12# Erland

47 6 5
                                    

Drrttt... Drrttt...Drrttt...

Gue letakkan kembali benda lima inci itu ke tempatnya semula. Sama sekali tak berniat menjawab panggilan itu. Atau lebih tepatnya 'menghindar sementara'. 

Bunyi ketukan di depan pintu membuat gue mengurungkan niat gue untuk kembali memejamkan mata. 

"Jio"

"Masuk aja, Ma"

Tak lama pintu terbuka sebagian dan menampakkan sosok mama yang terlihat sangat rapi dengan gaun panjangnya. Wajah mama juga terlihat lebih cerah dengan make up sederhana. Sepertinya mama akan pergi ke suatu acara.

"Mama mau kemana?" tanya gue akhirnya.

Mama menghentikan aktivitasnya yang sedang membuka tirai pintu balkon gue. Menatap gue sekilas dengan senyuman manis lalu kembali melanjutkan membuka tirai  yang tertunda tadi. 

"Mama mau nemenin tante Rackel" jawab mama lalu menarik selimut gue. "Bangun dong, Jio. Ini sudah hampir siang" ucap mama lalu melipat selimut yang gue pakai tadi.

"Jio lagi mager, Ma. Sekali-kali bermalas-malasan saat libur nggak papa lah" bujuk gue.

Drrttt... Drrttt...Drrttt

Kembali benda itu bergetar di atas nakas. Membuat gue akhirnya menghela napas lebih keras.

"Nggak diangkat?"

"Lagi mager, Ma" ingat gue lagi.

"Jangan, Ma!" cegah gue saat melihat mama yang beranjak mendekati nakas.

"Kok gitu? Siapa tahu penting? Mungkin dari rumah sakit?" bujuk mama.

Segera gue raih ponsel itu sebelum mama sempat menjangkaunya. Gue tersenyum melihat wajah mama yang cemberut karena tak berhasil mendapatkan benda yang kini berada di tangan gue. 

"Katanya mama mau pergi? Ya udah, pergi aja sekarang, Ma. Nanti tante Rackel kelamaan nunggu loh?" bujuk gue karena mama masih saja melihat ke arah gue dengan tatapan tak bersahabat.

"Oh, iya" ucap mama bersamaan dengan perubahan raut wajahnya yang kembali ceria. "Mama berangkat dulu ya? Assalamu'alaikum" ucap mama sedikit bersemangat sembari melenggang keluar dari kamar gue.

"Wa'alaikum salam" jawab gue. Mengingat semangat mama membuat gue penasaran, sebenarnya mama dan tante Rackel mau menghadiri acara apa ya.

"Kamu jaga rumah yang bener ya?" suara mama terdengar dengan penampakannya di depan pintu kamar gue yang masih terbuka. Membuat gue terkejut dan hampir saja berteriak.

"Mama" ucap gue tak habis pikir. Sementara tangan kanan gue mengelus-elus dada. 

"Hehehe..." 

Hanya tawa renyah mama yang terdengar. Dan kembali beliau menghilang di balik pintu.

"Ya ampun, Mama. Gue sampai kaget gini. Lagian rumah ini bukan anak kecil yang akan lari kesana-kemari. Ngapain dijagain?" ucap gue mengingat pesan mama tadi. 

Drrttt... Drrttt... Drrttt

Gue angkat benda di tangan gue kini, melihat nama yang sama menelpon gue kembali. Dan entah ini sudah yang kali keberapanya. Kembali gue letakkan benda itu akhirnya di nakas. Kalau dia letih juga bakal berhenti. 

Gue beringsut ke pinggir ranjang lalu berdiri. Tapi, tiba-tiba tubuh gue limbung dan gue  kembali terduduk di tepi ranjang. Ada yang aneh sepertinya dengan tubuh gue. Kenapa rasanya pegal dan sedikit gemetar begini? Tenggorokan gue juga terasa lebih kering dari biasanya. 

Gue kembali berdiri dan melangkah mendekati kamar mandi. "Hah!" ucap gue kaget karena hampir saja gue terjatuh saat akan menjangkau pintu kamar mandi. Gue berdiri sejenak dengan bersandar di tembok. Detak jantung gue masih belum normal dan napas gue juga masih memburu.

CEBO 'Can You Feel Me'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang