9

26 10 0
                                    

Walau tidak dapat menyentuh awan
Tetapi kami selalu akan ada disampingnya.

---

"Samain sama Lo aja Al." jawabku sambil menarik kursi kantin.

"Mey." suara berat, dan lembut itu, milik Ryan. Entah kenapa dia memanggilku dengan selembut itu.

Aku hanya menengok dan menaikan sebelah alis mata ku.

"Gue, Aldi boleh duduk disini? Bareng kalian?"

Kami hanya menganggukan kepala.

"Geser dong mey, itu Ryannya mau duduk." ucap bintang jail.

"Eh? Kok Ada kalian?" Ucap alya sambil menaruh dua mangkok baso andalan kantin kami.

"Ga boleh bukan? Yaudah gue pergi." Aldi berpura-pura marah pada Alya.

"Eh! Jangan, boleh kok, iya boleh." jawabnya menahan Aldi untuk pergi.

Kami tertawa kecil melihat kelakuan mereka.

Aldi, Ryan, bintang, dan lion memilih membeli mi ayam.

"Pipinya biasa aja dong mey." berbisiknya, melihat diriku yang sedang mengunyah baso.

Aku hanya tersenyum mendengar suara nya.

"Lo lucu banget si mey, apa lagi kalo Lo senyum atau ketawa, apa lagi alasan senyum tawa Lo karna gue, dan dihadapan gue." berkata dalam hati kecilnya.

"Gue sama Aldi duluan ya."

Kami hanya mengangguk kesekian kalinya.

Setelah beberapa menit obrolan kami diusaikan, karna waktu tidak mengizinkan kami untuk lebih lama di kantin

"Balik ke kelas yu?" ucapku memecah tawa mereka.

Mereka menganggukkan kepalanya, lagi.

"Mey?" kini Alya mampu mengendalikan suaranya, entah cahaya ilahi dari mana yang Alya dapat, sehingga mampu berbisik sekecil itu.

Aku hanya melirik dan menaikkan sebelah alisku.

"Lo ngerasa ada yang aneh sama Ryan ga sih?" mungkin Alya merasa aneh ketika Ryan duduk disebelah ku. Mungkin, dia risih.

Aku menggeleng dan mengangkat bahu tak perduli, Aku tidak merasa ada yang aneh darinya, lagi pula kenapa memang? Ada yang salah bila dia duduk disebelah ku?

Mungkin Alya akan berfikir bahwa aku sungguh tidak peka.

"Gue mah ngerasa ada yang aneh, liatin gerak-gerik dia ke Lo deh, aneh tau, care-nya setengah mati."

"Apa salahnya orang care?" ucapku dalam hati.
Aku hanya tersenyum dan menaikkan bahu mendengarnya.

KRINGGG!!! KRINGGG!!!

Bel masuk telah berbunyi.

"MEYDINAA!!!" teriak Yunita, teman sekelas mereka. Meydina masih di ambang pintu, menunggu Yunita yang ingin berbicara dengannya

Lagi-lagi aku hanya Menaikkan sebelah alisku.

"Itu-- tadi--" terputus-putus kalimatnya.

"Tarik nafas, buang, tenangin Lo dulu, baru ngomong sama gue." Yunita mengikuti perintah ku.

"Tadi, ada yang nitip surat ke gue, katanya buat lo." menyodorkan sebuah amplop surat berwarna biru Langit. Warna kesukaan meydina.

"Dari siapa?" tanyaku sambil mengambil surat biru langit itu.

"Tadi, yang nganterin ade kelas, katanya disuruh kaka kelas, dia gatau siapa, dia cuma disuruh aja."

"Oh, makasih ya."

"Dari siapa tuh!?" sambar Lion, Bintang, dan Alya.

"Duduk dulu bisa?"

Mereka mengangguk.

"Gaada namanya." jawabku sambil mencari nama pengirimnya.

"Bisa dikatakan puisi mungkin." lanjutku.

"Bacain lah." ucap mereka bertiga.

Hey! Gimana? Seru ga?
Maaf ya kalo kurang seru.

Kira-kira dari siapa ya suratnya?

Jangan lupa votenya ya

Makasih--

I Just Locked In My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang