Prolog

130 8 2
                                    

"Cantik kan,  Tata" kata seorang anak perempuan pada temannya.

Yang disapa Tata pun menoleh. Matanya berbinar saat menatap karangan bunga dan ilalang yang kini telah menjadi mahkota cantik di kepala temannya itu. Ia pun mengangguk menyetujui pendapat temannya itu. Sang teman pun lalu berlari ke arah temannya yang lain untuk memperlihatkan kecantikan dari mahkotanya. Sementara gadis kecil yang disapa Tata hanya mampu memandanginya dari kejauhan.

"Safia cantik. Tata juga mau... " pikirnya.

Matanya melirik ke kanan ke kiri mencari seseorang yang dikiranya mampu mewujudkan keinginannya. Saat menemukan sosok yang dicari, ia pun segera berlari menghampiri teman karibnya itu. Berharap sesuatu.

"Jio.. Jio... Buatin Tata itu" tunjuknya pada Safia.

Anak yang disapa Jio pun menoleh padanya lalu menatap ke arah yang ditunjuk oleh Tata.

"Jio,  buatin untuk Tata ya?" pintanya lagi.

Jio malah menggeleng. Ia tahu yang diminta oleh Tata untuk dibuatkan adalah seperti mahkota di atas kepala Safia.

"Jio... Buatin" Tata merengek pada Jio. Tapi Jio masih bersikeras tidak ingin membuatkannya.

Saat Tata tak dapat menahan keinginannya,  ia pun menangis membuat Jio mendesah malas.

"Tata kenapa menangis? " Guru TK mereka pun datang menghampiri dan mengelus-elus lembut kepala Tata.

"Tata mau itu tapi Jio nggak mau buatin" adu Tata. Sebelah tangannya menunjuk Safia dan sebelah lagi mengusap air matanya.

"Itu apa,  sayang? " tanya Guru itu lagi.

"Spelti di kepala Safia,  Bunda"

Guru TK itu pun menoleh pada Jio yang kini juga sedang memperhatikan Tata yang menangis sambil berjongkok. Guru itu seolah mengerti apa yang sedang dirasakan oleh murid-muridnya ini.

"Oh... Ya wajar Jio nggak mau, sayang.  Jio pasti belum bisa membuatnya,  iya kan Jio? "

Jio pun mengangguk.

Tata berhenti menangis saat mengetahui Jio tidak ingin membuat itu karena memang tidak bisa. Ditambah lagi,  gurunya yang mereka sapa 'bunda' itu mau menunjukkan cara membuat cincin dari tangkai ilalang. Beberapa kali sang guru memberi petunjuk tapi Tata masih tak bisa membuatnya hingga ia sendiri menjadi kesal. Sang guru tersenyum geli melihat ketidaksabaran muridnya itu tapi ia tersenyum kagum saat melihat Jio berhasil membuatnya.

"Waaa... Jio hebat ya? Kira-kira cincinnya untuk siapa,  sayang? "

"Tata. Tata" pekik Tata bersemangat yang malah mendapat tatapan aneh dari Jio.

"Tata mau,  Jio? "

"Ya udah,  yang itu buat Tata aja Jio. Nanti Jio bisa buat lagi yang baru kan" bujuk gurunya.

Jio pun menyerahkan cincin ilalang itu pada Tata tetapi Tata enggan menerimanya.

"Ini" kata Jio sekali lagi sembari menyerahkan.

"Pasangin" kata Tata sembari merentangkan jari-jari tangan kanannya.

Jio mendesah malas.

"Pasangin aja,  Jio,  daripada Tatanya nangis lagi" kata gurunya sembari tersenyum melihat tingkah kedua muridnya ini.

Dengan terpaksa Jio menyematkan cincin itu di jari manis Tata. Ia ingat mamanya selalu memakai cincin di jari itu.

Meski sedikit longgar tapi Tata tetap tersenyum senang memandang cincin ilalang yang telah tersemat di jarinya itu.

"Telima kasih,  Jio." ucap Tata. Ia pun melompat-lompat kegirangan dan pergi meninggalkan Jio.

.
.
.
.
.
**Jambi, 290117**

CEBO 'Can You Feel Me'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang