Chapter 4 - Rencana Kepala Sekolah (Part 2)

14 0 0
                                    

Sementara itu, di ruang kepala sekolah.

"Kalian tahu apa yang menyebabkan kalian semua dipanggil kemari?" Bu Fatima bertanya kepada setiap ketua kelas yang ada di depannya. Ahmad Antonio Syahputra atau yang lebih dikenal dengan Otong, beserta ketua kelas lainnya menggelengkan kepala. Sedangkan Bu Fatima, dia hanya tersenyum licik.

"Baguslah kalau begitu." ujarnya lega. "Sejujurnya, beberapa bulan yang lalu, saham yang ibu beli mendapatkan keuntungan yang sangat luar biasa." Meskipun yang diucapkan Bu Fatima barusan adalah kabar yang sangat menggembirakan, tetapi itu tidak ada hubungannya dengan pemanggilan para ketua kelas ke ruangannya. Dia masih tersenyum dan belum melanjutkan ucapannya—air muka yang penuh kelicikan itu benar–benar tergambar jelas di wajah kepala sekolah tersebut. "Kemudian, tahun lalu ibu juga habis liburan ke Jepang sekalian melihat bagaimana sistem pendidikan di sana."

Sesuatu yang mencurigakan sudah mulai tercium.

"Apa kalian tahu tentang Bunkasai atau Festival sekolah SMA yang ada di Jepang?" Tanya Bu Fatima kepada setiap ketua kelas. Beberapa diantara mereka menganggukkan kepalanya.

"Aku sering melihatnya di dalam anime, Bu. Hampir tidak ada bedanya dengan acara Pensi (Pentas Seni) SMA." Ucap salah seorang ketua kelas.

"Yup! Pintar!" Bu Fatima memuji ketua kelas itu. "Sebenarnya, alasan ibu memanggil kalian kemari karena ibu mau mengadakan festival sekolah seperti itu di SMA Tunas Kelapa."

"""Hah???"""

Semua ketua kelas membuka mulutnya tidak percaya.

"Ibu serius?" Salah seorang ketua kelas Sepuluh mencoba mengklarifikasi keinginan Bu Fatima.

"Tentu saja Ibu serius." Jawab Bu Fatima tegas. "Untuk mengurangi jumlah angka pengangguran di negeri ini, kreatifitas dan kemampuan enterpreneur kalian itu harus diasah dari sejak dini. Ibu hanya ingin kalian mencoba sesuatu yang dapat mengasah soft skill kalian dibandingkan hanya melihat siswa–siswa berada di sekolah untuk belajar." Kalimat yang dilontarkan kepala sekolah ada benarnya juga.

Berbeda dengan acara Pensi yang siswanya ikut menikmati acaranya, di acara Festival Sekolah yang dimaksud olehnya—semua siswa harus ikut andil dalam kegiatan acara tersebut. Bisa jadi para siswa disuruh membuat stand atau memberikan pertunjukkan kepada para pengunjung dari sekolah lain. Tentu saja para siswa sebisa mungkin harus mendapatkan keuntungan dari acara tersebut—baik secara materi maupun pengalaman.

"Tapi bukannya hal itu bisa membebani kami para siswa?"

Gelombang protes diutarakan oleh salah satu ketua kelas Dua Belas. Mengingat siswa kelas dua belas akan menghadapi ujian nasional dan persiapan masuk ke perguruan tinggi, harus ikut serta dalam penyelenggaraan festival sekolah akan sangat merepotkan.

"Ibu tahu kok." balas Bu Fatima santai. "Ibu sudah mengadakan rapat kepada setiap guru kemarin, dan mereka semua telah menyetujuinya. Maka dari itu, aku memanggil semua perwakilan kelas ke sini untuk menjelaskan semuanya lebih detail kepada kalian."

"""............."""

Semua ketua kelas mulai diam dan mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari Bu Fatima. Ada kemungkinan, saat rapat guru kemarin Bu Fatima mengancam untuk melakukan pemotongan gaji ataupun pemecatan bagi guru yang tidak setuju dengan pendapatnya.

"Rencananya, festival sekolah akan diadakan selama dua hari yaitu hari Sabtu dan Minggu." Bu Fatimah mengeluarkan secarik kertas dari saku blazernya dan membaca tulisan yang ada di sana. "Waktu pelaksanaannya adalah satu atau dua Minggu setelah tanggal 17 Agustus, berarti ada sekitar 2 bulan untuk persiapan. Kelas yang akan ikut berpaktrisipasi adalah Kelas Sepuluh dan Kelas Sebelas. Sedangkan untuk kelas Dua Belas akan difokuskan untuk belajar menghadapi ujian nasional."

DeKoRa (Daerah Konflik Asmara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang