Mentari mulai meredupkan cahayanya, dan membiarkan awan berjalan bersamanya.
Menyadari bahwa ada seseorang memandangi ku dari belakang, ku coba tengok ke belakang melihat siapa yang Sedang melihat diriku disini.
Tersentak detak jantungku melihat perawakannya.
Dia.
Muhammad Ryan Alfarez.
Seseorang yang telah lama hilang, Menyisakan puing-puing yang telah diruntuhkannya dahulu saat kami kecil, yang dahulu menjaga ku, Dia tak akan membiarkan diriku menangis, canda tawa telah terurai jelas diantara kami.
Hingga suatu saat dia menghilang, Dan terbesit kabar, bahwa dia pergi ke luar kota. Menetap dengan orangtuanya.
Kecewa, satu kata yang terbersit dalam pikiranku saat mendengar kabar itu.
Mengapa dia tak memberikan informasi pada ku?
Namun,
Kini dia telah datang tepat dibelakang ku, dalam genggamannya terlihat sebuah paper bag bermotif batik, dia mendekati diriku yang telah sedari tadi memandanginya.
"kenapa diliatin? Mau ini bukan? Nih buat lo, gue udh lama ga ketemu lo, gue kangen lo, yang sakit habis hujan-hujanan sama gue, Lo masih suka hujan-hujanan?" kekeh lelaki itu, sambil menatap ku amat teduh.
"Makasih, Udah jarang, mungkin ga pernah."
"Haha, mau gue anterin balik ga? udah sore nih."
"Lo dari mana aja? 1 tahun gaada kabar? Gaada Batang hidungnya sedikitpun! Kemana lo?"
Hembusan angin menunggu jawabnya.
"Gue waktu itu pindah keluar kota, Gue ga pengen liat Lo sedih, maafin gue mey, sekarang gue udah pindah ke sini, ke tempat gue berasal lagi, masih sama Lo disamping gue mey, maafin gue."
Menundukkan kepalanya dengan tatapan bersalah akan apa yang telah dia perbuat pada meydina.
"Gue maafin lo." hanya senyum simpul yang ku berikan.
"Yaudh, balik yu, gue anterin lo balik." langsung mengangkat kepalanya.
"Ok."
•••
Gimana? Seru ga?
Kurang ya? Masih awal, aku usahain kok
Jangan lupa di vote ya!!
Makasih-
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Locked In My Mind
De TodoBukan masalah "siapa dan kenapa." Tapi masalahnya adalah "mengapa." Bukan masalah "Anda dan saya." Tapi masalahnya adalah "mereka." Masalah mereka, bukan masalah kami. Begitu pula sebaliknya. Masalah kami, bukan masalah mereka. Biarkan awan menangis...