11

49 8 1
                                    

Bukan karna, kenapa aku harus bertahan
Tapi
Mengapa, aku selalu ingin ada didekatmu.

---

Makananku hanya ku aduk-aduk hingga nyaris dingin.

Sedangkan Ryan?

Menghabiskan makanan dengan lahap.

"Mey?" Dengan kondisi mulut yang penuh dengan makanan.

"Kenapa di aduk-aduk doang?" aku masih mengaduk-aduk nasi goreng ku, untung, hanya setengah porsi, tidak terlalu banyak.

TUKK!!!

dia menyentil tanganku, tak begitu keras, namun mampu membuatku tersadar dari lamunan ku.

"Lo kenapa? Ada masalah? Lo bisa cerita ke gue mey." menatap meydina khawatir.

"Eh? E--engga, gapapa, ga terlalu nafsu makan." jawabku berbohong. Aku masih memikirkan siapa pengirim surat itu, untuk apa dia mengirim surat pada ku?

Akhirnya setelah aku menghabiskan makanan ku, lebih tepatnya ryan menghabiskan setengah dari makanan ku, kami kembali ke mobil.

Menuju rumahku.

--

"Makasih ya." aku memberanikan diriku untuk membuat suasana menjadi mencair.

Ryan kembali menarik sudut bibirnya. Lagi-lagi tersenyum, Manis.

Hening sepanjang jalan, hanya suara radio yang berani berbicara diantara mereka.

Mereka diam.

Hanya Radio riuh memenuhi tiap sudut mobil.

Ting!!!

Notifikasi chat handphone meydina memecah keheningan.

"Alya Aurelia Z. " nama itu yang terpampang di handphone meydina.

-chat-

"Meydina !!!"

"Kenapa Al?"

"Gue pikir-pikir lagi ada yang aneh dari surat itu." bagai kilat dia membalasnya.

"Surat apaan mey?" tersadar bahwa Ryan telah merapatkan mobil kepinggir taman kompleksnya, dan melihat chat dengan Alya.

"Aduh, mampus gue, gue harus bilang apa? Aduh mampus gue."

"E--engga, i--tu, ta--di --" Kalimatku terpotong, lagi.

"Tenang aja, jangan tegang, jujur." untuk kesekian kalinya dia menarik bibirnya. Dan melemparkan tatapan teduh.

"Em--, jadi-- tadi ada yang nitipin surat, terus pas gue buka, isinya puisi." sambil meneliti mapku tempat dimana ku taruh surat itu.

"Nih, Lo baca aja sendiri." sambil menyodorkan surat berwarna biru.

Ryan hanya menjalankan matanya untuk membacanya.

"Noname." jawabnya singkat, dia kembali mengangkat wajahnya yang sebelumnya tenggelam dalam surat itu.

"Yaudah ga usah dipikirin lagi, balik yu, udah mau sore." ucapnya, menambah lemparan teduhnya.

---

"Makasih ya." ucapku menepuk pundaknya.

Dia hanya tersenyum,

Dan

Tatapan semakin teduh.


Jangan lupa di vote ya

Makasih--

I Just Locked In My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang