Pengawal Sang Dewi malam tak akan membiarkanku sendiri.
Dan
Sang fajar pula demikian.
---
"Bacain lah." ucap mereka serentak menyuruhku untuk membaca surat itu.
-
Sang pemimpi tak akan meninggalkan impiannya sedikit pun.
Walau dia tahu bahwa impiannya tak akan segalanya tercapai.Tetapi
Paling tidak, sang pemimpi telah memikirkan apa yang ingin dicapainya.
Takdir tidak akan curang.
Takdir selalu adil.
Takdir akan menyampaikan skenario indah dari tuhan.Namun,
Takdir selalu bersama waktu.
Waktu juga salah satu pemeran dalam skenario yang telah Tuhan berikan.
Waktu akan mengatur semua jadwalnya.Masa lalu akan Menyisakan goresan indah.
Sekarang akan membentuk goresan indah.
Masa depan akan merancang goresan indah lain.Bukan masalah bila sang pemimpi tidak dapat menggapainya.
Tapi
Yang menjadi masalah adalah
Mengapa sang pemimpi tidak dapat meraih mimpi tersebut.Apakah terlalu jauh untuk dicapai?
Apakah terlalu sulit?
Apakah terlalu menyakitkan untuk dicapai?-noname.-
Thanks to read.
Mereka hanya mematung, memikirkan siapa yang mengirim surat tersebut.
Bukan tulisan tangan.
Yang dapat secara mudah diketahui.
Namun itu bukan tulisan tangan.Dan, dengan alasan apa sang pengirim memberikannya padanya?
Untuk apa?
Dan, siapa pengirimnya?
Meydina masih terlalut dalam pemikirannya.
"WOY! LO DENGER GUE GA?" suara cempereng kembali menyeruak di telingaku.
"Apa? Gue ga denger, maaf." tanyaku kikuk.
Plak!
Alya menepuk jidatnya sendiri.
"Gini ya, meydina, gue rasa, bener-bener ada yang aneh." ucap Alya menurunkan intonasinya.
Aku hanya mengangkat alis.
"Apa yang aneh? Atau hanya gue yang ga merasa aneh?" ucapku dalam hati.
"Pusing gue ngomong sama Lo." sambil merapikan rambutnya yang dikuncir kuda.
---
Ryan telah menunggunya diparkiran.
"Hey." menarik sudut bibirnya. Manis.
"E--eh, hey." gugup, Yes. Meydina terkadang gugup tiap kali bertemunya.
"Gugup amat? Selow aja kali? Balik yu?"
menunjuk mobilnya berada."I--iya ayo." gugup masih menyerang tubuhnya, terutama tenggorokannya, yang seketika mengering.
"Silahkan Putri." senyum kembali terlihat diantara pipinya.
"Thanks." ucapku, memasuki mobilnya.
Kami telah memecah heningnya jalan.
"Mey?"
"Hm?" aku tidak menengoknya, aku masih asik melihat pohon-pohon berlari-lari diantara kami.
"Laper ga? Makan dulu yu?" Dengan memasang muka pucat seperti mayat hidup.
"Ok." masih asik melihat ke luar kaca.
Hay! Gimana? Seru ga?
Maaf ya kalau ga panjang, dan kurang dapat feelnya.
Jangan lupa di vote ya!!
Makasih---
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Locked In My Mind
LosoweBukan masalah "siapa dan kenapa." Tapi masalahnya adalah "mengapa." Bukan masalah "Anda dan saya." Tapi masalahnya adalah "mereka." Masalah mereka, bukan masalah kami. Begitu pula sebaliknya. Masalah kami, bukan masalah mereka. Biarkan awan menangis...