Mama

31.9K 3.9K 195
                                    

Rajidan berjalan lunglai keluar dari sekolah. Semua menatapnya dengan berbagai pandangan. Dan tak ada pandangan kagum tertuju padanya, lagi.

"Ampuni hamba Ya Tuhan.."
"Salah apa Rajidan gantenk ini,"
"Iya si bogem-bogem temen. Ya salah lah. Dasar Rajidan bego."

Rajidan berguman sendiri, dan terkekeh sendiri. Sepertinya, mentalnya bermasalah saat ini.

"Sehat lo ?" Tanya Rio, salah satu musuhnya.

"Menurut kamu?" tanya Rajidan santai.

"Sakit." Rio berguman dengan singkat. Rajidan malah terkekeh geli.

"Dasar buta! Saya masih jalan dengan sempurna kamu kira sakit. Kasian saya sama kamu, ganteng-ganteng tapi matanya buta!" Rajidan terkekeh dengan kerasnya. Membuat Rio kesal sendiri.

"Muka kamu santai aja kali, saya tau kamu grogi ketemu sama panutan," ucap Rajidan sambil menepuk bahu Rio pelan.

"Basi kalo ngomong sama lo tuh," Rio akhirnya pergi meninggalkan Rajidan yang makin menertawainya.

"Lah dia sendiri yang mulai, dia sendiri yang kesel." Rajidan tertawa keras sekali. Sampai beberapa orang di sekitarnya melihatnya dengan berbagai tatapan.

"AH KAYA CEWE KAMU AMBEKAN." Ucap Rajidan dengan kekehan keras. Rio mengacungkan jari tengahnya dengan perasaan kesal.

"Astagfirullah, Astagfirullah, Ahahahah astagfirullah. Tobat saya tobat. Tu anak lucu amat." Rajidan serasa ingin berguling-guling karena muka Rio yang merah padam.

"Muka kamu kaya setrikaan ga rapi yo!" teriak Rajidan yang masih di dengar oleh Rio. Rio masih mengacungkan jari tengahnya pada Rajidan.

"Gila ya, lagi berantem sama sahabat masih bisa ketawa keras. Kalo gue, makan aja gamau." Seorang gadis berceletuk keras. Rajidan mendengarnya dengan jelas sekali.

"Sorry dori mori stoberi di kasih ke Pak Ansori ni ya neng, ngerasa kehilangan sahabat tu cuma buat orang yang lemah doang. Lagi pula ya neng ya, sahabat saya ga kaya sahabat kamu, doyannya pas seneng. Pas susah nyari tempat yang bisa buat happy-happy." Rajidan tertawa saat melihat ekspresi gadis itu tiba-tiba berubah.

"Lagi pula ya neng, kamu tuh bukan club malam. Yang disinggahin pas ada masalah. Terus di tinggalin pas mereka dah sadar,"

"Cari sahabat yang mau jadi angin saat kamu kepanasan. Dan jadi air saat kamu kehausan. Jadi jangan ngocehin saya, kalau sahabat kamu aja masih ga bener." Rajidan mampu membuat gadis itu terdiam dan tak dapat memandangnya dengan sinis lagi.

"Satu lagi, kalo masih aja berisik, saya sumpel bibir kamu pake bibir saya mau? Jadi diem aja kalo ga mau!" ucap Rajidan santai sambil beranjak pergi dari hadapan gadis yang tadinya berniat mengerjainya.

***

Rajidan berjalan dengan lunglai, makin lama terasa kekosongannya tanpa mereka semua.

"Saya kangen kalian, sorry." Lirih Rajidan dalam hati. Namun ekspresi yang di tunjukkannya hanya datar. Tak seperti biasanya.

Rajidan melihat Aidan, Attariq, serta Devan yang sedang tertawa lepas membicarakan sesuatu.

Rajidan langsung masuk ke dalam mobilnya, dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Pikirannya saat ini sedang kalut, dia sama sekali tak mengerti kenapa semua ini terjadi.

"Saya ko cepet marah ya? Udah kaya Tiffani pas PMS aja." Rajidan berkata pada dirinya sendiri.

Perasaan rindu menyelimutinya. Biasanya, teman-temannya akan mengejeknya dengan sejuta lelucon. Namun saat ini, hanya kesunyian yang menyertainya.

The SomvlakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang