"Ciiiiiiiiiiiiitttttttttttttttttttttttttt"
"Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn"
"Brrruuuuuuukkkkkkkkkkkkkkk"
"Ha! Apa itu?" Kata Eko Ndobos. Ia langsung terbangun dari tempat tidurnya yang nyaman. "Ha? Ha? Ha? Apa bos? Ada apa bos? Apa ini bos?" Parjo Plokoto pun terbangun. Ia terkejut-kaget-bingung-pusing. Ada apa ini?
"Bangun babi pemalas! Ayo kita cari tahu." Ajak Eko Ndobos.
"Iya bos, iya bos. Siap bos." Jawab Parjo Plokoto.
Mereka berjalan kearah sumber suara dan sumber kejadian. Mereka mengendus-endus percuma. Tatapannya dingin, untuk Eko Ndobos dan tatapan mlongo untuk Parjo Plokoto. Mereka mencari, dimana ini sumber suara yang membuat mereka terbangun.
Mereka berjalan di jalan yang kecil, kanan-kirinya banyak pohon kayu putih. Mereka berjalan terus, dijalanan yang dibuat dari galian ini. Terus berjalan sampai akhirnya mereka menemukan sebuah mobil sedan hitam, tanpa plat nomer dan tanpa spion itu, bertabrakan dengan truk semen yang tanpa pengemudi. Mereka tahu itu, dan akhirnya lari tunggang-langgang seperti ketakutan.
"Loh? Bos? Mana supirnya bos?" Tanya Parjo Plokoto.
"Supir ndasmu! Liat itu, tolol! Mereka habis tabrakan. Gak ada korbannya. Kita tolongin dahulu!" Perintah Eko Ndobos.
"Siap bos!" Jawab Parjo Plokoto. Parjo Plokoto pun membantu, dengan membersihkan pecahan kaca, mengambil pintu mobil belakang dengan berkakas yang dibawanya "Goblok. Orangnya tolol! Bukan mobilnya!" Kata Eko Ndobos. "Maaf, bos. Katanya tadi disuruh bantu. Ini aku bantu beresin mobilnya, bos." Kata Parjo Plokoto. "Arrrrggghhhhhh!" Gumam Eko Ndobos.
Orang-orang berlarian menuju tempat dimana mobil dan truk semen bertabrakan. Mereka langsung memenuhi tempat itu seperti sekoloni semut yang merebutkan bangkai kecoa.
"Ada apa ini? Ada apa?" Kata dari salah satu dari mereka. "Tabrakan." Jawab Eko Ndobos. "Iya jelas tabrakan goblok. Kau pikir ada pasar malam di tengah jalan begini." Jawab salah satu dari mereka. Eko Ndobos hanya bisa garuk-garuk kepala cengegesan.
"Mana korbannya?" Tanya salah satu dari mereka. "Kok cuman mobil aja?" Salah satu mereka juga bertanya kembali.
"Jangan-jangan, mereka ini hantu? Atau dibawa oleh hantu-hantu disini." Jawab Parjo Plokoto ketakutan.
"Ah, mana mungkin." Jawab ibu-ibu yang berdiri di sebelah Parjo Plokoto.
Dan tiba-tiba.
"Hmmm. Aku melihat mayat mereka berlarian. Kemungkinan, kemungkinan. Hmmmm. Mereka dibawa oleh siluman. Sebentar. Hmmmm." Warjo Ngapusi datang. Ia berjalan sambil bicara sambil merem-melek-merem-melek. "Hmmm, biarkan aku berbicara dengan mereka. Sebentar. Siluman dari mobil ini tak menerimanya. Hmmm."
"Ah ada-ada saja kau ini, Ton, Toni." Kata Pak Paceklik.
"Semakin lama semakin gak benar aja kalian ini."
"Namanya juga mereka ini orang-orang tolol."
"Mereka kan gila."
"Siapa?" Tanya Eko Ndobos. "Tuh!" Pak Paceklik menunjuk Toni Boster alias Warjo Ngapusi dan para pengikut bodohnya.
Warjo Ngapusi dikenal sebagai orang yang kebanyakan tidak mempercayai bahwa Warjo Ngapusi mempunyai indra keenam. Namanya Warjo Ngapusi, tapi orang-orang kampung memanggilnya Toni Boster. Merasa bahwa nama itu keren, karena berbau seperti orang luar negeri, padahal penampilan Warjo Ngapusi seperti orang luar angkasa. Warjo Ngapusi tidak tahu kalau Toni Boster itu kepanjangan wonten muni ndobose banter. Namun, Warjo Ngapusi tidak memperdulikan itu semua. Ia tetap bangga dipanggil Toni Boster. Apalagi ia minta ada sebutan 'Mbah' atau 'Mbah Toni'.
YOU ARE READING
Putih
Short StoryPandangannya kini telah berubah. Iya, akulah penyebabnya. Bibir manisnya kini telah hilang. Pelangi di matanya kini telah lenyap mentah-mentah. Aku melihat; hilangnya keceriaan dirinya di hadapanku. Dia adalah; Nadya ku