Chapter 4 - Rencana Kepala Sekolah (Part 1)

16 0 0
                                    


Seminggu telah berlalu sejak hari pertama yang penuh dengan kekacauan itu berakhir. Aku, Jojo, dan beberapa anak lelaki lainnya tengah duduk di koridor kelas sembari menikmati pemandangan kelas lain yang sedang melakukan olah raga. Sementara harta karun kami—tiga orang perempuan yang luar biasa menawan—sedang berbincang di dalam kelas.

Guru jam pelajaran pertama berhalangan untuk mengajar. Dia juga tidak menitipkan tugas kepada kami—untuk alasan tertentu, sebenarnya ketua kelas kami, Otong, sengaja untuk tidak ke ruang guru dan meminta tugas pengganti. Di kelas gersang ini, kau membutuhkan sebuah penyegaran. Tentu saja melihat siswi kelas lain yang sedang melakukan olah raga sudah lebih dari asupan gizi yang cukup bagi kami. Mengenaskan bukan?

"Eneng! Eneng yang lagi lari–lari di lapangan! Godain abang dong~!"

Kegilaan di pagi hari ini sudah dimulai!

Jojo yang telah memutuskan urat malunya bersorak dengan riang sembari memanggil para siswi yang tengah melakukan pemanasan. Sementara beberapa temanku yang yang lain, mereka hanya tertawa. Pandangan dari siswi lain yang sedang lari keliling lapangan memandang jijik terhadap kami. Itu sudah jelas! Bagaimana kami bisa mendapatkan kekasih kalau tingkah satu orang yang kehilangan kemaluannya—maaf... maksudku, rasanya malunya—malah membuat jodoh kami menjauh?

"Haahh~! Kalau kalian terus bertingkah memalukan begitu, bisa–bisa nggak ada satupun cewek dari sekolah ini yang bakalan naksir sama kalian." Aku spontan mengeluh.

"""Hah?""" Kaget. Mereka semua sontak menolehkan kepalanya dan menatapku dengan tatapan bingung. "Memang apa salahnya?" Tanya Asep.

"Ya, salahnya.... Nggak tahu hehehe." Balasku cengengesan. Aku tidak ingin menjelaskannya. Aku terlalu malas untuk berdebat ataupun mendengar rintihan jiwa mereka yang kesepian. Itu merepotkan.

"""Huuu!!!""" Tidak terima dengan jawabanku, mereka langsung menyoraki dan menjitaki kepalaku secara bergantian.

—||—

*Ding! Dong! Ding! Dong!*

Suara speaker pengumunan berbunyi. Aku dan beberapa teman sekelasku berhenti bercanda sejenak dan mendengarkan pengumuman yang akan disampaikan tersebut.

[Selamat pagi! Diberitahukan kepada seluruh ketua kelas sepuluh, kelas sebelas, dan kelas dua belas, harap segera menghadap ke ruang kepala sekolah.]

[......Sekali lagi. Diberitahukan kepada seluruh ketua kelas sepuluh, kelas sebelas, dan kelas dua belas, harap segera menghadap ke ruang kepala sekolah. Terima kasih.]

"Tong, dipanggil kepala sekolah tuh!" Setelah pengumuman selesai, Supriadi yang tengah bersandar di dinding koridor langsung melontarkan sepatah kata.

"Males Ah!" Kata Otong. "Nggak ada yang nemenin."

"Idih! Sok banget pengen ditemenin. Cari tuh orang yang mau nemenin hidup lu!"

"Udah ada kok kalau soal itu."

"Emang siapa?"

"Veronica."

"...Yang nanya?"

"—Ah! Ampas lah!"

"""Ahahaha!""

Kami semua sudah tahu kalau peneman hidup para tuna asmara di kelas ini hanyalah PC dan gadget mereka. Memberi nama pada kedua benda tersebut menurutku adalah hal yang cukup lumrah. Percaya atau tidak, aku juga menamai laptop dan smart phone milikku. Jessica untuk nama laptop dan Michelle untuk nama smart phone—nama yang bagus, bukan?

DeKoRa (Daerah Konflik Asmara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang