Chapter 2 - Chelsa Lushana (part 2)

18 0 0
                                    

Setelah semua kehebohan ini mereda, Supriadi mengacungkan tangannya. "Anu.... Tong!"

"Kenapa Sup?" Tanya otong.

"Si Jojo suruh duduk dong, kita mau kenalan sama si Lucy."

"""SETUJUUUU!!!!!"""

Jojo yang berada di depan kelas dengan cepat dikudeta oleh puluhan jomblo haus cinta. Posisi perkenalan segera digantikan oleh Lucy. Beberapa laki–laki di kelas ini—mungkin sekitar 15 orang—segera menatap Lucy dengan seksama. Tersenyum, sembari memangku dagu dengan tangan mereka, beberapa bahkan tanpa sadar meneteskan air liurnya. Oke, ini sedikit menjijikkan.

"Anu... Format perkenalannya apa ya?" Lucy yang tidak tahu–menahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas ini bertanya kepada Otong dengan polosnya. Percaya atau tidak, ekspresi linglung perempuan ini berhasil memikat perhatian dari seluruh laki–laki di sini. Termasuk aku.

........AAAAAAHHHH~!!! Maniiiiisssnyaaaa!!!!

Andaikan pesona wanita dapat menimbulkan penyakit, kurasa saat ini aku sudah terkena diabetes karena pesona yang dipancarkan oleh Lucy. Eghm! Lupakan! Itu terlalu berlebihan. Ngomong–ngomong, ada satu fakta yang mungkin bisa dikategorikan sebagai penyebab sorang lelaki menjandi jomblo. Kalian tahu? Laki–laki itu terkadang cukup expert untuk menjadi pengagum rahasia atau mungkin stalker, tetapi mereka cukup buruk dalam hal mengungkapkan perasaan. Bahkan mereka dapat sangat buruk dalam memahami 'kode' yang diberikan oleh pasangannya.

"Format perkenalannya? Umm... Nama, nama panggilan, status hubungan, tipe cowok idaman, pengalaman unik soal cinta, tempat tanggal lahir, makanan kesukaan, warna favo,—"

"—WOI! FORMAT PERKENALANNYA KEBANYAKAN!!" Protes dengan cepat keluar dari mulut temanku yang baru saja dikudeta.

"""Sssttthh!! Berisik!""" Akan tetapi protes itu dengan cepat dimentalkan oleh anak–anak sekelas. Tidak bisa dipungkiri, diskriminasi di kelas ini sangatlah kental—terutama untuk para lelaki.

"Kenapa ga ada satupun yang ngebela gue?!"

".......Udah nasib. Sabar ya, Sulas, —eh! Jojo maksudnya."

Seperti yang sudah kubilang barusan, diskriminasi di kelas ini sangatlah kental. Akan tetapi, dibalik semua penolakan yang diterima oleh Jojo, ada satu hal yang pasti—kami semua berharap agar si Lucy juga masih jomblo.

Lucy berdiri di depan kelas dengan posisi tangan yang disembunyikan di belakang badannya. Cardigan berwarna pink lembut membalut seragam putih abu–abu yang dikenakannya. Ia menerawang seisi kelas dengan pandangan tak percaya kalau orang–orang di kelas yang ia masuki lebih mirip seperti sekumpulan kera yaki yang sedang birahi.

Menghela nafas sejenak, Lucy merapatkan kedua bibir tipis berwarna pink alami miliknya dan memberikan sebuah senyuman kepada kami. Pipinya yang sedikit chubby itu secara otomatis membentuk sebuah lesung. Bisa dibilang wanita yang ada di hadapanku ini memiliki paras Indo–Rusia yang sangat kental. Kulitnya yang putih bersih seputih mutiara, rabutnya berwarna brunette alami, serta mata birunya yang sedikit belo membuat wajahnya tampak seperti sebuah boneka. Dia benar–benar manis.

"Umhh... Selamat Pagi!" Ucapnya.

"""PAAAAAGIIIII~~~!!!"""

Auman yang lebih kuat dari biasanya. Entah kenapa, sapaan yang diberikan oleh anak–anak sekelas membuat Lucy menjadi gemetaran. Mereka terlalu bersemangat. Tentu saja bagi Lucy yang tidak pernah didik secara militer, auman dari para pria kesepian di kelas ini telah menciutkan nyalinya sampai ke batas maksimal.

DeKoRa (Daerah Konflik Asmara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang