13# Erland

36 6 7
                                    

"Kenapa kamu nggak balas pesan aku?"  

Mata gue langsung terbelalak, kaget saat mendengar suara barusan adalah milik pacar gue yang sedang gue hindari. Sejenak otak gue seolah mati bekerja. Gue bingung harus berkata apa. Ingin jujur tapi gue takut nanti Alista malah marah sama gue.

Gue segera bangkit saat kesadaran gue mulai bisa gue kendalikan. Berjalan ke arah Alista yang masih berdiri di pintu yang masih terbuka lebar. Gue genggam lembut tangan kirinya setelah menutup pintu. Mengajaknya duduk di salah satu bangku pasien di depan meja kerja gue. Alista tak menolak tapi dari tatapannya gue tahu ada rasa kebingungan di sana.

"Erland, kamu belum jawab pertanyaan aku" ucapnya lagi mengingatkan.

"Ehm...per-pertanyaan yang mana?" ucap gue berlagak lupa dan ingin mencoba mengulur waktu. Dalam hati gue berharap suster kepo, pengemar maniak Tata itu segera datang membawa berkas pasien agar gue memiliki alasan untuk menunda jawaban kepada Alista.

"Kenapa kamu nggak menjawab panggilan aku kemarin? Kamu lihat nggak sih sudah berapa kali aku mencoba menghubungi kamu! Tadi juga aku sms kamu tapi nggak kamu balas!"

"Itu..maaf ya. Aku kemarin tiba-tiba nggak enak badan. Seharian aku istirahat..."

"Kamu sakit" ucapnya khawatir. Tangannya yang bergerak ingin menyentuh gue, segera gue tahan.

"Sekarang sudah baikan kok" ucap gue berusaha meyakinkan.

"Serius? Kamu sudah nggak papa?"

"Iya, Alista. Sekarang aku sudah nggak papa. Makanya hari ini aku masuk"

Alista kembali diam. Bergerak sedikit mundur tapi tatapannya tak beralih dari gue. Seperti sedang mencari sesuatu. Apa dia sedang mencari kebohongan di mata gue?

"Aku nggak bohong Alista. Kemarin aku memang sakit. Di rumah kebetulan sedang tidak ada orang karena mama sedang ada acara di luar. Jadi, aku ke rumah Tata dan seharian beristirahat di sana. Dan juga handphone aku ketinggalan di kamar."

"Kenapa kamu nggak hubungi aku saja. Kenapa mesti ke rumah Tata?"

"Ehm..Why? Are you jealous?" goda gue yang membuat dia tiba-tiba malu.

Oh...Shit! Kenapa loe malah menggoda dia, Erland? Dan sejak kapan loe bertingkah seperti seorang playboy? Loe itu cowok berkepribadian dingin di mata cewek-cewek.

Tok.Tok..Tok...

"Permisi, Dok?"

Huh..terima kasih Allah.

"Ya, Sus" jawab gue kepada suster di depan pintu.

"Ini berkas yang tadi dokter minta" jawabnya sembari masuk dan meletakkan beberapa map di atas meja di hadapan gue.

"Terima kasih, Sus" ucap gue lalu mulai mengambil dan membuka map yang berada paling atas. Membaca beberapa data yang telah dicatat di sana oleh suster penjaga selama dua hari gue nggak masuk. 

"Kalau begitu saya permisi dulu, Dokter Erland, Dokter Alista"

Alista

Astaga! Gue lupa kalau tadi gue sedang berbicara dengan dia bahkan sempat menggodanya.

"Ehm..aku harus-"

"Baiklah, aku juga harus kembali ke ruanganku dan memeriksa pasien" ucap Alista sembari berdiri. "Kita lanjutkan saat istirahat. Bagaimana kalau makan siang bersama?" tanyanya terdengar penuh harap.

"Ehm..maaf, sepertinya-"

"Apa kamu sudah ada janji?" potongnya lagi. 

Gue pun mengangguk lemah dengan raut wajah yang sengaja gue buat seperti penuh penyesalan. 

CEBO 'Can You Feel Me'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang