Chapter 2

1.8K 152 6
                                    

Neji terdiam, matanya menatap lekat ke arah Hiashi. Beberapa menit Neji terdiam, Hiashi tampak menunggu dengan sabar seraya tersenyum tipis. Senyuman yang tak dapat di artikan, 'senyuman licik Hyuuga' menurut Neji.

"Tentu saja, mana mungkin saya membenci Hinata-sama." kata Neji, memecah suasana hening di ruangan itu. Hiashi terlihat puas dengan jawaban keponakannya itu.

"Menikahlah dengan Hinata!" perkataan Hiashi, membuat Neji terbelalak beberapa detik.

"Apa maksud anda Hiashi-jiisama?" ia tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Menikahlah dengan Hinata, jadilah pemimpin dan selamatkan klan Hyuuga!" jelas sang pemimpin Hyuuga.

"Mana mungkin saya menikahi Hinata-sama dan menjadi pemimpin Hyuuga?"

"Hinata adalah pewaris satu-satunya klan Hyuuga yang akan menggantikanku." jelas Hiashi. Neji terdiam dan mendengarkan dengan seksama, tanpa kata bantahan sedikitpun, "tapi, seperti yang terlihat, Hinata belum bisa menjadi pemimpin. Ia masih terlalu lemah dan para penasehat klan tidak setuju Hinata menjadi pemimpin. Mereka merasa Hinata hanya akan menjadi titik kehancuran klan."

"Bukankah ada Hanabi?" tanya Neji.

"Hanabi memang berbakat, tapi umurnya masih terlalu muda. Karena itu, para penasehat lebih memilihmu menjadi pewaris selanjutnya!"

Kali ini Neji benar-benar tak percaya atas apa yang di dengarnya. "Bagaimana mungkin!" gumam Neji.

"Untuk menghapuskan derajatmu sebagai Hyuuga tingkat bawah, kami memutuskan untuk menikahkanmu dengan Hinata." Hiashi berdiri dan berjalan ke arah pintu, "pikirkanlah Neji, ini demi klan Hyuuga!" gumam Hiashi.

Neji terdiam, kekagetan masih terpampang pada wajah tampannya, keringat mulai mengalir di pelipisnya.

"Hinata," lirih Neji, dikepalnya tangannya erat-erat, "bahkan aku dijadikan sebagai alat penopang agar kau dipandang,"Neji terlihat mulai geram dan bangkit meninggalkan ruangan itu.

##

Setelah Hiashi keluar dari kamarnya, Hinata tertunduk, menyembunyikan raut wajahnya di balik poni. Ingatannya aktif, mengulang hasil rekaman beberapa menit yang lalu, ketika ayahnya mengatakan bahwa ia akan dinikahkan dengan Neji.

Kenapa? itulah pertanyaan yang selalu menghantuinya. Bukankah Neji adalah sepupunya, lagi pula Neji membencinya.

Esoknya, Hinata berencana untuk menenangkan pikirannya. Ia ingin pergi ke sumber semangatnya, ingin melihat sosok mentari yang telah membuatnya dapat bertahan hingga saat ini. Orang yang sampai saat ini belum peka pada perasaannya--Uzumaki Naruto.

Hinata selalu memperhatikannya, meski dari jarak yang begitu jauh. Ia terpuruk ketika Naruto terpuruk, ia menangis ketika Naruto bersedih dan ia akan semangat ketika Naruto memotivasi dirinya. Pemuda kuning jabrik itu yang selalu membuatnya tersipu.

Tapi, ia tahu satu hal bahwa Naruto tidak akan pernah melihatnya sebagai wanita. Naruto mempunyai pujaannya sendiri dan Hinatahanya dapat memperhatikannya dari kejauhan.

Sekarang, ia berdiri di balik pohon sakura, menatapnya dari kejauhan yang sedang berlatih. Beberapa saat iamerasa tenang, dapat lupa tentang masalahnya dengan Neji.

"Masih memperhatikannya, heh?" Sapa seseorang dari belakang.

Jantungnya serasa berhenti berdetak. Suara itu, "N-neji-niisan?" katanya gugup seraya menoleh ke belakang.

Ternyata benar, Neji telah berdiri di belakangnya dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan.

"Ituh-ano...umm...," Hinata kehilangan kata-kata, Neji telah memergokinya.

Look at Me, Please √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang