10 #Orlita

43 5 2
                                    

Jio kembali dingin, itu yang gue rasakan saat ini. Dia sama sekali belum menyapa gue sejak kemarin. Gue pun enggan untuk menghubungi dia terlebih dulu. Nanti yang ada Alista lagi yang mengangkat telepon gue.

Untungnya gue masih punya teman sebaik Gio. Sesibuk-sibuknya dia sama pekerjaan di kantor, dia masih bisa menyempatkan diri untuk menanyakan kabar gue bahkan sekarang dia mengajak gue jalan dan makan siang bareng.

Kalau kalian tanya, apa gue nggak takut ketahuan paparazi? Jawabannya 'nggak'. Terserah mereka lah sekarang mau menggosipkan gue apa, yang penting gue happy-happy aja menjalani hidup gue,nggak ingin terkekang oleh apa pun.

Gue kaget waktu Gio tiba-tiba menggenggam tangan gue, membuat gue menoleh kepadanya yang lebih tinggi dari gue. Dia hanya tersenyum dan terus menggandeng tangan gue hingga kami duduk di salah satu meja resto. Seolah sudah tahu apa yang gue inginkan, tanpa konfirmasi ke gue, ia segera memesankannya kepada mbak-mbak pelayan cantik yang datang menghampiri kami.

"Tolong tunggu sebentar ya, mas, mbak Tata" ucapnya manis yang gue balas dengan senyuman aja.

"Dia tahu kamu, Ta?" ucap Gio takjub.

Gio..Gio. Loe kan tahu gue artis. Ya iyalah dia tahu gue.

Gue hanya tersenyum menanggapi ucapannya tadi hingga sebuah tatapan tajam mengunci penglihatan gue. Di depan sana, berjarak tiga meja dari tempat gue, tengah duduk Jio yang menatap gue tajam dan di hadapannya ada seorang cewek, gue yakin itu Alista. Walau gue nggak bisa melihat wajahnya karena posisi duduknya yang membelakangi gue.

"Ta, ayo dimakan?" ucap Gio yang menyadarkan gue. Gue bahkan nggak tahu sejak kapan makanan yang tadi di pesan Gio sudah ada di atas meja. Gue sekali lagi menatap ke arah Jio sebelum menyeruput minuman gue. Tapi dia sudah asik kembali berbicara dengan Alista.

"Are you ok, Tata?"

"Eh, nggak papa, Gio. Gue cuma ngerasa nggak enak badan aja" jawab gue asal.

Tanpa gue sangka, Gio meletakkan tangannya di kening gue yang membuat gue terkesiap lalu menatap kanan kiri.

"Gio, loe sedang apa?" bisik gue.

"Kamu sakit ?" ucapnya menatap gue serius. "Saya antarkan ke rumah sakit, ok?"

"Nggak perlu, Gio. Ini mungkin karena gue kelelahan aja" ucap gue lalu mulai menyantap makanan gue lagi walau rasanya sudah nggak nafsu tapi gue usahakan agar Gio nggak menanyakan hal-hal lain tentang ketidaksemangatan gue hari ini.

*** ***

Ini sudah hampir tengah malam dan gue baru aja pulang diantarkan oleh Gio beberapa menit lalu. Gue memutuskan untuk mengganti pakaian gue tanpa mandi terlebih dahulu. Tapi, karena merasa gerah, gue pun membuka pintu balkon kamar.

Deg

Ternyata di depan sana telah berdiri Jio dengan tatapan tak sukanya. Gue kaget waktu Jio tiba-tiba melompat ke balkon gue.

"Loe dari mana aja?" tanyanya dingin.

Entah karena gue terkejut atau karena sikap dinginnya yang membuat gue mematung. Hingga gue tersentak saat tatapannya mengarah ke dada gue beserta tangannya yang sudah meraih baju gue lalu mengancingkan dua anak kancing kemeja gue yang sempat gue buka sebelum gue kaget melihat dia.

Jio pun mendorong gue, mundur hingga gue terduduk di ranjang gue. Dari matanya gue merasa dia sedang marah sama gue. Tapi gue bingung karena apa. Apa mungkin karena gue jalan sama Gio? Tapi tadi dia juga jalan sama Alista.

"Heh, Tata. Loe ditanya, jawab dong!"

"Ha! Ehm...itu..." ucap gue bingung.

Apa harus gue jujur ke dia kalau tadi Gio ngajak gue ketemu teman-teman bisnisnya setelah makan? Ah, kayaknya nggak deh, nggak ada untungnya juga kan buat Jio.

CEBO 'Can You Feel Me'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang