Part 14

3.5K 76 28
                                    

Sudah 2 tahun lebih aku dekat dengan Leona. Kuhitung dari semenjak aku dan dia pertama kali pulang bareng. Kupikir perjalanan yang tidak terasa panjang jika aku mau mengatakan selama ini aku dan Leona masih PDKT. Meskipun, mungkin, ini perjalanan yang begitu panjang bagi Leona, kalau-kalau selama ini dia menanti-nanti untuk kupacari. Haha, aku kepedean. Lagi.

Di sepanjang waktu ini, aku dan Leona melewati berbagai percobaan. Sesuatu yang wajar bila perjalanan kami tidak berjalan mulus, malahan berliku dan berbatu-batu, sebab kami memulai kedekatan kami dengan cara yang kurang elok: sembunyi-sembunyi. Mulai sembunyi dari Nicky, dari teman-teman, hingga dari keluarga Leona. Yang kusalut, kami bertahan. Masih dan semakin saling menyayangi.

Nicky, meski sebenarnya persoalan Nicky itu sudah usai, namun rasa-rasanya dia masih mengganggu saja. Aku sadar, tidak bisa aku memaksakan Leona untuk benar-benar membuat Nicky lenyap dari hidupnya. Biar bagaimana, Nicky adalah mantan kekasihnya, yang selain mungkin masih berharap, tetapi juga menaruh dendam kepadaku.

Teman-temanku, Fajar, Benny, dan Robbie, kini antara aku dan mereka sudah tidak lagi sedekat dulu. Kalau kuingat dulu, kami begitu akrab. Kami berada di dalam circle yang sama. Bercanda bersama, hingga tak kenal waktu pulang. Kami bertemu di kampus, kami jalan dan party, sekaran tak lagi dan jujur aku merasa kehilangan. Dulu sudah lain dengan sekarang. Aku dan mereka sudah tak pernah lagi nongkrong bareng, malahan jadi sinis-sinisan.

Keluarga Leona yang tidak setuju dengan pribadi seperti aku mendekati anaknya, ini yang paling kuanggap masalah. Aku merasa sedang dianggap sebagai marabahaya, seseorang yang bisa melukai Leona. Padahal, sama sekali aku tidak kepikiran. Aku hanya ingin disayangi Leona. Andai mereka menyadari, betapa aku membutuhkan Leona di saat-saat sekarang. Hingga muncul lagi pertanyaan-pertanyaan baru: apa aku harus menerobos semua rintangan ini demi satu orang? Akankah Leona mampu untuk seterusnya menemani hari-hariku? Apakah aku dan Leona ditakdirkan untuk bersatu, ataukah aku hanya akan terus merepotkan hidup Leona?

Mencintaiku itu merepotkan, sudah berkali-kali kutekankan ke Leona. Namun, dia memang perempuan polos nan manja yang ternyata keras kepala. Semakin dilarang dan dihadang, semakin kuat menyayangiku. Dan kulihat diriku, aku belum cukup mampu untuk bisa membalas sayang yang sama besar kepadanya, sebab aku masih sibuk mengurusi kekacauanku sendiri. Ada berbagai masalah kuhadapi, dan ketika masalah-masalah itu belum selesai, sudah datang lagi masalah baru.
Kadang-kadang aku tidak habis pikir.

Sebenarnya, masalahku ini apa? Mengapa aku bermasalah? Atau jangan-jangan, masalahku yang sesungguhnya ada pada diriku sendiri? Katanya, masalah datang tidak pernah lebih besar daripada kemampuan kita. Sebab kita akan selalu berkesempatan untuk dikuatkan mengatasi masalah itu. Dan aku, aku orang yang tak pernah mengambil kesempatan itu. Aku adalah orang yang selalu merasa lebih baik jika tidak memperdulikan. Kini, masalahku kian menumpuk. Yang kutakutkan hanyalah satu: suatu hari aku akan terkubur oleh masalah-masalah yang selama ini aku acuhkan.

"Josh, kok diem?" Tanya Leona seraya menyandarkan pipinya di pundakku. Sikap yang manja, hinga aku menjadi spontan tersenyum. Kubilang, "lagunya enak. Lagu-lagu Padi itu kita banget, ya.."

Sepanjang perjalanan menuju kampus, sebetulnya aku memikirkan ini semua. Semua hal tentang aku, tentang aku dan Leona.

"Btw, mantan aku message aku di Facebook."
"Hmmm.. siapa, Josh?"
"Ada. Cinta pertamaku. Namanya Ribka."
"Hoooo... terus kamu bales?"
"Aku bales."
"Hooo... hehehehehehe..."
"Kok ketawa?"
"Cuma bisa ketawa, Josh. Hehehehe..."
"Dih, aneh."
"Hehehehehe...."
"Cemburu, Le?"
"Ih kalo cemburu sama yang bukan pacar, ya cuma bisa ketawa, Josh. Abis aku mesti gimana? Marah? Hehehehe..."
"Hmmm.. kamu nyindir aku?"
"Ih enggaaaaaaak.... Hehehehe...."
"Apa sih arti pacar buat kamu, Le?"
"Pacar itu.... apa ya, Josh? Nana juga bingung sih.. hahahahaha..."
"Hahaha.. manusia. Kadang-kadang menginginkan sesuatu yang dia bingungkan."
"Hehehehe... Ih ya abis apa, dong? Pacaran ya pacaran, Josh.."
"Ya apa?"
"Ya bareng-bareng.. saling sayang.."
"Kayak kita?"
"Ih kita kan belum pacaran."
"Belum, ya?"
"Hahahahahahahaha.. iya belum. Ih kalo kita mah baru mirip kayak pacaran, Josh. Belum pacaran."
"Kita ini mirip kayak pacaran, atau lebih dari pacaran?"
"Ih lebih dari pacaran mah tunangan, Josh."
"Hmm.. kita ini lain dari tunangan, tetapi lebih dari pacaran."
"Hih. Susah ngomong sama kamu mah, Josh.. muter-muter."
"Hahahahahaha... emang kamu mau kalo aku pacarin?"
"YA MAU, JOSH...."
"Hmm.. maksudku, emang kamu mau punya pacar kayak aku?"
"MAU."
"Kamu nggak mikir gitu, aku berengsek?"
"Mikir."
"Terus, kok mau aku pacarin?"
"Biar nggak berengsek lagi. Hahahaha..."
"Hahaha... susah."
"Susah ya, Josh? Enakan punya banyak cewek?"
"Hahahaha... aku bukan punyanya siapa-siapa, Le. Enakan gini."
"Jomblo?"
"Iya. Hehehe..."
"Ih, aku mah nggak enak jomblo. Maunya punya pacar."
"Sejomblo-jomblonya kamu, kan ada aku."
"Ya tetep ajaaaaa..."
"Hahahahaha, tetep apa?"
"Ya tetep aja, bukan pacar. Kalo cemburu, cuma bisa ketawa. Hih!"
"Hahahahaha... emang kalo udah pacaran, kalo cemburu kamu mau ngapain?"
"Ya mau ngambek, Josh. Kalo kamu macem-macem, aku mau ngambek. Cemberut. Terus kalo aku ngambek, kamu harus rayu-rayu. Sampe nggak cemberut lagi."
"Hahahaha.. apaan dah orang mau dipacarin cuma biar bisa cemberut."
"Hahahahahahaha.. cetek banget ya Nana.."
"Hahaha, dasar kamu.."
Kalau sudah bercanda sama Leona, rasa-rasanya semua masalah yang tadi kupikir menumpuk itu sirna sudah. Langsung lupa. Yang kurasakan cuma satu: kenyamanan.
"Eh siapa tadi, Josh, nama mantan kamu?"
"Ribka."
"Ih kayak nama orang Kristen, Josh."
"Emang Kristen."
"Hmmmmmmmmmm..... putusnya kenapa?"
"Yaaaa, namanya masih SMA. Nggak jelas putusnya. Aku marah, terus ngilang. Eh, tau-tau dia udah punya pacar lagi."
"Hoooooooo.... Terus sekarang dia jomblo?"
"Iya. Katanya."
"Hmmmm...."
"Ya bukan urusan aku juga. Mau dia jomblo, mau pacarnya ada enam, bodo amat sih."
"Josh.."
"Hmm?"
"Aku mau jadi pacar kamu."
"Iya, udah tau."
"Maunya sekarang."
"Hmm, kenapa sekarang?"
"YA ABIS KAMU NGGAK NEMBAK-NEMBAK."
"Hmmm, yaudah."
"MAU??"
"Iya."
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA....."
"Kok ketawa?"
"Cuma bisa ketawa, Josh..."
"Nggak bisa cemberut?"
"Enggaaaaaaak..."
"Hahaha.. pacaran nih?"
"PACARAN, JOSH......"
"Hahahaha.. asik asik."
"Hihihihihii....... Nana mau peluk, Josh.."
"Kan lagi nyetir."
"YA BERHENTI DULU, JOSH. MASA' JADIAN NGGAK ADA PELUKANNYA!"
"Oh gitu ya? Hahahaha.."
"IYA BERHENTI DULU."
"Oke oke."

LeonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang