4

49 12 2
                                    

"Ini tulisan Lo yan?" tanya meydina tak percaya apa yang dia baca merupakan tulisan dari seorang sahabat dari kecil dulu.

Meydina terus menatap butir butir kalimat yang ada dihadapannya.

Meydina menangkap 1 diantara 3 file. Tertera nama panjang meydina.

"Meydina Arizka Putri."

Tapi, sebelum meydina klick, file tersebut, namun ketukan pintu telah menghentikannya, dan langsung menutup laptopnya.

"Ka Meydina? Ka Meydina? Ka Meydina? Ka, tolong buka pintunya, ade mau--" kalimat nya hanya tergantung di ambang pintu karna aku telah membukakan pintu kamarku untuknya.

"Kenapa ismi?" sambil mengusap rambutnya, dan menyuruhnya masuk dan duduk.

"Ismi kenapa?" mengulang pertanyaan ku yang tak kunjung terjawab oleh bibir mungilnya

-ismi adalah adik kandung meydina.-

"Tadi, ismi di chat sama ka ryan ter--" kalimatnya tergantung lagi.

"Iya, terus?"

"Ka, biarin ismi cerita dulu dong, jangan di potong potong." menghembuskan nafas kesalnya.

"Eh? Hahahaha, iya-iya maaf ismi cantik."

"Tadi, ismi dichat ka Ryan, nanyain ka Meydina, tentang--."

"Terus?"

"Gajadi deh ismi dipotong-potong mulu, ngasih taunya itu doang, padahalkan tadi kaka baru balik sama ka Ryan." Sambil tersenyum miring.

"Apa sih ismi, Mending nemenin kaka ke taman kompleks aja yu."

Hanya mengangguk pelan menandakan setuju dengan pendapat ku.

"Mama, ayah. Meydina sama ismi pergi dulu ya, mau ke taman kompleks."

Hanya anggukan yang terlihat setuju.

---

"Ka Meydina?" ucapnya seakan ingin memberitahu sesuatu.

"Kenapa?"

"Itu, bukannya ka Ryan ya ka, yang lagi duduk di bangku taman." menunjuk punggung Ryan.

"Kenapa itu anak belum balik? Malah diam di sini?" gerutuku dalam hati.

"Stt... Ismi kan cantik, bantu kaka ya?" memasang muka jail ku dan tersenyum miring.

"Bantu apa ka? Jangan bilang--" kalimatnya terpotong untuk kesekian kalinya oleh ku.

"Sttt.. Iya kaka mau jailin dia, ismi kan cantik." mengedip kan satu mataku padanya.

"Ok, apa?"

Aku pun berbisik ke telinga ismi yang mungil.

"Ok." menyatakan bahwa ismi sepakat dengan pendapat ku.

Ismi hanya duduk diam di atas ayunan, tepat di Ryan, Ryan masih tidak sadar bahwa ada ismi di depannya.

"Khem!" berusaha menyadarkan Ryan dari lamunannya

Tapi




penasaran gimana kelanjutannya?
Jangan lupa di vote ya!!

Mungkin perlu diingat bahwa, cerita ini berasal dari pemikiran saya.
Bila Anda merasa, bahwa ada cerita yang sama dengan cerita aku, itu hanya kebetulan semata, namun ini cerita aku, aku tidak bermaksud sama sekali untuk menjiplak karya orang lain. Bila terjadi kesamaan, sekali lagi itu hanya kebetulan saja.

Makasih, mohon dimengerti ya.
Jangan lupa di vote yaa!!!

I Just Locked In My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang