Part 13

4.4K 110 22
                                    




Curhat Sama Mama

Hari ini mama datang ke rumah. Mama kasih aku uang 300 ribu, katanya lagi ada rezeki. Sebagai anak miskin yang boros, senang aku dapat uang segitu.

Selain mama, di rumah juga ada adikku, Fitri. Dia datang karena tahu mama mau datang.

"Mama sehat?" Tanyaku. Bukan basa-basi.
"Tumben kamu nanya kesehatan mama." Jawab mama, sambil tersenyum.

Makin tua, mama kulihat kulitnya makin keriput. Terpancar di matanya, mata seorang ibu yang setiap hari menguras tenaga mengabdikan hidup untuk berjuang dan mendoakan orang-orang yang dikasihinya, anak-anak yang dia lahirkan. Aku tahu, meskipun aku dan mama tidak serumah, meskipun aku dan mama bertemu seminggu atau dua minggu sekali, aku tahu dia sangat menyayangiku, juga Fitri.

Keadaan keluargaku memang kompleks. Aku tidak mau bilang rusak, meskipun orang bilang begitu. Kini aku mulai bertumbuh dewasa, perlahan aku sadar kalau semua ini harus kuterima. Dulu, aku lebih sering mengeluhkan keadaan keluargaku. Aku merasa diriku ini tidak punya bapak, kurang perhatian ibu. Dulu, sering aku menyalahkan mama. "Mama yang salah, Joshua yang ikut menderita." Aku ingat waktu aku bilang begitu, mama marah, matanya berkaca-kaca. Aku dibilang anak kurang ajar, kemudian aku hanya melengos pergi membanting pintu. Sekarang melihat mama semakin tua dan lemah, aku merasa bersalah. Sebesar apapun dosa orang tuaku, tugasku sebagai anak adalah tetap: menghormati dan mengasihinya. Aku ingin selalu begitu, meski kadang-kadang masih kurang ajar.

Kurasakan, Leona adalah inspirasiku di dalam hal menyayangi. Tidak hanya menyayangi diriku sendiri, tetapi orang-orang di sekitarku. Kasih sayang yang Leona berikan itu mendorongku untuk juga memahami keadaan ini, pelan-pelan menerimanya dengan lapang dada. Leona bilang, aku punya sesuatu untuk maju. Apa yang dia bilang itu kini mulai terasa seperti pegangan hidup. Iya sih, ini berlebihan. Biar bagaimana, jangan sampai kita mendewakan cinta, seseorang. Karena manusia adalah manusia, punya sifat mengecewakan. Berbeda dengan Tuhan.

"Josh, mama mau bilang sesuatu, tapi kamu jangan sedih, ya.." Kata mama, pelan-pelan sekali dia bicara.
"Bilang apa?" Tanyaku.
"Soal kuliah kamu. Zr. Anna udah nggak mau biayain kuliah kamu lagi." Kata mama. Aku tersentak.

DEG!

Mendengar hal itu, rasa-rasanya jantungku berhenti, seperti sedang diremas, diremas oleh rasa penyesalan. Nilai kuliahku jelek karena ulahku sendiri.

"Yaudah, nggak apa. Nanti Josh cari uang sendiri." Kataku, pemilik hati yang keras.
"Hmm, iya. Yaudah kalo bisa cari uang sendiri. Mama cuma mau bilang, nggak selamanya orang baik sama kamu, Josh. Kalo kebaikan orang kamu sia-siain, ya mama mau bilang apa." Kata mama. Dalam kata-katanya, mendengarnya seperti ditusuk.

Sedih sekali di dalam hati, akan tetapi aku berusaha menunjukkan yang sebaliknya, santai-santai saja. "SIAPA JUGA YANG MAU BIAYAIN ANAK YANG TIAP SMESTER IP-NYA SATU KOMA???!" Jeritku di dalam hati, membentak diri sendiri. Kusalahkan diriku atas apa yang terjadi. Melihat mata mama yang berkaca-kaca, makin susah kutahan kesedihan.

"Maaf, Ma. Josh salah. Maaf kalo Josh nyusahin mama terus. Nih uangnya Josh balikin." Kataku sambil memberikan uang yang mama kasih tadi. Kayak ngambek.
"Kamu marah sama mama?" Tanya mama.
"Nggak. Kasihan sama mama." Kataku.
"Udah pegang aja uangnya." Kata mama.

Aku dan mama, kami seperti sama-sama menahan air mata. Aku tidak mau menangis, mama juga tidak.

"Yaudah. Berarti emang rejekinya Josh." Kataku. Lalu kulanjutkan, "mama nggak usah sedih-sedih. Nanti Josh cari kerja."
"Kerja apa? Terus kuliah kamu?"
"Kerja sambil kuliah kan bisa."

Dari ruang TV Fitri menyambar, "makanya kuliah tuh yang bener." Sialan dia menguping.
"Eh, kayak sekolah lo bener aja, Fit." Kataku.
"Hahahahaha.. gue sih ada bokap. Nah elu?" Sindir Fitri. Dia adalah adik yang mulutnya menyebalkan memang. Lebih menyebalkan dariku.
"Bokap lo dong, suruh biayain kuliah gua." Kataku bercanda.
"Yeee elu udah nyusahin nyokap, mau nyusahin bokap gua juga." Kata Fitri.

LeonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang