A Second Chance (BTS)

242 19 4
                                    

"Aku... aku merindukannya."

Apa kau mendengarnya?

Suara hati seseorang yang pernah ada dan pernah menempati relung kosong di hatimu.

Ingatkah kau padanya?

Hingga sekarang pun, gadis itu tetap berdiri di seberang sana dengan ribuan harap tak pasti di hatinya.

Kau tahu?

Sebab di balik isak tangisnya adalah dirimu.

Sebab di balik luka dalamnya adalah dirimu.

Satu-satunya alasan mengapa ia selalu berdiri setiap sore di seberang sana adalah... dirimu.

Ya, dirimu.

Senyum itu seolah membuatmu yakin bahwa dia baik-baik saja.

Tapi....

Di balik senyum itu ada sejuta kata yang tak bisa ia keluarkan.

Ada sejuta harap dan penantian panjang yang ia dambakan.

Satu hal yang pasti adalah... ia masih mengharapkanmu.

***

"Apa kau kenal wanita di seberang lapangan itu?" Lelaki bersurai merah kehitaman itu--Jungkook--mengangkat suara. Rupanya seorang gadis yang selalu berdiri tepat di seberang lapangan itu membuat fokusnya terpecah. Ponsel yang tadinya ia genggam pun sudah berada tepat di dalam sakunya.

Jungkook menyenggol lengan sang senior--Kim Taehyung. Lelaki tampan dengan mata tajamnya itu hanya berdehem acuh tetap memfokuskan dirinya pada komik series di genggaman. Walau pada kenyataannya, fokus itu tidak tertuju pada komik.

"Aku berbicara padamu Hyung!" pekik Jungkook, saat lelaki dengan marga Kim itu terus mengabaikan setiap kata yang ke luar dari mulutnya.

"Apa kau ada payung? Ini hujan, wanita itu masih berdiri di sana dan menatap ke arah kita Hyung." Suara Jungkook membuat pikiran Taehyung semakin terbelah, ia melepas kacamata yang ia kenakan lalu menatap Jungkook datar. Jungkook melengos tidak suka, ini sudah sekian tahun lamanya namun Taehyung masih tetap mempertahankan tatap dinginnya itu.

Taehyung menatap kilas seorang wanita di seberang lapangan yang tengah berteduh di bawah pohon rindang yang ada, walau... berteduh di bawah sana pun tidak akan bisa melindungi dirinya dari rintik yang semakin menderas.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Taehyung tenang namun terdengar sangat dingin di telinga sang lawan bicara. Jungkook terdiam lalu kembali menatap wanita itu. Sudah 1 bulan berlalu dan wanita itu selalu ada di sana setiap jam latihan anggota basket Universitas Busan menyudahi latihan mereka.

Hujan semakin menderas, Jungkook tidak bisa membiarkan wanita yang tidak ia kenali itu terus berlama-lama di bawah hujan. Ia memang tidak tahu siapa dan atas alasan apa wanita itu selalu berdiri di seberang sana seusai mereka latihan. Yang jelas, Jungkook merasa bahwa wanita itu ada perlu dengan salah satu di antara mereka. Entah itu dengannya atau dengan Taehyung.

Karena yang tersisa di tepi lapangan beratap ini hanya dia dan Kim Taehyung--senior kampusnya.

***

Woori masih tetap berdiri di bawah pohon rindang di tepi lapangan. Setidaknya, dedaunan yang lebat akan sedikit melindungi dirinya dari hujan pertama di musim dingin ini.

Woori menggigit bibir bawahnya, mungkin rintik hujan deras yang mengguyur Kota Busan kali ini benar-benar mewakili hatinya. Rintik hujan terus menetes dan di saat itu juga hati Woori semakin sakit.

Jika dulu lelaki itu selalu marah dan mengomel tidak jelas saat Woori dengan sengaja membawa dirinya tepat di bawah guyuran hujan. Maka untuk saat ini, jangan harap lelaki itu memberi Woori perhatian lebih seperti yang telah lalu. Karena yang ada sekarang hanyalah kebalikan yang membuat Woori terdiam dalam luka.

Jangankan berbicara. Sekedar menyapa atau bersitatap pun tidak lagi mereka lakukan.

Sudah dua tahun lamanya.

Masa SMA yang tidak sama lagi dengan masa kuliah. SMA penuh canda tawa dan perkataan manis dari sang lelaki, namun kini saat mereka berhasil memasuki universitas yang sama, lelaki itu tidak pernah lagi menganggapnya ada. Dan semua itu membuat Woori semakin luka.

Hanya satu kalimat yang ingin Woori sampaikan namun selalu terhalang oleh luka yang tak kunjung menghilang.

"Aku masih mencintai mu Kim Taehyung."

Perkataan itu lolos begitu saja beriringan dengan butiran bening yang mengalir dari ujung matanya. Jika boleh Woori berkata, dia sangat lelah. Benar-benar lelah. Apa kalian tahu rasanya mengejar selama 2 tahun namun tak pernah dianggap?

Selama 2 tahun Woori berusaha memperbaiki hubungannya kembali dengan Kim Taehyung namun apa pernah lelaki tampan itu meliriknya? Tidak. Tidak sedikit pun.

Yang terjadi dua tahun silam adalah sebuah kesalah pahaman tak berarti. Jika saja keduanya berhenti memaksa ego dan terbuka satu sama lain, keadaan tidak akan sesulit ini. Hingga suatu titik di mana Woori mengakui segala kesalahannya, mengakui segala macam keputusan yang hanya mementingkan egonya. Woori kembali, ia kembali dan mencoba kesempatan kedua.

Namun, kesempatan itu tidak pernah ia dapatkan. Karena nyatanya... Taehyung tidak pernah mengakui keberadaannya.

"Aku lelah," lirih Woori mencoba menggerakkan tubuhnya namun semua terhenti saat ia melihat Taehyung tengah menatap ke arahnya dari jauh. Woori mencoba tersenyum, walau gadis itu sadar bahwa senyum tulusnya itu terhalang oleh guyuran hujan. Dan pada akhirnya Taehyung mengalihkan pandangannya dari Woori.

Woori menunduk dan menatap sepasang sepatu--pemberian Taehyung--dua tahun lalu dalam sendu, "Aku bahkan masih memakai sepatu ini."

"Apa... tidak ada kesempatan kedua untukku?" lirihnya lagi dan kali ini bulir bening itu mengalir semakin deras diiringi hujan yang semakin tak terarah dengan hembusan angin kencang.

Cinta memang butuh kedewasaan, bukan ego yang tinggi.

"Tae... aku lelah. Sungguh lelah." Baru saja Woori ingin menjatuhkan tubuhnya sepasang tangan sudah menahan lengan serta pinggangnya.

"Siapa suruh kau mengejarku selama dua tahun ini." Dan suara itu membuat kaki Woori semakin melemas. Ia menoleh dan mendapati manik tajam itu menatap dalam kepadanya. Manik yang sangat ia rindukan, "Tae...."

"Siapa yang mengijinkanmu berdiri di bawah hujan seperti ini?" tanya Taehyung masih menatap dalam kedua manik Woori. Seakan lelaki itu pun merindukan sang gadis.

"Tae... ke-kenapa kau kemari? Bukankah kau membenciku?" tanya Woori langsung ke inti yang membuat Taehyung membenarkan letak kacamata hitamnya. Masih sama, dua tahun lalu hingga sekarang lelaki itu tetap tampan dengan kacamata hitam di wajah.

Woori menatap Taehyung berkaca-kaca, mimpi apa ia tadi malam hingga bisa menatap mata tajam itu lagi.

"Bukankah kau menginginkan kesempatan kedua? Aku kemari untuk memberimu kesempatan itu."

-THE END-

A/N : Sorry for late update *Really late update* maaf yaaaa. Tapi seenggaknya, I do my promise.

This one is dedicated to : jombeulo

Semoga kamu ingat pernah request ini semasa Nerd Couple dulu heheee.... Hope you like it ^^

Lala tetep nunggu apresiasi dari kalian yaa *votement*

Nb: Mulai sekarang semua FF request yg udah masuk bakal Lala jadiin one shoot kurang lebih 1K word yak.

Flash Fiction [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang