Air mata awan turun terus menerus, Guntur tak berkecamuk hari ini, karna hanya isak tangis kecil yang dibuat awan.
Saat pertama sekolah, kebanyakan siswa berfikir bahwa hari ini adalah hari yang menyenangkan, tapi lain halnya untuk Meydina Arizka Putri, dan adiknya Ismi Putri Dahlan, bagi mereka pertama sekolah adalah sesuatu yang mengerikan.
Tidak ada lagi bangun siang.
Tidak ada lagi bersantai di rumah.
Tidak ada lagi hal menyenangkan dirumah.
Tok! Tok! Tok!
Ketukan pintu kamar meydina, telah menyadarkannya dari lamunan untuk hari ini.
"Ka Rizka? Bangun ka, udah jam 5." ucap ismi di balik pintu.
"Iya mi, kaka udah bangun dari tadi ko, malah udah mandi."
"Ismi boleh masuk ka?"
"Iya, boleh, ga dikunci mi."
"Bilang dong ga dikunci, kalo gitu dari tadi ismi masuk." sambil meloncat ke kasur ku.
"Eh, hahahaha." mendapati muka ismi yang kusut karna ini hari pertama masuk sekolah.
"Mukanya biasa aja dong ka liatin isminya, emang ko ismi cantik, tapi biasa aja dong natapnya." celetuknya santai.
"Eh, apaan si ismi, cantikan kaka ya maaf." sambil mengibaskan rambut panjang ku ke mukanya.
"Ka, ismi mau cerita." masih dengan muka kusut.
"Silakan."
"Kemaren, kan kita ngerjain ka Ryan, kaka liat ga? Sebelum kita ngerjain ka ryan, Dia ditaman murung gitu, kayanya lagi ada masalah, kan ismi tanya, katanya banyak tugas blablabla, tapi keliatannya bukan masalah tugas deh ka, kayanya mikirin kaka deh." mengedipkan sebelah matanya.
"Apa sih ismi" menimpuknya dengan bantal.
"Terus apa hubungannya sama kaka?" sambungku dan berhenti menumpuknya dengan bantal.
"Tapi--" ismi hanya menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa?" menaikan sebelah alis.
"Ga, deh tar ismi di timpuk lagi, bye ka!!" ismi langsung berlari menuju kamarnya.
Ya, memang kamar kami bersebelahan.
Setelah ismi meninggalkan kamar ku, ismi juga meninggalkan kata-kata yang cukup membingungkan.
---
Meydina dan ismi pun berangkat ke sekolah. Ismi menginjak kelas X dan meydina kelas XI begitu pula dengan Ryan.
Mereka bertiga satu sekolah."Ismi, kaka ke kelas ya."
Ismi hanya menganggukan kepalanya, dan menggaruk kepala yang tidak gatal, karna belum menemukan namanya di mading sekolah.
BRUKK!!!
Meydina menabrak seseorang. Membuat meydina terjatuh.
"Maaf." mengulurkan tangannya kepada meydina yang masih meringis kesakitan.
"Yes." menerima uluran tangannya.
"Ryan? Kelas XI apa?" tanyaku kikuk.
"Temenin gua liat yu." menarik tangan meydina ke Mading sekolahnya.
"XI - IPA 1." jawabnya dingin.
Sedangkan meydina?
XI - IPA 2.
"Mestinya gue sekelas sama meydina tuh." celetuk ryan dalam hati.
"KHEM!!! MAAF KA, ISMI MAU LEWAT." ismi telah menyadari bahwa kakanya, meydina, sedang bersama Ryan.
•••
Hallo!! Gimana? Seru ga?
Jangan lupa di vote ya!!
Makasih--
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Locked In My Mind
De TodoBukan masalah "siapa dan kenapa." Tapi masalahnya adalah "mengapa." Bukan masalah "Anda dan saya." Tapi masalahnya adalah "mereka." Masalah mereka, bukan masalah kami. Begitu pula sebaliknya. Masalah kami, bukan masalah mereka. Biarkan awan menangis...