Jam pelajaran kedua, matematika. Murid-murid tengah serius memperhatikan aku dan Lucy dengan penuh kebencian. Sebenarnya, mereka sama sekali tidak membeci Lucy. Mereka membeciku-karena mendapatkan kesempatan emas bisa duduk di sebelah perempuan cantik ini.
"Anu, kau tahu bagaimana cara mengerjakan ini?" Lucy bertanya padaku. Ia memberikan buku catatannya.
"Oh! Kalau soal ini sih, cara kerjainnya kaya begini." Balasku sembari menuliskan jawaban dari soal matematika yang ditanyakan oleh Lucy. Aku bersukur karena bisa menjadi orang yang cukup pintar untuk dapat menjawab pertanyaan dari Lucy. Yah, setidaknya aku bisa mendapatkan nilai plus di matanya. Hehehe...
*Krack!*
"!?" Huwo?! Aku mendengar suara penggaris yang patah secara tiba-tiba, suara decakan kesal, serta tatapan tajam dari para lelaki yang hendak menghabisiku. Tenang Aldo, jangan khawatir. Seorang jomblo yang sakit hati tidak akan membunuh orang yang sedang pedekate.
"Kenapa, Al?" Tanya Lucy penasaran.
"Ng-nggak apa-apa kok." Kilahku. Dia sama sekali nggak sadar dengan aura mencekam ini apa?! Peka dikit dong kalo jadi cewek! Sudahlah, ini bukanlah hal yang terlalu penting. "Bagaimana? Kau mengerti kan?"
"Um!" Menatap wajahku sejenak, Lucy mengangguk. "Thank's ya!" Lanjutnya sembari melemparkan sebuah senyuman manis ke arahku.
"I-iya..." Balasku. Aku tersenyum dengan sombong-membalas tatapan kebencian mereka. Seumur hidupku, baru kali ini aku benar-benar merasa bangga menjadi seorang manusia. Hohohoho! Kau lihat itu? Kau lihat itu?! Aku dapat ucapan terima kasih dari aktris loh! Silahkan iri sama abang, wahai jomblo-jomblo yang merana! Hohohoho!
"Cih! Lihat tuh senyumnya si Aldo beneran ngejek banget!"
"Sombong banget, deh! Mentang-mentang bisa duduk sebangku sama akrtis."
"Ah! Sialaaan~! Gue iri!"
"Harusnya tadi gue duduk di pojok situ aja deh!"
"Sudah! Sudah! Pasti ada waktunya bagi kita buat balas dendam."
"Aduh! Salah!"
"Ada apa lagi, Cy?"
"Nggak kok, cuma salah tulis. Ada tipp-ex, ga?" Tanya Lucy.
"Tipp-ex? Um... tunggu sebentar ya, di cek dulu." Balasku. Aku menarik resleting tas bagian depan dan mulai merogohnya. Ah! Ada! Aku mengambil benda tersebut dan memberikannya kepada Lucy. "...Nih!"
"Pinjam dulu, ya!" Ujarnya.
Ketika Lucy mengambil tipp-ex tersebut, secara tidak sengaja jemari halusnya menyentuh tanganku. Lucy kembali fokus ke buku tulisnya, menyenderkan dagu di meja dengan malas dan mulai menmperbaiki kesalahan penulisannya.
Sesaat kemudian.......
*Klontang!*
"-Nyaris!"
Sebuah kotak pensil besi dengan cepat dilemparkan ke arahku. Kumohon! Jangan tiru adegan barusan. Secemburu apapun kau dengan sepasang sejoli yang terlihat mesra, kau tidak boleh seenaknya melemparkan benda yang keras ke arah mereka-itu membahayakan!
"!? ...Suara apa itu barusan?" Tanya Pak Yandi penasaran. Karena dia sedang menuliskan rumus di papan tulis, ia sama sekali tidak melihat kejadian barusan.
"Itu cuma kotak pensil jatuh doang kok, Pak." Balas si pelaku.
Kotak Pensil jatuh? Alibi macam apa itu?!

KAMU SEDANG MEMBACA
DeKoRa (Daerah Konflik Asmara)
HumorSinopsis cerita akan disampaikan oleh salah satu karakter cerita yang diwawancara oleh Author :DDDD Berikut adalah sinopsisnya: "Eghm! Bismillah.... Cuuyy! Pernah nggak sih lo kepikiran dapet kelas di SMA yang isinya cewenya cuma 3 orang doang?! Da...