Cabut

103K 8.2K 477
                                    



"Ba, kalo sama gua, usahain tunjukin sikap asli lo ya! Jangan dipendam, nanti ilang." Ucap Attariq sambil terkekeh, Sedangkan Rajidan hanya tersenyum tipis seraya mengangguk patuh.

"Kalo saya nakal tar naksir," ucap Rajidan menggoda, tak lupa colekan manja pada dagu Attariq.

"MASYALLAH BABA," teriak Attariq kaget. Sedangkan Rajidan hanya tertawa geli melihat ekspresi Attariq yang ketakutan.

Satu hal yang harus kalian ketahui tentang Attariq. Attariq sangat takut dengan banci, sekalipun banci cantik yang mengalahkan persempuan. Ingat ! Sekalipun itu.

"Gitu aja parno, Saya normal Attariq sayang.." ucap Rajidan yang tetap menggoda Attariq. Tapi kali ini, Attariq hanya mendengus sebal.

"Ah saya punya ide Riq," ucap Rajidan yang membuat Attariq menoleh kearahnya penasaran.

"Apaan emang?,"

"Gimana kalo kita cabut?" tanya Rajidan dengan ide briliannya. Attariq menatapnya dengan tatapan tak percaya.

"Baba mulai nakal ya.. papa gak suka!" Attariq memperagakan dirinya seolah olah papa Rajidan. Namun, sikapnya lebih mirip seperti ibu - ibu rempong yang sedang memarahi anaknya.

"Geli,," ucap Rajidan sambil tertawa. Namun, bukannya balik ke kelas, mereka malah menuju pintu gerbang belakang. Rajidan yang melihat ekspresi datar Attariq hanya tersenyum konyol.

"Katanya ga suka saya cabut, tapi di iyain juga ajakan saya." Ucap Rajidan dan hanya di balas dengan tatapan tajam Attariq.

"Icik kamu," ucap Attariq sambil berjalan mendahului Rajidan. Dan Rajidan hanya mengejar Attariq. Tak tertarik untuk mengerjainya lagi.

***
[disisi lain]

Semua terdiam menatap Tiffani iba, tak ada yang berani mengeluarkan suara. Sekalipun Denna yang biasanya bertingkah heboh. Beryl berusaha untuk menenangkan Tiffani yang masih menangis seengukan.

"Dia tu egois, masa dia boleh chat sama mantannya, tapi gue deket sama Aidan aja ga boleh." Tiffani menangis seenggukan. Aidan yang melihat Tiffani menangis, hanya menatapnya iba.

"Udah lah Tif, orang cemburu mana bisa di cegah," ucap Denna sambil mengelus kepala Tifffani supaya tenang.

"Iya, kayak orang hamil. Mana bisa bayinya dihilangin dalem perut." Ucap Devan yang membuat semua orang menatapnya tajam.

"Ngaco aja lo," ucap Denna sambil mengusap wajah Devan.

"Berisik aja lu," Devan menatap Dena sinis.

"Tif, Aidan tau Aidan ganteng, cuma gausah ditangisin." Ucap Aidan tiba - tiba. Aidan mencoba untuk mengubah suasana agar menjadi lebih cair.

"Najisin..." ucap Tiffani sambil tertawa.

"Jangan ketawa mulu Tif, matanya ilang. Nyarinya susah," Devan juga mulai mengambil andil untuk menghibur temannya satu itu.

"Gausah galau - galau, kita semua kan ada. Jaman galau? Jaman?" Dena berkata seolah - olah dia tak pernah merasakannya.

"Halah, tiap malem nangisin abang yang di sana aja sok - sokan jaman." Devan kali ini berbicara sambil terkekeh. Dena yang mendengar itu hanya merengutkan bibirnya kesal.

"Berisik aja." Dena langsung menatap Devan sewot. Yang di tatap sewot pun hanya menggidikkan bahunya acuh.

Sedikit demi sedikit, Tiffani mulai kembali tersenyum. Dan semua patut bersyukur karena Tiffani bukanlah sesosok gadis yang susah di tenangi.

The SomvlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang