua orang perempuan duduk tepat di bangku bagian tengah. Kalau kujelaskan lebih detail, posisi mereka ada pada baris ke dua dari arah pintu dan meja ke tiga dari arah depan. Kurasa ini adalah strategi agar semua orang di kelas ini dapat memandangi mereka. Huh! Menyedihkan! Bagaimana bisa dua perempuan jelita ini malah menjadi target cuci mata para jomblo yang haus kasih sayang di kelas ini? Tapi tidak apa, aku juga butuh sedikit 'pencerahan' terkadang.
"Kalau untuk tipe cewek idaman..." Setelah nama dan nama panggilan, format perkenalan berikutnya adalah tipe cewek idaman. "gue nggak punya kriteria khusus, sih..." Ungkapku. Yah, begitulah kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeKoRa (Daerah Konflik Asmara)
HumorSinopsis cerita akan disampaikan oleh salah satu karakter cerita yang diwawancara oleh Author :DDDD Berikut adalah sinopsisnya: "Eghm! Bismillah.... Cuuyy! Pernah nggak sih lo kepikiran dapet kelas di SMA yang isinya cewenya cuma 3 orang doang?! Da...